Ilustrasi konsep resto yang "fun" (istock image)
“Praakkk!” Tetiba si waitress
melempar daftar menu ke meja. Belum sempat bertanya, wanita cantik itu melengos,
cuek.
“Air putih, air putih, nih!” teriaknya
“Ntar!”
Seru! Hampir semua bernada
sopran. Itu percakapan di salah satu restoran terbilang baru di Jakarta. Unik
juga ya. Restoran berkonsep out of the box. Cari sensasi. Jauh dari napas
hospitality.
“Sabar!, kalau gak mau sabar,
pulang!” kata waitress itu lagi.
“Ih ngeri datang ke resto ini”,
ujar temanku yang introver. Tapi begitulah, tamu dilarang baper. Kalau baperan
atau kaum wanita saat PMS (Post-Menstrual Syndrome), hmm semoga tidak timbul
masalah.
Kira-kira mengapa konsep restoran
dibuat sedemikian aneh, seolah menyimpang dari prinsip keramahtamahan?
Yang jelas, setelah muncul,
publik dibuat penasaran. Ingin merasakan suasana dijudesin. Seperti apa
sih teriakan pramusaji itu didengar? Kita akan cuek, tertawa-tawa atau membalas
omelan para waitress itu?
Bagi para lakon alias karyawan-karyawati,
konsep ini jelas dan dimengerti. Ada peran judes, jutek, dan marah-marah. Tak
berapa lama lalu viral.
Karyawan tak hanya tampil judes, bete,
jutek namun juga cerdas dan tanggap. Pintar berargumen kalau selisih pendapat, pandai mengelak alias ngeles.
Di balik itu semua, resto yang
terdapat di berbagai kota di Australia dan Jakarta itu setidaknya berusaha menyajikan
kualitas makanan di atas rata-rata. Tentu saja ingin tamu-tamunya ketagihan,
hadir di tengah suasana hingar bingar dengan gaya norak.
Berani Tampil Beda
Mengapa konsep ini muncul dengan
gaya yang dianggap tabu selama ini?
1. Should be different. Sesuatu yang berbeda, pasti cepat melejit, booming, bombastis, tak perlu banyak iklan. Sekali shot video menjadi tools marketing yang ampuh, jitu dan instan. Upaya terus menerus merekam video, photo-photo di media online, follower ikut terpancing, penasaran.
2. Target market jelas. Pasarnya anak-anak muda, eksekutif muda, pencari konten di media sosial, kumpul bareng usai jam kerja. Sekedar mencari pengalaman, coba sana, coba sini.
3. Konsep tabu, aneh. Jutek, judes, marah-marah, hanyalah akting. Manajemen harus selektif. Bayangkan jika si waiter dengan tampang manis, imut-imut, yang wajahnya tampak selalu senyum walau cemberut, tapi dituntut judes. Duh, gak kena feel-nya.
Yang Norak Cepat Dikenal
Mau tahu alasan tamu antri hingga
waiting list pada akhir pekan?
1. 1.Restoran
baru selalu menimbulkan keingintahuan. Apalagi setelah viral di berbagai media,
publik dibuat penasaran.
4. Kesempatan mencari konten, mengunggah video/photo di media sosial, mengundang banyak komentar, menambah follower.
Eat good, good food (ilustrasi by istock image)
Para karyawan guests contact
yang belum menikah, berhati-hati. Bertutur kata sopan saat ngobrol dengan
suami/istri, anak. Anggap saja latihan sinetron di tempat kerja. Jago akting. Buang
dulu sifat judes dari atmosfer horor itu.
Restoran jutek ini pertama kali
berdiri di Sydney pada Oktober 2021. Secara kultur orang asing dengan Indonesia jauh berbeda. Ketika konsep itu dipraktekkan,
anda yakin kita tak terpancing ikut-ikutan gaya diluar tata krama tanpa
sentuhan hospitality itu?
Zaman berubah. Itulah bisnis. Tampil dengan warna-warni konsep marketing sesuai peradaban. Tiga tahun mendatang, mungkin akan terdapat model yang lebih horor lagi. Sesuatu yang dianggap tabu faktanya terjadi. Dulu dianggap absurd, kini ngetren.
Telah banyak ragam konsep manajemen
di berbagai restoran dalam dan luar negri dalam menarik pengunjung, tetapi
masih dalam koridor hospitality. Yang satu ini? Sila anda menilainya. Memang marketer
food & beverages harus selalu mencari terobosan baru supaya populer dan
laku.
Di Taiwan, terdapat restoran berarsitek
toilet. Wadah makanan model jamban, gelas bentuk tempat pipis pria. termasuk
makanan yang disajikan model (maaf) faeces, seakan anda berada dalam kamar
mandi. Bagi sebagian tamu, pasti hilang selera. Nyatanya para pengunjung
menikmatinya. Hehe..aya-aya wae.
Konsep marketing di resto yang
ngomel-ngomel tadi memang menarik banyak peminat.
Easy come, easy go,
mudah-mudahan tak terjadi. Kita lihat saja. Bisnis food & beverages memang
selalu menuntut gebrakan yang kreatif, inovatif agar tetap langgeng.
Salam hospitality!
* Artikel ini telah tayang di Kompasiana tanggal 24 February 2023,
Comments