Rena murid sekolah kelas IV SD yang
berlokasi tak jauh dari rumahnya, hanya 10 menit saja berjalan kaki. Sudah 10
bulan lamanya ia takpernah melihat bangunan sekolah.
Kemarin baru saja ia kembali dari
berlibur, hanya berenang di rumah bibinya. Esok ia kembali belajar di rumah.
Hari ini Della, ibunya, telah
menyiapkan seluruh keperluan Rena untuk esok hari. Dibelikannya jam meja
beralarm supaya putri kecilnya tidak terlambat bangun.
Karena kembali belajar di rumah,
ada saja tuntutannya; tempat pensil baru, penghapus, penggaris, tas baru termasuk
meja belajar mungil.
Ibunya meluluskan permintaannya
agar agar tidak jengah belajar di rumah.
Rena murid yang cerdas. Kemarin
rapotnya menurun karena Della kembali bekerja, tidak dapat mendampingi ketika
belajar daring. Akhirnya Rena dibantu sang nenek, mengawasi proses belajar
daring.
Ayah Rena bekerja di Balikpapan,
sejak 2 tahun lalu. Praktis Rena menjadi perhatian nenek sehari-hari.
Nenek Isol masih terbilang
energik kesana kemari mengurus Rena. Segala keperluan cucu menjadi pusat
perhatian sejak ayah Rena meninggalkan rumah, berpindah kantor ke Balikpapan.
Wifi di rumah baru saja
diperbaiki karena hantaman angin kencang. Sambungan internet terganggu karena
kabel bergeser. Della mempersiapkan
segala sesuatu.
Rena baru saja kembali dari libur
tahun baru. Ayahnya tidak pulang sebab keadaan yang tidak memungkinkan.
Ini aturan dan perlengkapan yang
disiapkan nenek untuk esok sekolah di rumah:
(*) Rena harus tidur pukul 21:00 setiap hari. Bangun
tidur pukul 07:00 setiap hari
(*) Sarapan pukul 07:30
(*) Ibunya mengajarkan pelajaran 60 menit sebelum pergi
ke kantor
(*) Rena bersiap belajar daring pukul 09:00
(*) Selasa, Kamis les Bahasa Inggris dan matematika selama 2 jam
Penuh kesabaran ia cermat mengawasi
pelajaran Rena dari gurunya hari demi hari. Della menyempatkan waktu selama 1
jam mengajari pelajaran sebelum pergi ke kantor.
“Anak-anak, coba lakukan gerakan seperti ini” Bu Anis memberikan
contoh gerakan burung terbang.
Hari ini pelajaran olahraga. Riuh
rendah suara murid-murid di Zoom.
Keesokan harinya tiba pelajaran
Bahasa Inggris
“Good morning everyone” suara Ms. Sisy
“Today we study English ya”
“Good morning Miss” serempak anak-anak menjawab. Masih riuh rendah.
Selama belajar di rumah, nenek
sesekali mengundang Dina, kawan sekelas Rena, bermain di pekarangan rumah.
Baginya anak perlu pertemanan.
Nenek membatasi penggunaan gawai
bagi Rena. Sebagai ganti, nenek mengajarkan bermain gitar walaupun tidak mahir
memainkannya namun merangsang kecintaan cucunya menyanyi dan bermain musik.
Rena telah berubah menjadi
pendiam selama belajar di rumah. Badannya tinggi dibanding kawan sebayanya, ramping
karena nenek memberi contoh berolah raga di sore hari.
Sepertinya mengurus satu cucu
tidak sesulit mengurus 2 atau 3 cucu. Bila keadaan demikian masih berlangsung
bila Rena memiliki adik baru, bisa dibayangkan keadaan rumah akan repot.
Untung saja Rena, anak semata
wayang menjadi pusat perhatian. Semoga saja pandemi segera lalu dan dapat
kembali belajar di sekolah.
“Ayah, ayah…” panggil Rena melalui video call.
Saatnya video call dengan
ayahnya, saat menjelang tidur.
Begitulah keadaan belajar di
rumah. Kebosanan anak belajar di rumah dapat dihalau bila Rena menjadi pusat
perhatian seluruh anggota keluarga.
Nenek Isol yang setia, sabar
karena kasih sayangnya mendampingi cucu, sebagai pengganti guru, pembimbing,
pengawas selama belajar di rumah.
Selamat kembali belajar di rumah,
Rena.
(*) Tulisan ini
hasil pengamatan dan wawancara dengan keluarga tetangga
(*) Penulis
mengikuti belajar daring 2x di rumah Rena
(*) Seluruh nama
disamarkan
Comments