Masih Perlu Blusukan di Zaman Digital?

 

(Ilustrasi Pixabay.com)

Dua hari lalu saya dan Reita sales call ke kawasan industri Pulogadung. Kali ini tak didampingi sang sopir karena kendaraan cukup mudah dipesan via aplikasi online. Ongkosnya terbilang murah, praktis pula.

Tampak bangunan pabrik-pabrik itu seperti berdekatan. Beberapa pohon beringin di kawasan meneduhkan mata. Jalanan cukup bersih meski beberapa ruas berlubang.

Kami berjalan menuju pos sekuriti, menyusuri koridor, lalu menaiki tangga besi yang curam.  Lumayan jauh.

Bu Selvi, pelanggan yang loyal. Bertahun-tahun kami menjalin hubungan bisnis. Tamu-tamunya, para konsultan, engineer dari berbagai kota di Indonesia dan luar negri.

“Rei, kok jadwal meeting mepet banget, apa mungkin dalam 20 menit tembus 2 perusahaan?”. Tanyaku setelah meeting dengan Bu Selvi.

“Oh ya?

“Coba saja bujuk Pak Roni, apa bisa bertemu sore”, kataku lagi

Pucuk dicinta hatipun ria, Pak Roni setuju. Jam pertemuanpun diundur. Aha, memang segala sesuatu bila dilakukan sepenuh hati selalu ada titik temu. Dot.

Sales call aktifitas wajib bagi tim marketing, tugas rutin menggali informasi tentang market. Mencari tahu kondisi bisnis terkini.

Saya menyukai padanan kata blusukan, menurut KBBI artinya masuk ke suatu tempat untuk mengetahui sesuatu. Menurutku istilah sales call maknanya sama dengan blusukan.

Blusukan tentu diawali perkenalan, pertemanan, lalu akhirnya terjalin erat persahabatan. Tak terbantahkan!

Sekalipun kondisi cuaca panas, dingin, mendung, hujan, tetap dilakoni. Ya, begitulah pertemuan dengan booker, decision maker atau para petinggi dari sebuah perusahaan.

Sukanya banyak, dukanya gak sedikit. Sesekali terjangkit penyakit malas. Rasanya lebih nyaman tinggal di kantor, adem di bawah AC ketimbang berkelintaran door to door menyapa pelanggan.

Apa hendak dikata, Inilah tantangan. Ikhtiar menjalani, untung menyudahi.

Masih perlu blusukan?

Kembali dunia perhotelan mulai sibuk. Oh senangnya! Tamu seliweran dari berbagai kota.

Para vendor di sekitar Ibukota Baru Nusantara, Penajam, sesekali singgah ke Balikpapan, ke Samarinda, Bontang, menginap di berbagai hotel. Sontak hotel, penginapan, di kota-kota terdekat kian popular.

Pesta pernikahan terus mengalir yang sebelumnya nihil. Seakan lupa, larangan berkerumun di masa lalu. Tinggal kenangan?

Hampir 2 tahun kegiatan blusukan sempat terhenti. Kini? Berebut tanggal pernikahan, ulang tahun, seminar, workshop, raker, munas, team building, out bond, dan sebagainya.

Menjalin persahabatan dengan klien, itulah dasar profesi salesman, salesgirl, sales marketer, penjual, apapun bidang bisnisnya.

“Ada keperluan apa ya Rei?”, tanya Bu Tini kalem, saat Reita meminta jadwal bertemu.

“Mau silaturahmi saja Bu, juga update informasi, promosi hotel”, jawab Reita.

“Maaf Rei, bisa ditunda gak. Ada jadwal meeting dengan bos besok. Kirimkan via WA dulu”.

“Oh baik Bu”, Reita gigit jari. Janji bertemu pupus,

PT Krida Agrobisnis tempat Ibu Tini bekerja, menghapus kegiatan pertemuan di luar kantor.  Meeting internal dan meeting yang melibatkan partner, supplier, ditiadakan. Seluruh meeting diadakan via online.

Media online terus digembar-gembor. Jika dapat dilakukan serba cepat, praktis, gampang, kenapa harus tatap muka.

Dampaknya, jangkauan pemasaran hotel semakin meluas bahkan mendunia.

Penjualan kamar, banquet, ballroom, convention hall, restoran, pastry, spa, fitness centre terpampang di website hotel, online travel agent, serta market place.

Publik terpancing melirik website. Sekali klik, seluruh informasi terurai detail. Citra hotel ditampilkan. Lengkap dengan foto-foto original yang memukau para pengunjung. Lokasi, map, video menjadi pemikat.

Merebak ke media sosial : Facebook, Intagram, Twitter, YouTube, TikTok, Whatsapp business yang tak hanya tongkrongan promosi saja  tetapi juga sumber penghasilan.

Web designer, marketing communication, e-commerce manager, social media manager, diantaranya posisi ngetrend yang direkrut untuk goal tersebut. Market online tak terelakkan!

Apa yang dibidik?  Mempelajari perubahan pasar. Ujungnya pencapaian maksimal, meraup rupiah sebanyak-banyaknya.

Karena itu banyak manajemen hotel kembali menganalisa, kaji ulang agar mampu bersaing di tengah pasar.

Misalnya, intensitas dari aktivitas marketing.  Secara sederhana dapat diuji perubahan pasar berikut:

1. Offline marketing, cukup dikerjakan 30% untuk aktifitas sales call, business trip, travel mart.

2. Online marketing sebesar 70 – 75% untuk aktivitas daring, website, online travel agent, E-commerce, media social (FB, IG, Twitter, YouTube, TikTok, Linkedin) whatsapp business account, influencer. Search Engine Optimization (SEO). Search Engine Marketing (SEM), content marketing, e-mail, dsb

Sebelum masa pandemi, pendapatan online, berkontribusi sekitar 30% dari market segmen. Percayakah dalam kurun waktu 5 tahun, hotel akan meraup lebih dari 60% online market sebagai sumber pendapatan. Kenapa tidak? Jika promosi, reservasi, iklan, audio/video dapat dilakukan dari sebuah website.

Tak mau ketinggalan perusahaan korporat ikut-ikutan melakukan booking online. Mungkin selain terhindar dari angka manipulatif pun layanan secepat kilat yang gak bikin ribet.

Nah, inilah yang menjadi sekat ketika kita menjual langsung kepada korporat. Bersaing dengan aplikasi reservasi, whole seller, agen online. Untuk apa serba sulit kalau harga beda tipis?

Kita tak lagi berkiblat pada strategi 2 tahun lalu Bung! Analisa, uji ulang, lalu maju dengan strategi anyar bila hasil jauh dari target. Mumpung masih di kuartal ke-2.

Menuju dunia internet marketing

Bagaimanapun sales call tetap perlu. Namun qualified call lebih penting daripada quantity call. Intensitasnya dikurangi ketimbang blusukan tidak efektif.

Lebih baik tim marketing memikirkan penghasilan, sumber revenue dari segmen online.

Soal blusukan, agar tidak monoton, bosan, tapi menumbuhkan gairah kerja, efektif, secara ringkas berkut ini dapat dijadikan panduan:

1. Siap dengan fasilitas yang memadai. Kendaraan tersedia. Transportasi online dapat dijadikan alternatif.

2. Qualified call minimum 3 perusahaan. Total 5 kunjungan per hari per orang untuk kota Jakarta, Medan, Balikpapan, Surabaya, Bandung. Sedangkan di Palangkaraya, Pontianak, idealnya lebih dari 5.

3. Sales call wajib setiap Selasa, Rabu, Kamis. 

4. Tracking database dan laporan ringkas setiap akhir pekan.

Paparan tersebut muncul atas dasar opini pribadi. Sila Anda berpendapat.

Yuk, bersiap menekuni marketing online secara masif. Jangan pelit memberi fasilitas yang memadai bagi tim marketing: komputer, gawai, ipad. Sistem online akan menjangkau banyak potensial klien.  

Ubah pola pikir. Strategi penjualan pada 2, 5, 10 tahun lalu, bukan obat mujarab lagi.

Agar bisnis terus melaju, tak hanyut tergerus jaman, terapkan strategi marketing online. Disamping melambungkan brand juga sebagai sumber penghasilan.

“Balik ke hotel yuk!”, ajak Reita.

Dalam setiap langkah, selalu ada hasil. Tugas Reita melakukan yang terbaik, cermat menangani pelanggan.

Mungkin kelak, blusukan tinggal cerita. Solus Deus scit.

Salam hospitality

Comments