Satpam yang baik hati

 

Kind hearted person (illustration by freepik.com)

Ada kisah tak terlupa tentang satpam si urang Sunda. Rasanya baru kemarin terjadi.

Usai rapat dengan klien di Artha Graha SCBD pukul 16:00, bulan Juli tahun 2014, saya menunggu taksi. Ruas jalanan macet total. Antrian taksi mengular termasuk taksi di sebrang gedung, Pacific Palace.

Taksi kosong tak kunjung datang. Tentu saja, sebab mereka akan dihadang kemacetan di sana sini.

Dua jam sudah, tanda-tanda mendapat tumpangan, zonk. Sudah 3 jam menunggu.

Pukul 20:00 saya menyusuri jalan ke arah Rasuna Said. Hanya itu yang dapat dilakukan ketimbang berdiri berjam-jam tanpa hasil. Saya tak sendirian. Banyak juga pejalan kaki menuju jalan itu.

Sambil berdoa, membayangkan sudah dalam taksi, saya menyusuri jalan.

Kakiku lecet. Sudah pegal karena lama berdiri, sekarang lecet pula.

Melihat jalanku pincang dari kejauhan, seorang satpam di salah satu kantor jalan itu, langsung berdiri. Saya ge-er.

Benar saja. Saya terkejut, ia menarik kursi plastik yang hanya satu-satunya itu, untukku.

“Tak apa Non, duduk aja di situ,” katanya. Terdengar suara Pak Satpam berlogat Sunda.

Pak Aep, satpam yang baik hati. Ia langsung mencarikan taksi untukku. Sambil tengok kanan kiri jalanan, ia sibuk dengan handphonenya. Hampir 30 menit lamanya menunggu, tetiba taksi muncul.

“Pak, hartunuhun,” saya tersenyum senang.

Ketika ku beri uang tip, dia menolak. “Teu kedah Non,” katanya. Artinya gak usah.

Waktu menunjukkan hampir pukul 21:00, saya tiba di rumah.

Saat sales call, peristiwa ini amat menyedihkan. Kini? Saya asyik mengenangnya. Dan aku bersyukur, ini terjadi.

Segala sesuatu tak gampang diraih dan sukses hanya dapat dicapai bagi mereka yang sabar dan tahan banting.

Salam hospitality

Comments