5 Soft Skill yang Melekat dengan Karyawan Hotel

Karyawan harus dapat diandalkan (image by freepik)

Siapa yang tak kenal hotel mewah? Setidaknya ketika melancong sesekali menginap di hotel berbintang 5.

Bermalam di hotel mewah bolehlah menjadi self reward. Kapan lagi aku menjadi tamu yang dimanjakan?

Saya tidak asing dengan hotel mewah karena selama puluhan tahun bekerja di berbagai hotel berbintang 4 dan 5 hingga kini.

Asyik dan menyenangkan meski gencar menghadapi tantangan dan rintangan. Pokoknya seru! Pada akhirnya dapat dilalui.

Bekerja di hotel mewah menimbulkan kebanggaan tersendiri. Siapa tak mau? bayaran dan privilese yang sepadan dengan tugas, bikin karyawan merasa dihargai banget.

Omong-omong, tak lama lagi aku menikmati privilese sebagai tamu di sebuah hotel mewah yang berlokasi di pusat kota Jakarta.

Seorang bos memberi komplimentari untuk bermalam. Ya, beliau mantan bos ku puluhan tahun lalu. Sekalian silaturahmi dan tukar pikiran.

“You have to stay 2 nights!” katanya saat kami salaman di lobi. Tanganku digoyang-goyang keras sampai jari kena cincin, sakit.

Sebenarnya aku keberatan dengan 2 malam. “One night is ok,” kataku. Mantan bos ku baik hati, apalagi aku gak enakan orangnya. Yah GM bule memang gak tanggung-tanggung kalau beri sesuatu.

Sudahlah. Sudah terbayang dan terasa juga bagaimana rasanya menginap di hotel Flo itu. Ini nama hotel samaran sebab aku tak mau juga mengeksposnya.

Hotel Flo memang populer. Menjadi serbuan para tamu bergengsi.

Kaum hedon senang berfoto di lobi yang luas itu. Lalu diposting di Instagram. Dilanjutkan on live streaming.

Seorang artis sedang press conference di ruang meeting, mungkin karena proses perceraiannya. Ya, kuintip sekilas dari celah pintu. Kok tahu? Tahu esok harinya berita bertebaran di media.

Di Ballroom ada seminar akbar. Pesertanya ibu-ibu sosialita. Glamor tampilannya bagai artis-artis yang tampil di Instagram. Zaman now tak lagi tampil di televisi, tapi di facebook, instagram.

Jadi? Memang hotel ini favorit para tamu Ibukota.

Dari jam ke jam aku keliling hotel. Ingin tahu apa aja sih aktivitas hotel ini? Siapa aja sih tamu-tamu yang berdatangan?

Iseng-iseng kutanya harga kamarku ke resepsionis.

“IDR 5 million per night, Miss,” jawabnya. Setelah tawar menawar, diskon 10%. Lumayan! Tapi aku kan gak bayar alias free. Yah, begitulah bila hubungan masih terjalin baik.

Saya mendapatkan pelayanan dari staf hotel yang luar biasa. Apakah karena perhatian sang bos?

Sayang jikalau momen ini tidak kuunggah dalam postinganku sebagai testimoni untuk mantan bos yang baik hati ini.

Tak sabar menanti, inilah hasil pengamatanku yang kubagikan bagi Anda pula, para hotelier.

Kreatif tanpa dipaksa (image by freepik)

1. Karyawan yang dapat diandalkan. Reliable.

Ini kunci keberhasilan tim hotel dalam melayani setiap tamu. Dengan segala respek, para langganan datang dan pergi hanya merindukan pelayan hotel yang dapat diandalkan.

Staf hotel yang dapat dipercaya melekat erat dengan self discipline.

2. Kreatif tanpa paksaan. Creativity.

Mereka memiliki kepribadian unggulan. Tanpa ingin membuat tersinggung tamu, bila permohonan di luar prosedur, tak segan mendiskusikan terlebih dahulu dengan supervisor.

Tiada penolakan langsung dari staf. Ini jarang dilakukan staf hotel. Yang sering terjadi justru staf ketakutan menyalahi SOP lalu menolak langsung.

Mereka bebas berkreasi, memberi pelayanan terbaik bagi tamu. Urusan belakang, nanti dituntaskan menyusul dengan argumentasi yang masuk akal.

Saya dapati sebagian besar karyawan di hotel lain justru menjadi pengecut, kuatir kena marah atasan. Atau atasannya sendiri yang tidak terbuka wawasannya?

3. Berpikir kritis dan menganalisa. Critical thinking.

Setiap staf telah dilatih dalam akademi atau universitas hotel. Program setahun mesti tuntas dan pantang bolos.

Dalam masa pendidikan maupun setelah lulus, staf diikat dalam komitmen antara kedua belah pihak untuk bekerja paling tidak selama 3 tahun ke depan.

Nah, ini dia program yang tak dimiliki hotel-hotel lain. Inilah yang membuat para staf betah. Sudah dididik, lulus, dipromosikan lalu diikat.

Ini terjadi saat aku direkrut Sheraton Media Hotel & Towers di bawah Starwood dengan program edukasi hotel yang tak putus-putusnya.

Itulah sebabnya staf mampu berpikir kritis, lalu menganalisa. Gak heran!

Manajemen telah mengeluarkan biaya yang tak sedikit  untuk program ini namun ia pun mengeruk keuntungan dari asset  yang terbilang penting, urgent dan mahal ini, yaitu soft skill dari karyawan.

4. Berpikir untuk memecahkan masalah. Solve the problem.

Karena program training yang berkesinambungan dalam akademi atau universitas hotel, Manajemen hotel berhasil mendidik para lulusan berkepribadian matang.

Staf cerdas memecahkan masalah sesuai kapabilitas. Ia tak gentar menghadapi keluhan tamu sebab sudah terlatih menghadapi tamu-tamu yang ribet.

Kerjaan bos pun menjadi ringan. Setiap staf dilatih bertanggung jawab menangani keluhan dari tamu.

5. Dapat diandalkan dan tangguh. Resilence.

Tiada yang menyenangkan bos selain memiliki karyawan yang dapat diandalkan.

Bos tenang, sebab anak buah dapat diandalkan. Ini hasil pendidikan akademi di hotel juga.

Karyawan hotel mewah telah menemukan dunianya sendiri. Mereka asyik meski tawaran bermunculan (CL Patterson)

Sekarang kita paham mengapa pelatihan bagi seluruh karyawan itu penting. Manajemen tak perlu mengatakan tidak ada budget untuk kuliah atau training mengganggu operasional hotel.

Karyawan yang dapat mengatur jadwal kerja dan pelatihan, itu lebih cerdas.

Itulah kinerja karyawan di hotel-hotel mewah yang mesti kita pahami.

Lima hal tersebut disebut soft skills. Kemampuan untuk menuntaskan masalah.

Keahlian inilah yang diburu oleh para pebisnis hotel dari setiap karyawannya. Secara langsung dikejar-kejar manajemen hotel mewah.

Coba Anda cermati, manajemen hotel-hotel sedemikian teliti dalam merekrut staf, dididik, dilatih profesional sehingga jarang ditemukan arus kuat keluar masuk karyawan.

Mereka menikmati dunianya. Membentuk dunianya tersendiri, diciptakan oleh mereka sendiri agar kehangatan, kemesraan, hubungan profesional itu langgeng.

Seorang kawan di satu hotel terkenal, bertahan hingga puluhan tahun. Jikalau pindah hotel, masih dapat dilakukan dalam lingkungan management hospitality. Misalnya dari satu grup Accor, SwissBel, Marriott.

Saya jarang mendapati staf pindahan dari international chains hotel nyungsep ke hotel bintang 3 atau 2. kecuali si staf ini menjadi hotel manager atau general manager di hotel berbintang 4, 3. Biasanya begitu.

Mereka yang bertahan, diberi pilihan bekerja di kota tertentu sepanjang manajemen hotel memandang perlu untuk dipromosikan karena berprestasi

Itulah cara mereka menggalang ketahanan dalam meniti karir di hotel-hotel mewah. Mereka jarang yang kota loncat, asyik dalam dunia “mewah”.

Nah, Itu sebabnya mengapa mereka pun dibayar mahal. Tentu saja! Mereka harus pandai mengatur jadwal seabreg untuk kuliah dan kerja nyata.

Namun staf cepat terlatih. Menguasai tugas dan soft skill dengan baik.

Ternyata studi, kuliah itu perlu juga saat kita bekerja ya. 

Ayo jangan sampai ketinggalan. Belajarlah sebab ini yang diperlukan para pencari kerja di tahun 2024.

Salam hospitality 

Comments