Antara Aku dan Kompasiana

Menulis adalah talenta

Ketika menginjak remaja, menjadi seorang penulis adalah sebuah impian. Karena cita-cita, penulis pernah terpilih menjadi juara ke 3 mengarang tingkat nasional yang diadakan Kantor Pos Indonesia. Tulisan itu bertemakan ‘menuju abad 20. Begitulah intinya.

Kegemaran ayah yang selalu membaca ditambah buku-buku yang memenuhi ruang tengah rumah, menumbuhkan kehausan membaca. Kata ayahku, bahwa karena menulis seseorang dapat mengelilingi dunia dan sebaliknya karena menjelajah dunia ia dapat menuangkan melalui tulisan. Ayahku memang hobi melancong.

Seandainya tiada #WFH sejak April lalu, tak akan tercipta tulisan di blog pribadiku. Itulah titik awal bangkitnya gairah baru menulis. Work from home melahirkan semangat baru bagi seseorang yang memiliki bakat terpendam.

Pembedaharaan kata yang minim dan penguasaan tata Bahasa Indonesia menjadi kendala bagiku. Hal ini disebabkan penggunaan berbahasa Inggris dan Melayu lebih  dominan dalam keluarga.

Walau kemampuan berbahasa yang sekedarnya dan amburadul itu namun keinginan pandai berbahasa yang baik adalah tetap keharusan bagi penulis. Tertatih-tatih memang. Apa daya, harus ada usaha. Tentu saja!

Artikel "Yakin" mendapat 962 view, 16 like, 3 comment. (Courtesy Linkedin)

Menulis harus dimengerti pembaca

Kemampuan menuangkan tulisan yang apik dan dimengerti adalah suatu talenta. Bakat yang disiram terus menerus menumbuhkan karya terpuji bagi seseorang. Orang-orang demikian memiliki kemampuan unggulan. Selain keharusan gemar membaca, seorang penulis juga harus menuangkan dalam kalimat yang seharusnya bertata-bahasa yang rapih. Tidak saja apik dikemas bahkan harus dapat dimengerti pembaca.

Cara mengukur kepiawaian mengolah tata kalimat ini dalam tulisan adalah dengan mencoba  mengirimkan konten melalui media sosial. Bila pembaca sepi, no reaction, berarti tak menarik bagi audience. Hal Ini pernah penulis lakukan melalui blog pribadi yang hasilnya masih minim.  Dari waktu ke waktu berlalu tampak tiada perubahan.

 Akhirnya dengan mengerahkan segala upaya, penulis mengirimkan ke WAG Sales Marketing Hotel Indonesia (SMHI), terbaca  lebih dari 200 pembaca. Dan artikel  itu  menjadi yang ‘terpopuler dengan judul ‘The 10 Golden Rules of Sales Marketing’ Itulah kesempatan pertama kali mendapat viewer terbanyak dari blog pribadiku.

Setiap minggu minimum 2 artikel tayang sebab masih disibukan oleh pekerjaan kantor. Akan tetapi tetap tak menarik pembaca. Mungkin tata Bahasa yang semrawut, pikirku.

Suatu hari, penulis teringat Ayahku kerap membuat artikel di koran ‘Kompas. Tanpa pikir panjang kemudian penulis mencari cara agar artikel ini dapat dibaca kepada khalayak pembaca. Pucuk di cinta ulam tiba, bertemulah dengan Kompasiana.

Tulisan pertama berjudul ‘Kontak”  mendapatkan viewer 86 di Kompasiana. Lumayan.

Reader terbanyak melalui blog pribadi menarik 206 pembaca. Sengkarut tata bahasa bercampur English dan Bahasa Indonesia (photo blogspot.com)

Semakin banyak sentuhan klik jari tangan pembaca, semakin meningkatkan gairah menulis.  Semakin banyak komentar semakin menunjukan ketertarikan para pembaca. Entah itu komentar baik atau kritik membangun. Yang penulis pahami bahwa Isi konten sangat berpengaruh terhadap mood para pembaca.

Sebagai pemula, penulis sungguh sama sekali kurang memahami tata Bahasa Indonesia. Satu hal bagi penulis mula-mula sepintas hanya membuat artikel agar dapat dibaca pembaca dan dimengerti melalui isi tulisan itu. Terpikir sederhana ketika itu.

Proses merangkai kata dan kalimat, menggunakan pembedaharaan kata sebanyak mungkin adalah kuncinya. Tidak hanya bertaburan kata-kata namun mengerti penggunaannya. Kata-kata seperti: kendati, sejatinya,  contoh kata sederhana yang bagi penulis harus membuka kamus online di awal menulis.

Suatu hari penulis membuka blog sewaktu awal kubuat. Oh no!. Sulit dimengerti dengan tata bahasa yang tak dapat diterima oleh diri sendiri, penulisnya. Disitulah penulis yakin, dengan berjalannya waktu  telah menunjukan perubahan dalam kemampuan mengolah tata Bahasa. Betapa cepat perubahan itu terjadi. Tekuni saja.

Gaya Bahasa seseorang amat berpengaruh terhadap tata Bahasa dalam penulisan.

Membaca dahulu, menulis kemudian

Makananku buku-buku setiap hari, membaca online dan offline. Yang buruk kusingkirkan. Berhari-hari, berbulan-bulan sejak April 2020 guna menghasilkan tulisan yang menarik.

Sama halnya dengan seseorang musisi yang menciptakan irama musik agar menjadi ciri khas-nya. Begitupun gaya seorang penulis akan terlihat kaku bila menjiplak gaya penulis lain. Terutama slang yang melekat pada setiap blogger.

Disadari atau tidak, seringnya membaca ulasan yang menggunakan tata bahasa yang tidak baik dan benar akan menularkan kepada pembaca. Lambat laun akan mempengaruhi gaya dan tata bahasa yang buruk terhadap tulisan kita.

Menulis adalah seni mengolah kata dan kalimat

Bahasa yang amburadul tata bahasanya terkadang membuat pembaca mengerti juga, namun terasa tidak bernyawa. Bahkan dengan gaya dialogpun masih dapat dimengerti. Cara kita menggunakan bahasa menunjukan kadar intelektual seseorang. Dari pembedaharaan kata-katalah seseorang diketahui bernilai atau tidak. Ini pendapat saja. The limits of my language means the limits of my world.

Seorang penulis yang menyuguhkan konten dengan Bahasa Indonesia sederhana justru akan mudah dicerna,  lebih disukai daripada panjang dan berputar-putar.


"Tim kecil yang kompak" menarik 150 reader dalam satu hari. (courtesy Linkedin)

Menulis menunjukkan bakat dan talenta seseorang. Memaksakan keahlian ini pada seseorang yang tak memiliki antusias merupakan paksaan dan tak akan berhasil maksimal. Terkadang faktor mood  harus tetap prima sehingga menghasilkan tulisan yang ‘memiliki aura.

Perubahan faktor bahasa gaul dan perbedaan jaman  menjadi penyebab munculnya sengkarut bahasa ngeblog. Jaman now membuat kaum milenial ingin bergerak instant. Terkadang dilakukan secara nyeleneh, sehingga penulisan Bahasa gaul mempengaruhi Bahasa formal. Ah!

Para senior Kompasianer sering mendapat tempat dalam headline dan artikel utama atau terpopuler. Artikel semacam itu adalah kesempatan memberikan contoh penggunaan tata bahasa yang baik. Melalui tata Bahasa yang baik, pembaca akan mengerti maksud dan isi konten tulisan dengan benar.

Bahasa adalah dinamis seiring perubahan jaman

Setidaknya bahasa ngeblog yang semrawut akan ditinggalkan pembacanya karena monoton dan tak ‘menggigit. Tata Bahasa memang harus terangkai baik sehingga mudah dimengerti para pembaca. Sejatinya seorang blogger memang harus memiliki kemampuan menuangkan tata bahasa yang baik dan benar kedalam konten sesuai kaidah berbahasa Indonesia. Harus diasah terus menerus serta memiliki pembendaharaan kata sebanyak-banyaknya.

Berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Selamanya memang harus berbahasa Indonesia. Kemanapun dan dimanapun tetap berbahasa Indonesia. Petualangan penulis ke luar pulau betahun-tahun menggantungkan pada modal bahasa dalam bergaul.

Hal sengkarut dalam berbahasa di blog? Santuy saja. Lambat laun kita pasti berubah seperti para senior K yang telah berpengalaman. Tulisan mereka banyak yang menjadi tulisan favorit. Baik tata Bahasa maupun isi konten. Kenali gaya menulis mereka satu persatu menjadikan suasana menjadi semarak.

Cara yang rapih adalah dengan memasukan tulisan mereka kedalam laman ‘favorit. Baca berulang-ulang. Selain belajar tata bahasa juga memahami secara cepat maksud konten.

Platform blog yang memunculkan bakat terpendam

Menginjak bulan ke-7 dalam pencarian bakat terpendam ini, penulis menemukan Kompasiana  sebagai wadah para penulis yang tepat bagi seluruh kalangan, mulai dari pemula hingga penulis senior di seluruh jagat raya.

Para senior menuntun pemula, memberikan dukungan semangat kepada sesama penulis. Sebaliknya penulis pemula harus giat belajar untuk meningkatkan kualitas tulisan sehingga menghasilkan irama dan gaya yang merdu.

Biarlah kami belajar. Ada ubi ada talas, Ada budi, ada balas.

Kompasiana telah menjadi wadah kreasi menulis bagi mereka yang tak ingin biasa-biasa saja. Trims K.

A different style of language is a different vision of art.

 

 

Tulisan pertama yang utama versi K, menarik 328 viewer, 26 rating, 5 comments.

 (courtesy Kompasiana)

 Related posts

Daya Kemauan

Ausdauer

Description & content

 

Comments