Buah Lobi-Lobi

 

Buah lobi-lobi, flacourtia inermis (foto wikipedia)

Siang terik, sepulang sekolah, saya bersama 2 teman melewati rumah yang amat luas.

Jalan ini jarang kulewati sepulang sekolah.

Dari kejauhan, buah pohon lobi-lobi itu menarik hati setiap orang. Berbuah sangat lebat.

Rasanya seperti menemukan taman Firdaus, kami pun ke gerbang menuju pohon itu. Lalu kami punguti saja lobi-lobi yang jatuh di bawah pohon itu.

Siapa tak tergiur lobi-lobi merah, meski rasanya masam sekali.

Lobi-lobi dikumpulkan di tas masing-masing. Aku mendapat beberapa butir saja. Sedang asyik-asyiknya, datang laki-laki bertubuh tegap. Kami diusir. Saya ketakutan, lari terbirit-birit pulang.

“Mami, Mami, saya mau mengaku dosa,” ujarku panik ketakutan.

Ibuku memandang keheranan. Ia tak bertanya juga, mengapa ku mau mengaku dosa.

“Tuhan, ampuni saya, sudah mencuri lobi-lobi di rumah orang.”

Beberapa hari setelah itu, pria yang mengusir kami itu membawa sekeranjang lobi-lobi.

Sampai sekarang, saya tak pernah mengenal satpam yang baik hati itu. Ibuku pun tak kenal pria berjaket ini. Dari mana ia tahu rumahku?

Menginjak remaja, barulah aku paham, orang yang mengusir kami ialah satpam yang sedang patroli.

Barangkali satpam itu, kini sudah uzur. Entahlah dimana beliau sekarang.

Setiap orang punya kenangan. Meskipun ini silly story, demikian kata seorang kawan, namun kisah  ini selalu teringat.

Bukan karena trauma atau ketakutan, tapi lucu aja mengenang hal-hal yang tak terpikirkan saat itu. Ya, kawan-kawan yang bersamaku pun tidak kuingat namanya satu persatu.

Sejak itu di sepanjang hidupku, aku tak pernah melihat apalagi memakan buah lobi-lobi.

Flacourtia inermis itu nama Latinnya. Warna merah yang memikat, rasanya ingin sekali memakannya.

Pohon lobi-lobi ditanam sebagai peneduh yang tingginya mencapai 3 hingga 10 meter. Buahnya dapat dimakan, tapi sangat masam. Cocok dibuat rujak asem.

Siapa mau lobi-lobi?

Comments