Jangan Manjakan Sang Mediocre

 

Dirinya tak segan memberi motivasi pada kolega dan saran kepada bos. (image by freepik.com)

“Ron, KPI dikumpulkan segera, Bos sudah tunggu,” teriakan Ratih terdengar.

“Hey Ron, Ron,!” Ratih mengulang setelah permintaannya gak direspons.

“Iya, masih ada waktu kan?” balas si tukang telat itu.

Kebiasaan Roni memang begitu. Ia terkenal lelet, padahal otaknya cukup moncer. Apa guna daya pikir moncer tapi yang dikerjakan selalu gak beres.

Roni bukan malas atau bodoh tapi dia tipe yang kurang agresif.

Roni tipe staf yang biasa-biasa saja. Dalam lembaran appraisal, nilainya tak menunjukkan kenaikan. Angkanya stagnan dari bulan ke bulan. Roni termasuk staf yang mediocre.

Dalam suatu perusahaan atau organisasi akan didapati 3 tipe kinerja karyawan.

Top performance. Ini tipe staf unggulan. Energic, memiliki segudang ide kreatif yang tak pernah putus. Dirinya tak segan memberi motivasi pada kolega dan saran kepada bos.

Mediocre. Staf yang kinerjanya biasa-biasa saja. Mau berprestasi syukur, sebaliknya yang terjadi, itu pun tak masalah. Cukup dengan penghasilan yang segitu-gitu aja. Digaji tiap bulan, aman dan amin.

Under performance. Artinya kinerja karyawan ini di bawah harapan manajemen. Dia tidak terpicu koleganya yang agresif.

Jika staf sudah terperangkap pada level ini, apa yang harus dilakukan perusahaan?

Ini terlihat dari angka-angka appraisal yang tak menunjukkan kenaikan. Karena itu, lakukan langkah berikut:

1.Diberikan warning atau peringatan verbal.

2. Bila tak berubah setelah appraisal ke-2, dapat ditransfer ke posisi lain. Dengan kata lain dipindahkan ke posisi downgrade.

3. Seandainya kinerja di departemen berubah, ia dapat kembali pada posisi semula.

Setiap langkah mesti sesuai prosedur dan aturan hotel. Jangan lakukan atas emosi semata.

Karyawan bisa jadi mereka mesti belajar dan peringatan verbal itu baik bagi shock therapy.

Umumnya pada pribadi yang semangat, meski bodoh, ia menginginkan perubahan. Nah jika terjadi pada karakter dan watak pemalas, keras kepala, tidak mau menerima saran bos, mereka langsung jumpalitan alias saatnya menunggu ditendang.

Tipikal staf yang tak mau belajar, tidak termotivasi untuk self development.

Ini menyedihkan bagi karyawan berperilaku buruk. Dan nyatanya memang terjadi pada staf yang berkepribadian keras kepala, sombong.

Guys, bekerja dimanapun dituntut sikap, perilaku, karakter yang baik. Jangan manjakan sang mediocre.

“Sudah tak berprestasi, sombong lagi,” nah jangan pula berperilaku begitu.

Bos itu memiliki kewenangan penuh, apalagi seseorang hasil pilihan Owner.

Tingkatkan selalu prestasi dimanapun berada. Berlian itu akan selalu berkilau walau di simpan di tempat yang berantakan sekalipun.

Salam hospitality

Comments