Kembali Belajar Di Rumah Di masa Pandemi

 


Belajar di rumah (ilustrasi pixabay gratis)

Rena murid sekolah kelas IV SD yang berlokasi tak jauh dari rumahnya, hanya 10 menit saja berjalan kaki. Sudah 10 bulan lamanya ia takpernah melihat bangunan sekolah.

Kemarin baru saja ia kembali dari berlibur, hanya berenang di rumah bibinya. Esok ia kembali belajar di rumah.

Hari ini Della, ibunya, telah menyiapkan seluruh keperluan Rena untuk esok hari. Dibelikannya jam meja beralarm supaya putri kecilnya tidak terlambat bangun.

Karena kembali belajar di rumah, ada saja tuntutannya; tempat pensil baru, penghapus, penggaris, tas baru termasuk meja belajar mungil.

Ibunya meluluskan permintaannya agar agar tidak jengah belajar di rumah.

Rena murid yang cerdas. Kemarin rapotnya menurun karena Della kembali bekerja, tidak dapat mendampingi ketika belajar daring. Akhirnya Rena dibantu sang nenek, mengawasi proses belajar daring.

Ayah Rena bekerja di Balikpapan, sejak 2 tahun lalu. Praktis Rena menjadi perhatian nenek sehari-hari.

Nenek Isol masih terbilang energik kesana kemari mengurus Rena. Segala keperluan cucu menjadi pusat perhatian sejak ayah Rena meninggalkan rumah, berpindah kantor ke Balikpapan.

Wifi di rumah baru saja diperbaiki karena hantaman angin kencang. Sambungan internet terganggu karena kabel  bergeser. Della mempersiapkan segala sesuatu.

Rena baru saja kembali dari libur tahun baru. Ayahnya tidak pulang sebab keadaan yang tidak memungkinkan.

Ini aturan dan perlengkapan yang disiapkan nenek untuk esok sekolah di rumah:

(*) Rena harus tidur pukul 21:00 setiap hari. Bangun tidur pukul 07:00 setiap hari

(*) Sarapan pukul 07:30

(*) Ibunya mengajarkan pelajaran 60 menit sebelum pergi ke kantor

(*) Rena bersiap belajar daring pukul 09:00

(*) Selasa, Kamis  les Bahasa Inggris dan matematika selama 2 jam

 Kini nenek lebih paham apa yang dilakukan selama Rena kembali belajar di rumah. Bimbingannya terhadap cucu tidak mematahkan semangat belajar Rena setiap hari.

Penuh kesabaran ia cermat mengawasi pelajaran Rena dari gurunya hari demi hari. Della menyempatkan waktu selama 1 jam mengajari pelajaran sebelum pergi ke kantor.

“Anak-anak, coba lakukan gerakan seperti ini” Bu Anis memberikan contoh gerakan burung terbang.

Hari ini pelajaran olahraga. Riuh rendah suara murid-murid di Zoom.

Keesokan harinya tiba pelajaran Bahasa Inggris

“Good morning everyone” suara Ms. Sisy

“Today we study English ya”

“Good morning Miss” serempak anak-anak menjawab. Masih riuh rendah.

Selama belajar di rumah, nenek sesekali mengundang Dina, kawan sekelas Rena, bermain di pekarangan rumah. Baginya anak perlu pertemanan.

Nenek membatasi penggunaan gawai bagi Rena. Sebagai ganti, nenek mengajarkan bermain gitar walaupun tidak mahir memainkannya namun merangsang kecintaan cucunya menyanyi dan bermain musik.

Rena telah berubah menjadi pendiam selama belajar di rumah. Badannya tinggi dibanding kawan sebayanya, ramping karena nenek memberi contoh berolah raga di sore hari.

Sepertinya mengurus satu cucu tidak sesulit mengurus 2 atau 3 cucu. Bila keadaan demikian masih berlangsung bila Rena memiliki adik baru, bisa dibayangkan keadaan rumah akan repot.

Untung saja Rena, anak semata wayang menjadi pusat perhatian. Semoga saja pandemi segera lalu dan dapat kembali belajar di sekolah.

“Ayah, ayah…” panggil Rena melalui video call.

Saatnya video call dengan ayahnya,  saat menjelang tidur.

Begitulah keadaan belajar di rumah. Kebosanan anak belajar di rumah dapat dihalau bila Rena menjadi pusat perhatian seluruh anggota keluarga.

Nenek Isol yang setia, sabar karena kasih sayangnya mendampingi cucu, sebagai pengganti guru, pembimbing, pengawas selama belajar di rumah.

Selamat kembali belajar di rumah, Rena.

 

(*) Tulisan ini hasil pengamatan dan wawancara dengan keluarga tetangga
(*) Penulis mengikuti belajar daring 2x di rumah Rena
(*) Seluruh nama disamarkan

Comments