Tubuh itu terbujur kaku, kuning memutih, pucat! Kupandang wajah itu, kumengenalnya. Itu kakak perempuanku! Tadi pagi bertemu dengannya saat pamit karena kepergianku ke luar negri.
Life is unpredictable. You
never know what will happen the next second and you can’t change it either.
“Bayangkan, kamu sedang
tergeletak di ruang ICU rumah sakit. Hanya tinggal sepenggal nafas yang kita
miliki sehingga membutuhkan alat bantu untuk bernafas.
Tidak ada bunyi musik klasik atau
lagu pop apalagi lagu dangdut. Sakitnya hati ini…. Sakitnya di sini, sini, sini…
Kalaupun bisa terdengar suara
nyanyian maka yang terdengar adalah nyanyian kematian. Seakan-akan penghuni
ruang ICU sedang mempersiapkan suatu paduan suara menyenandungkan nyanyian
kematian.
Terdengar suara alat-alat
kedokteran secara monoton yang menopang nyawa orang-orang yang sedang sekarat. Bunyi
alat-alat kedokteran itu bisa membangkitkan perasaan ngeri. Pasien di ruang ICU
tidak bisa membedakan kapan siang kapan malam, yang kita tahu bila malam tiba
semua menjadi senyap. Tidak ada lagi hilir mudik orang-orang yang datang mengunjungi
dan mendoakan mereka yang sakit. Biasanya doa-doanyapun juga doa-doa yang
menyiratkan keputusasaan dengan kondisi pasien yang no hope.
Kalau malam tiba, terdengar sesekali
suster dan dokter berbicara pelan setengah berbisik dan terdengar langkah sandal
dokter yang diseret. Sesekali terdengar suara langkah keluarga pasien.
Semakin malam suasana semakin
senyap, seakan kita sudah ada di kuburan. Menengok ke kanan dan ke kiri hanya
ranjang-ranjang pasien yang memiliki nasib serupa dengan diri kita. Tak
terpikir adanya TV dengan sinetron yang berseri yang selama ini menemani
sebelum lelap tidur ketika masih sehat.
Kalau masih memiliki penciuman yang
dapat dicium hanyalah bau ruang rumah sakit yang sarat obat-obatan. Tidak ada
bau wangi parfum atau aroma kopi hangat.
Dokter sudah memberi isyarat kepada
keluarga bahwa keadaan pasien sudah tidak ada harapan. Dari pengalaman medis kondisi
ini adalah kondisi akhir pasien. Nyawa tidak lebih dari beberapa hari atau
tinggal beberapa jam. Oleh karenanya
dokter menyarankan agar keluarga besar dikumpulkan. Barangkali pasien dapat merasakan
kehadiran keluarga di sekitarnya walau tidak mampu menggerakkan anggota tubuh sama
sekali.
Kalau bisa berbicara, maka kita
akan berkata ‘temani aku, temani aku…
Tetapi suara itu tidak terdengar sebab
mulutpun dipenuhi selang untuk bantuan pernapasan dan makanan. Diharapkan waktu
itu kita mampu berkata, ‘Tuhan, Engkau sahabatku, temanilah aku”
Setiap kita suatu hari pasti tiba pada pembaringan terakhir. Pembaringan terakhir adalah tempat tubuh direbahkan terakhir sebelum maut menjemput dan kita tidak tahu pembaringan terakhir kita sebab kita tidak tahu ada orang sehat lalu terbujur kaku sore hari. Ada orang yang pembaringan terakhirnya di pesawat terbang atau jalan beraspal dimana motor jatuh….”
Hari terakhir
Dua bulan 20 hari, sampailah pada
akhir pertemuan itu. Sehelai pakaian yang dipesannya jauh-jauh hari, membungkus
tubuhnya, rosario, sepatu baru dan sebuah holy bible.
Aku merenung, dalam dan lebih dalam
lagi. Ada masa dimana jiwa/roh akan tiba
pada perhentian di dunia fana ini. Kegelisahan, kekuatiran semakin merapuhkan
tubuh.
Kubisikkan di telinganya, bahwa
Roh yang damai menuntun dalam tenang. Di tempat akhir pembaringan manapun tidaklah
penting namun mintalah kepada Yang Kuasa agar diberikan tempat pembaringan
terakhir yang layak. Bukan di Mall, di Jalan raya, di restoran, di tempat
prostitusi, bukan pula dalam penjara Salemba.
Tuhan pasti memberikan tempat
pembaringan terhormat kepada kita yang mengasihiNya. Dia takkan mempermalukan
bahkan akan mengangkatnya.
Roh yang Hidup dan Kekal
Manusia adalah mahluk Roh yang
mendiami tubuh dan memiliki jiwa. Tubuh perlu asupan agar tumbuh, menjadi kuat.
Demikian pula Roh harus diberi makan agar tumbuh dan hidup. Makanan Roh adalah
firman Tuhan.
Kita tidak bisa mengabaikan Roh sebab
ketika Roh lemah kita mudah jatuh dalam
dosa. Bila Roh kuat, manusia akan sanggup menghadapi masalah apapun dalam hidup
yang tragis ini. Roh hubungannya dengan Allah. Ketika Roh diberi makan maka Roh
menjadi bertumbuh dan kuat.
Makanan jasmani tidaklah terlalu
penting untuk kehidupan kekal namun Roh yang ada dalam tubuh sedemikian harus
dibangun, dipelihara dan hidup.
Raga boleh mati namun Roh tetap
hidup. Roh akan menyongsong alam di langit baru, bumi baru. Roh akan berkata ‘Tuhan,
temani aku.... Roh dan jiwaku damai, siap menghadapMu’.
Yuk, mari bersiap dan merawat Roh
yang dipercayakan pada kita dari Tuhan Allah.
As a tree is known by its fruit,
so man by his works,
Comments