Koleksi Uang Logam Mancanegara, antara Kesenangan dan Kenangan

 

Koleksi uang logam mancanegara (foto celestineP)

Koleksi Uang Receh Mancanegara Antara Kesenangan dan Kenangan

Lima tahun setelah ibu berpulang tahun 2010, saya iseng membuka beberapa tas peninggalannya. Satu persatu saya periksa isi tas.

Benarlah dugaanku, satu tas berisi uang Rp 10.000 tahun 1992 sebanyak 17 lembar, 2 lembar Rp 5000 (1992), 1 uang kertas 50 sen, 7 lembar USD 1.00 dan 1 lembar USD 100 tahun 1981, beberapa Singapore dollar tahun lama tentunya, seperti tampak pada foto ini.

Uang ibu dalam tas (foto celestineP)

Saya periksa lembaran uang lama itu. Sayang juga bila kubuang, pikirku kala itu. Berawal penemuan ini maka saya mulai tertarik mengoleksi uang kertas, baik lama atau uang baru dari mancanegara

Saat itu saya ingin mengumpulkan uang kertas dan juga koin dari berbagai negara. Namun syaratnya, kepingan uang itu harus dari setiap negara yang saya kunjungi, suami dan kedua anakku, bukan hasil membeli. Disitulah asyiknya, sebagai kesenangan juga kenangan.

Sekitar 6 tahun lalu hobi ini telah saya jalani hingga  selain filateli.  Anda juga bisa temukan koleksi prangko saya pada tulisan ini.

Berikut cara mengoleksi uang kertas :

(*) Uang kertas lama, dengan mengumpulkan dalam satu box, tidak perlu dilaminating

(*) Uang Indonesia baru, saya laminating bolak-balik. Kumpulkan 1 serie sebanyak 2 lembar. Contohnya uang kertas Rp 100.000 sebanyak 2 lembar, Rp 50.000 sebanyak 2 lembar, begitu seterusnya.

Cara mengoleksi uang receh:

(*) Kumpulkan lalu rendam dengan air sabun

(*) Pisahkan koin bagus dan koin yang sudah rusak

(*) Khusus uang receh Rupiah, pisahkan yang mulus dan bersih.

(*) Masukan dalam box terpisah antara uang logam Malaysia, Singapore, Thailand, Eropa, Amerika, Real, dll dengan uang logam Rupiah.

Khusus uang logam mancanegara (foto celestineP)

Koin-koin asal luar negri itu berasal dari suami dan anak pertama yang sering berkeliling sehubungan pekerjaan mereka. Sedangkan koin Asia, kebanyakan saya dan suami kumpulkan.

Mengumpulkan koin recehan itu asyik. Kadang saya harus menggunakan kaca pembesar agar terbaca asal negara dan tahun terbit karena tulisan terlalu kecil.

Perihal tahun terbitan uang logam mulai 2005 yang saya periksa sejauh ini, sedangkan uang kertas Singapore tahun 1964.

Koleksi uang logam Rupiah (celestineP)

Sekilas tentang uang receh Rupiah jaman dulu. Ketika SD saya diberi uang jajan oleh ibu sebesar Rp 50. Uang itu bisa dibelikan minuman es lilin seharga Rp 15, kemudian siomay, bakso seharga Rp 25/porsi sisanya dibelikan permen atau ditabung. Sisa uang jajan Rp 10 kadang saya tabung di celengan ayam jago terbuat dari tanah liat.

Uang receh Rp 10 dapat membeli kerupuk 2 buah dengan harga Rp 5  Kira-kira itu yang saya ingat.

Dalam box kenangan dan kesenangan (foto celestineP)

Bila dibandingkan uang logam Rupiah dengan luar negri, kondisi uang tetap sama yaitu sering rusak, kotor dan cacat. Namun kualitas koin luar negri jauh lebih baik. Kebanyakan tekstur logam tebal dan kuat, bahkan yang berlubang di tengah, menjadi seni tersendiri.

Mengapa uang baru harus dilaminating? Jika tidak begitu, akan tercecer juga akan terlihat rapih. Sila tengok videonya. Karena situasi pandemi, maka saya jarang melaminating uang lagi. Mungkin setelah covid mereda.

Jadi, selama kita punya banyak waktu, koleksi koin juga asyik! Kalau recehan rupiah berkarung-karung mungkin bisa dibelikan motor beberapa tahun kemudian.

Seperti anak dari seorang kawan yang mengawinkan putrinya di tanah Sunda dengan duit saweran pengantin Rp 1000 sebanyak 1000 keping. Seru juga lho!

Comments