“Ron, KPI dikumpulkan segera, Bos
sudah tunggu,” teriakan Ratih terdengar.
“Hey Ron, Ron,!” Ratih mengulang setelah
permintaannya gak direspons.
“Iya, masih ada waktu kan?” balas
si tukang telat itu.
Kebiasaan Roni memang begitu. Ia
terkenal lelet, padahal otaknya cukup moncer. Apa guna daya pikir moncer tapi yang
dikerjakan selalu gak beres.
Roni bukan malas atau bodoh tapi
dia tipe yang kurang agresif.
Roni tipe staf yang biasa-biasa saja.
Dalam lembaran appraisal, nilainya tak menunjukkan kenaikan. Angkanya stagnan dari
bulan ke bulan. Roni termasuk staf yang mediocre.
Dalam suatu perusahaan atau
organisasi akan didapati 3 tipe kinerja karyawan.
Top performance.
Ini tipe staf unggulan. Energic, memiliki segudang ide kreatif yang tak pernah
putus. Dirinya tak segan memberi motivasi pada kolega dan saran kepada bos.
Mediocre. Staf yang
kinerjanya biasa-biasa saja. Mau berprestasi syukur, sebaliknya yang terjadi,
itu pun tak masalah. Cukup dengan penghasilan yang segitu-gitu aja. Digaji tiap
bulan, aman dan amin.
Under performance.
Artinya kinerja karyawan ini di bawah harapan manajemen. Dia tidak terpicu
koleganya yang agresif.
Jika staf sudah terperangkap pada
level ini, apa yang harus dilakukan perusahaan?
Ini terlihat dari angka-angka appraisal
yang tak menunjukkan kenaikan. Karena itu, lakukan langkah berikut:
1.Diberikan warning atau
peringatan verbal.
2. Bila tak berubah setelah
appraisal ke-2, dapat ditransfer ke posisi lain. Dengan kata lain dipindahkan
ke posisi downgrade.
3. Seandainya kinerja di
departemen berubah, ia dapat kembali pada posisi semula.
Setiap langkah mesti sesuai
prosedur dan aturan hotel. Jangan lakukan atas emosi semata.
Karyawan bisa jadi mereka mesti belajar
dan peringatan verbal itu baik bagi shock therapy.
Umumnya pada pribadi yang semangat, meski bodoh, ia menginginkan perubahan. Nah jika terjadi pada karakter dan watak pemalas, keras kepala, tidak mau menerima saran bos, mereka langsung jumpalitan alias saatnya menunggu ditendang.
Tipikal staf yang tak mau belajar,
tidak termotivasi untuk self development.
Ini menyedihkan bagi karyawan
berperilaku buruk. Dan nyatanya memang terjadi pada staf yang berkepribadian
keras kepala, sombong.
Guys, bekerja dimanapun dituntut
sikap, perilaku, karakter yang baik. Jangan manjakan sang mediocre.
“Sudah tak berprestasi, sombong lagi,” nah
jangan pula berperilaku begitu.
Bos itu memiliki kewenangan
penuh, apalagi seseorang hasil pilihan Owner.
Tingkatkan selalu prestasi
dimanapun berada. Berlian itu akan selalu berkilau walau di simpan di tempat
yang berantakan sekalipun.
Salam hospitality
Comments