Meneropong Prospek Bisnis Hotel di 2 Kota Penyangga IKN

 

Hotel Ibis Samarinda (foto CL Patterson)

Pagi itu saya bangun lebih awal dari biasanya. Kami bersiap menuju Penajam.

Hewu tampak membersihkan kaca mobil. Ia, mengantar kami blusukan.

Di boks kecil ada mantau, dim sum dan jus jeruk untuk sarapan bertiga.

Kami berangkat dari Pelabuhan Semayang.

Setelah sales call di Penajam, rencana blusukan dilanjutkan ke Samarinda, Bontang, lalu berakhir di Sangata.

“Wah ombaknya tinggi Bu, serem”, Hewu menakut-nakutiku.

Di Pelabuhan sangat ramai, para penumpang bermotor itu kebanyakan pegawai yang bekerja di Kota Minyak.

“Kita sudah terbiasa blusukan seperti ini kok Bu”, begitu ujarnya saat ku naik ke geladak atas.

Air beriak, angin pun tak kencang. Saya sibuk berfoto sambil menikmati alam.

Itulah pertama kali saya sales call melalui jalur laut. Kapan lagi? Ya, blusukan sembari wisata.

Tak sampai 60 menit, kapal berlabuh. Kami kembali ke mobil.

“Selamat datang di Penajam…”, ujar Hewu memberi semangat. Melenyapkan rasa penasaranku.

Kami segera menuju kantor Kecamatan Penajam.

Penajam itu daerah pesisir di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Penajam juga sebagai ibukota PPU.

Begitu popular nama Penajam, Namanya sering disebut-sebut media.

Tamu berdatangan dari luar pulau hanya untuk melihat, seperti apakah Penajam itu? Di sebelah mana dari Ibukota Nusantara (IKN)?

Peserta seminar, pelatihan, dari luar kota pun tak ketinggalan, ingin melihat Penajam lebih dekat. Penajam jadi buah bibir.

Pengunjung yang singgah, biasanya menginap di Balikpapan atau Samarinda. Ya, kota terdekat dari Ibukota baru.

Dua minggu sekali, kami blusukan ke Samarinda. Ke kantor pemerintah kota, universitas, dan perusahaan korporat.

Pesona kota penyangga IKN

Pekerja, karyawan di Balikpapan kebanyakan bermukim di Penajam. Menggunakan motor, nangkring di kapal, pulang pergi menyebrang laut.

Samarinda itu jantung, Balikpapan itu ototnya IKN, begitu istilah dari judul berita Kompas, tanggal 31 Januari 2023.

Saya berulang kali ke Samarinda, blusukan, melepas penat, kuliner di akhir pekan.

Kini Kota Samarinda, Balikpapan, bagai putri yang sedang berdandan. Mereka ingin menonjolkan pesona.

Saya menamainya, kota terfavorit di Kalimantan Timur.

Orang Balikpapan, kuliner di Samarinda. Orang Samarinda, ngopi di Balikpapan, itu sudah biasa.  Sama halnya orang Jakarta, staycation ke Bogor.

Ditempuh kurang dari 1,5 jam melalui jalan tol. Melalui rute normal, 2 sampai 2,5 jam berkendara.

Karena itu Samarinda menjadi target pasar bagi hotelier di Balikpapan. Begitu pun sebaliknya.

Hotel-hotel Internasional dan local chains bertebaran; SwissBelHotel, Ibis, Mercure, Aston, Selyca Mulia Samarinda, Blue Sky Balikpapan, Haris, Novotel dan masih banyak lagi.

City occupancy dari kota penyangga

Rasanya gak afdol jika penjelasan tanpa bukti. Saya pun bercakap dengan dua pentolan hotelier dari  masing-masing kota.

Berikut data tingkat hunian hotel kota (city occupancy) YTD (yoy):

Di Samarinda, tahun 2021 (yoy) à 36.21%. Tahun 2022 (yoy)  à 55,8%. Tahun 2023, YTD Januari – Juni YTD à 67,5%.

Sumber data dari Hotelier Abdul Rasjid – GM Corporate, Selyca Mulia Hotel Samarinda.

Di Balikpapan, city occupancy level bintang 4, 5  YTD Tahun 2021 à 46.9%.

Tahun 2022 (yoy) à 69.01%. Januari - 30 Juni 2023 à 68.62%. Sedangkan city occupancy untuk hotel budget hampir 73%, YTD Januari – Juni 2023.

Sumber data dari Hotelier Danuri Efendi, GM Blue Sky Hotel Balikpapan guna keperluan tulisan ini.

Peningkatan tingkat hunian kota memicu semangat hotelier. Pergerakan ekonomi melaju.

Tamu hilir mudik. Kuliner di tepi pantai, padat pengunjung.

Di Samarinda, anak-anak mudanya haus hiburan, suka nongkrong di kafe, outdoor dengan live music, kuliner di kedai unik. Restoran penuh pengunjung di akhir pekan. Kenapa tidak?

Jalan yang mulus, membuat asyik para pengendara. Panorama hutan yang eksotik, udaranya sejuk.

Berkelok, curam, asyik dan menantang. Di kiri kanan hutan, kebun kelapa sawit, dan tentu saja  penambangan batubara.

Kedua kota, Samarinda dan Balikpapan pun menarik minat pengunjung dari Samboja, Sangata, Bontang, Banjar, dan daerah lainnya.

Pengusaha lokal kepo memperluas jaringan bisnis

Meneropong prospek bisnis hotel bagi daerah di sekelilingnya, bertumpu pada sendi kota penggerak.

Market online lebih unggul karena membludaknya kunjungan para pelancong ke Balikpapan sebagai target area wisata dari pangsa pasar luar negri, selain tujuan berbisnis.

Restoran, kafe, kedai, bisnis kuliner yang dapat diandalkan. Seabreg menu nusantara, akan menantang ide dan kreasi pebinis kuliner. Menu apa yang tak tersedia di sana?

Anda pernah membaca ulasan tentang kostel? Nah, pebisnis kostel akan sibuk kasak kusuk, menunggu kesempatan baik.

Rasanya tak terhindarkan, berkumpulnya pendatang dari berbagai di Nusantara, tanpa rumah kos.

Prospek bisnis hotel yang menggiurkan

Saya meneropong dari jauh terkait ibukota baru.

Inilah prospek bisnis hotel, 2 tahun mendatang. Pengusaha hotel bersiap, mengencangkan otot di sektor industri hospitality.

Apa saja poin penting bagi pengusaha industri hotel?

1. Memperbaiki produk, menjadi pilihan terbaik. Bercermin dari hotel pesaing untuk meningkatkan standar rata-rata.

2. Pengusaha hotel mampu meningkatkan kualitas produk.

3. Jika hanya mampu merenovasi, lakukan saja sesuai kocek.  Hotel-hotel bujet semakin popular. Hotel-hotel berbintang 4 menjadi standar pengunjung. 

Hotel level ini akan menjadi serbuan tamu dari luar kota, dan luar pulau.

4. Hotel berbintang 5 akan menjadi pelengkap, asesoris kota semata. Takkan lagi menyilaukan para tamu. 

5. Pertimbangkan hotel berkonsep unik, berseni atau minimalis.

6. Hotel-hotel di Samarinda dan Balikpapan akan menjadi trendsetter bagi para pebisnis hotel dari berbagai daerah.

Trendsetter, artinya perusahaan memberikan inovasi baru melalui produk unggulan di sektor industri hotel.

Pembangunan Ibukota Nusantara sedang berjalan. Samarinda dan Balikpapan, dua kota penyangga yang saling menopang bagi IKN agar dapat melenggang.

Para pengusaha akan melirik industri hospitality untuk memperluas jaringan bisnis. Selain menjadi pemikat pun menularkan bisnis kreatif terhadap daerah lain.

Samarinda terus bebenah. Balikpapan, mengencangkan otot untuk kekuatan bisnis hotel, rekreasi, kuliner serta hiburan untuk menarik para pengusaha.

Tak terasa, waktu berlalu cepat. Gerbang tol sudah terlewat. Jalan darat itu pilihan.

Usai sudah blusukan. Hari-hari yang menyenangkan. Walau badan terasa lelah, namun tetap semangat.

Salam hospitality

 

*Artikel ini pertama kali ditayangkan di Kompasiana

Comments