Apakah hidup secara kelas satu (prima) itu?
Ada banyak interpretasi mengenai eerste klas leven atau dalam bahasa inggris 'first class life ini. Ada yang menafsirkan bahwa orang kelas satu adalah presiden, para jendral dan mentri-mentri atau pejabat negara.
Yang tersebut belakangan ini adalah orang-orang besar dalam satus sosial: sedangkan cara hidup mereka belum tentu prima. Hidup kelas satu (prima) adalah sikap hidup yang menginginkan karya-karyanya bermutu tinggi, prima, master piece, magnum opus. Tidak sedikit orang-orang yang berkedudukan tinggi tetapi moral dan karyanya manusia 'second class".
Pernah ada berita seorang ahli bedah yang ketinggalan gunting bedah didalam tubuh pasien dan baru ketahuan setelah beberapa tahun kemudian, tatkala si pasien dibedah yang kedua kalinya. Betapa seringnya kita mendengar adanya korban karena salah obat. Ratusan gedung terbakar musnah karena sebatang puntung rokok. Dan masih beribu-ribu lagi peristiwa lain baik peristiwa besar maupun kecil.
Bagaimana cara hidup manusia kelas satu? Mereka bekerja dengan teliti, tertib dan cermat penuh perhatian. Pedomannya seperti yang pernah diungkapkan oleh ex President Jimmy Carter: Why not the best?
Itu tidak berarti sok hebat, tetapi pengabdian yang tidak setengah-setengah, meskipun bidangnya adalah sederhana saja. Bukankah sapuan jalan yang bersih menimbulkan rasa senang dan memberikan kesehatan? Sedangkan sebuah paku kecil yang tidak tersapu bisa menimbulkan malapetaka yang besar.
Maka apapun fungsi kita dalam masyarakat, hendaknya kita lakukan secara teliti, penuh perhatian dan entusiasme. Jika kita berlaku demikian, bukan saja kita membuat senang orang lain, tetapi hal itu memberi cap pada pribadi kita, hal mana menjurus kepada hidup sukses.
Reputasi adalah iklan yang paling ampuh.
Jika kita bereputasi prima meskipun kita hanya seorang sopir, orang akan mencari kita dan bukan kita mencari-cari lamaran pekerjaan.Semakin banyak orang-orang yang bereputasi baik, semakin ketatlah persaingan mencari pekerjaan, bukan disebabkan pengetahuan yang mahir dan handal akan tetapi siapa terbaik, siapa ber-attitude terbaik dan ber-integritas. Semuanya mengerucut pada reputasi. Pada akhirnya kita membangun reputasi sebagai tujuan dari personal branding. Setuju?
Kompasianer sudah pasti menulis sekaligus membaca tulisan kawan-kawan dalam komuniti. Melalui konten, anda membangun personal branding untuk memberikan modal kepercayaan sebagai asset. Itu salah satu value.
Kata pepatah 'jangan memberi mutiara kepada babi artinya sama dengan tulisan-tulisan bagus harus dilempar kepada penggemar tulisan. Maka mereka akan memberikan input, entah baik atau buruk.
"Social media will make people like you and content marketing will make people trust you"
Kunci untuk diingat 'berusahalah mencapai upaya yang prima dimanapun dan apapun yang dikerjakan.
Comments