Roh yang Hidup

Holy spirit (designed by Pixel)

Tubuh itu terbujur kaku, kuning memutih, pucat!  Kupandang wajah itu, kumengenalnya. Itu kakak perempuanku! Tadi pagi  bertemu dengannya saat pamit karena kepergianku ke luar negri.

Life is unpredictable. You never know what will happen the next second and you can’t change it either.

Inikah pembaringan terakhir?

“Bayangkan, kamu sedang tergeletak di ruang ICU rumah sakit. Hanya tinggal sepenggal nafas yang kita miliki sehingga membutuhkan alat bantu untuk bernafas.

Tidak ada bunyi musik klasik atau lagu pop apalagi lagu dangdut. Sakitnya hati ini…. Sakitnya di sini, sini, sini…

Kalaupun bisa terdengar suara nyanyian maka yang terdengar adalah nyanyian kematian. Seakan-akan penghuni ruang ICU sedang mempersiapkan suatu paduan suara menyenandungkan nyanyian kematian.

Terdengar suara alat-alat kedokteran secara monoton yang menopang nyawa orang-orang yang sedang sekarat. Bunyi alat-alat kedokteran itu bisa membangkitkan perasaan ngeri. Pasien di ruang ICU tidak bisa membedakan kapan siang kapan malam, yang kita tahu bila malam tiba semua menjadi senyap. Tidak ada lagi hilir mudik orang-orang yang datang mengunjungi dan mendoakan mereka yang sakit. Biasanya doa-doanyapun juga doa-doa yang menyiratkan keputusasaan dengan kondisi pasien yang no hope.

Kalau malam tiba, terdengar sesekali suster dan dokter berbicara pelan setengah berbisik dan terdengar langkah sandal dokter yang diseret. Sesekali terdengar suara langkah keluarga pasien.

Semakin malam suasana semakin senyap, seakan kita sudah ada di kuburan. Menengok ke kanan dan ke kiri hanya ranjang-ranjang pasien yang memiliki nasib serupa dengan diri kita. Tak terpikir adanya TV dengan sinetron yang berseri yang selama ini menemani sebelum lelap tidur ketika masih sehat.

Kalau masih memiliki penciuman yang dapat dicium hanyalah bau ruang rumah sakit yang sarat obat-obatan. Tidak ada bau wangi parfum atau aroma kopi hangat.

Dokter sudah memberi isyarat kepada keluarga bahwa keadaan pasien sudah tidak ada harapan. Dari pengalaman medis kondisi ini adalah kondisi akhir pasien. Nyawa tidak lebih dari beberapa hari atau tinggal beberapa jam.  Oleh karenanya dokter menyarankan agar keluarga besar dikumpulkan. Barangkali pasien dapat merasakan kehadiran keluarga di sekitarnya walau tidak mampu menggerakkan anggota tubuh sama sekali.

Kalau bisa berbicara, maka kita akan berkata ‘temani aku, temani aku…

Tetapi suara itu tidak terdengar sebab mulutpun dipenuhi selang untuk bantuan pernapasan dan makanan. Diharapkan waktu itu kita mampu berkata, ‘Tuhan, Engkau sahabatku, temanilah aku”

Setiap kita suatu hari pasti tiba pada pembaringan terakhir. Pembaringan terakhir adalah tempat tubuh direbahkan terakhir sebelum maut menjemput dan kita tidak tahu pembaringan terakhir kita sebab kita tidak tahu ada orang sehat lalu terbujur kaku sore hari. Ada orang yang pembaringan terakhirnya di pesawat terbang atau jalan beraspal dimana motor jatuh….”

Hari terakhir

Dua bulan 20 hari, sampailah pada akhir pertemuan itu. Sehelai pakaian yang dipesannya jauh-jauh hari, membungkus tubuhnya, rosario, sepatu baru dan sebuah holy bible.

Aku merenung, dalam dan lebih dalam lagi. Ada masa  dimana jiwa/roh akan tiba pada perhentian di dunia fana ini. Kegelisahan, kekuatiran semakin merapuhkan tubuh.

Kubisikkan di telinganya, bahwa Roh yang damai menuntun dalam tenang. Di tempat akhir pembaringan manapun tidaklah penting namun mintalah kepada Yang Kuasa agar diberikan tempat pembaringan terakhir yang layak. Bukan di Mall, di Jalan raya, di restoran, di tempat prostitusi, bukan pula dalam penjara Salemba.

Tuhan pasti memberikan tempat pembaringan terhormat kepada kita yang mengasihiNya. Dia takkan mempermalukan bahkan akan mengangkatnya.

"Our prayers are always with you" (doc pribadi)


Roh yang Hidup dan Kekal

Manusia adalah mahluk Roh yang mendiami tubuh dan memiliki jiwa. Tubuh perlu asupan agar tumbuh, menjadi kuat. Demikian pula Roh harus diberi makan agar tumbuh dan hidup. Makanan Roh adalah firman Tuhan.

Kita tidak bisa mengabaikan Roh sebab ketika Roh lemah  kita mudah jatuh dalam dosa. Bila Roh kuat, manusia akan sanggup menghadapi masalah apapun dalam hidup yang tragis ini. Roh hubungannya dengan Allah. Ketika Roh diberi makan maka Roh menjadi bertumbuh dan kuat.

Makanan jasmani tidaklah terlalu penting untuk kehidupan kekal namun Roh yang ada dalam tubuh sedemikian harus dibangun, dipelihara dan hidup.

Raga boleh mati namun Roh tetap hidup. Roh akan menyongsong alam di langit baru, bumi baru. Roh akan berkata ‘Tuhan, temani aku.... Roh dan jiwaku damai, siap menghadapMu’.

Yuk, mari bersiap dan merawat Roh yang dipercayakan pada kita dari Tuhan Allah.

As a tree is known by its fruit, so man by his works,

 
References:  #PdtErastusSabdono, GSKI, Financial Freedom Seminar 2015 / #Holy Bible, Luke4:4 “It’s written, “Man shall not live by bread alone”

Comments