Pepatah beda adat, beda pula
kebiasaan, itu benar adanya. Setiap kali kumakan siang, Mr. Cedric tak pernah
mengajakku dan department head lainnya.
Perihal kebiasaan GM yang warga
Perancis ini, menimbulkan penasaranku.
Setahun aku bersamanya, gak pernah
sekalipun dia mengundangku makan bersama.
“Just want to enjoy the food,”
katanya saat kutanya dirinya selalu makan sorangan wae.
Ternyata itu kebiasaannya sejak
dulu. Setelah aku cari tahu, ternyata ia selalu menikmati makan dan merasa nyaman tanpa
ada siapapun disisinya. Pantas saja, ia pun selalu makan di kamarnya.
Lambat laun karena jadwal kerja
yang padat, ini menjadi kebiasaanku pula. Tapi tentu tidak, saat bersama
keluarga dong.
Saat ku bergabung di salah satu
management hospitality, aku sering membawa bekal makanan.
Isinya sederhana saja, hanya
brokoli rebus, wortel rebus lalu ayam goreng. Kadang hanya salad saja dengan
nugget.
Dimakan bareng-bareng di pantry.
Sambil ngobrol sana sini, usailah jam makan siang. Cepet banget ya.
Bagi Hotelier, mengundang
langganan yang punya deal-deal tertentu itu gampang saja. Asalkan berguna untuk
kepentingan kedua pihak, akan cepat terwujud.
Lain halnya undangan business
lunch hanya untuk berpromosi, tak semua tamu tertarik. Misalnya makan siang
sekaligus presentasi asuransi. Tujuannya bisa ditebak.
Meski jatah makan cukup untuk ke
resto, tapi aku gak pilih-pilih tempat makan. Yang penting tempat makan bersih
dan masakannya sedap.
Ada kantin rumahan di Setiabudi,
makanan ala prasmanan. Ruang tamu hanya ada kipas angin tapi selalu dipenuhi
orang-orang kantoran berdasi saat makan siang.
Tempatnya kecil, jadi mesti makan
ekspres sebab yang lain sudah menunggu di luar, antri lagi. Lagi pula untuk apa
berlama-lama di dalam, hmm hareudang atuh.
Seringnya sih makan siang di
pujasera mal-mal sekalian refreshing. Tengok kiri kanan, makanan lezat banyak
di situ. Sandwich, ramen, mie kocok, sego pecel. Segala ada!
Karena padatnya jadwal blusukan,
makan siang pun mesti ngebut. Enam puluh menit cukuplah untuk melahap santapan.
Paling lambat pukul 2 siap dengan kunjungan berikutnya. Sehari, 5 calls cukup.
Ada banyak etika makan di media
online.
Breakfast meeting ada pula yang
menyebut coffee morning. Beti alias beda tipis.
Saat makan siang sembari meeting
disebut lunch meeting.
Ada beberapa etika bila kita
diundang rapat saat jam makan siang. Undangan ini khusus ditujukan para
pebisnis sembari mentraktir mitra kerja atau big bos.
Sering kita kikuk juga, apalagi perut keroncongan. Mau makan gembul, serasa malu, tapi perut tak bisa kompromi.
Inilah tip makan siang bersama business partner Anda.
1.Yang mengundang, mesti membayar. Ini urusan yang mesti jelas di awal Bro! Siapa yang membayar semua nota?
2. Pesanlah makanan yang mudah dikunyah, misalnya nasi soto betawi. Sebaiknya hindari makanan yang diolah lama serta dikunyah pun ribet, misalnya nasi kailan cah sapi. Memotong sayur dilakukan di piring, bukan di mulut agar gak belepotan.
3. Saat rapat, tidak main handphone. Anda fokus pada mitra bisnis. Beri perhatian penuh, sambil menyuap nasi, tengok sesekali wajahnya. Hindari fokus terus pandangan ke piring.
4. Jangan tertawa terbahak-bahak, cukup senyum saja. Lalu lanjutkan dengan pembicaraan.
5. Kunyahlah makanan dengan perlahan. Gigit sedikit demi sedikit. Demikian tampak profesional. Anggap saja, latihan mengunyah.
6. Fokus pada topik bahasan. Hindari ngobrol kesana kemari sehingga waktu terbuang habis. Alur percakapan seperti tanya jawab, jangan mendominasi bahasan.
7. Usai makan, piring mesti terbebas dari sisa makanan. Biasanya makanan istimewa berupa fillet atau daging saja. Tanpa duri dan tulang, jadi Anda harus melahap makanan yang telah diambil.
Makan rapi juga
simbol kepribadianmu lho.
Di rumah bisa saja kita makan bebas.
Nah, dalam business meeting jangan sesekali dilakukan. Itu sama saja dengan menjatuhkan posisi Anda.
Jadi, happy meeting then.
Salam hospitality
Comments