“Dunia sepi tanpa sepak bola,” celoteh sang pacar saat remaja. Jika ingat bola, terkenang pula sekelumit kisah cinta semasa bersamanya.
Ray ngefans sepak bola. Ia hafal
seluruh klub sepakbola, nama pemain hingga nomor punggung. Sampai-sampai, kaos,
celana, sepatu, kaos kaki pemain bola, ia miliki. Padahal ia bukan pesepak bola.
Perpisahanku dengannya karena
masalah bola. Ia lebih mementingkan hobinya ketimbang diriku.
“Mungkin suatu saat kita bersua
lagi ya,” katanya membuat hatiku tenang.
“Ya sudah. Kita putus aja!”
kataku pasrah. Jadi? Memang begitulah monkey love. Bagai tungku tak berapi.
Namun yang membuatku kesal, Ray
memilih putus padahal saya berusaha menyesuaikan diri dengan kegemaran bolanya
itu. Ah, sudahlah. Itu kan masa lalu, kala saya masih ingusan.
Ada kerak, ada nasi. Setiap pekerjaan tentu ada bekasnya.
Bekas yang ditinggalkan, hobi Ray
menular setelah kami putus. Kegemaran Ray nonton tayangan bola yang hampir tak
pernah terlewat itu, membuatku ketagihan.
Saya rajin nonton setiap akhir
pekan, walau siaran sepak bola ulangan. Jadul kan begitu. Pertandingan tidak
segencar sekarang di media. Saat pesta bola berlangsung, pasti selalu hadir.
Terakhir, saya in-charge di nobar (nonton bareng) saat FIFA Russia 2018 World Cup. Bersama dengan tim marketing, jaga gawang di nobar.
Nobar digelar di satu hotel. Tayangan
harus berlisensi, membayar via provider. Bila ingin memiliki izin tayang pesta
bola, harus membayar sekitar Rp 35 juta.
Ndilala, ada sponsor dari online
booking terkenal. Ada juga sponsor lain tapi hanya pelengkap saja. Jadilah area
nobar di sudut café itu. Penontonnya membludak, tak mengira bakalan berjubel.
Begini kisahnya..
Kisruh lalu digoyang penonton
Hari pertama, saking membludaknya,
tamu tak kebagian tempat duduk. Ruang yang ditata untuk 50 penonton, yang
datang lebih dari 150 orang.
“Kak, masa saya kebagian di sini
sih. Saya kan sudah pesan duduk di
depan!” ujar Mas Edi, pemuda tanggung.
“Aduh Mas, nobar ini gak pakai
pesan kursi. Siapa datang pertama, cari tempat duduk sendiri ya,” jawabku. Mas
Edi tidak puas dengan keteranganku. Ia tetap duduk disitu.
Tetiba saya dihampiri seseorang. “Kak,
saya kok gak kebagian kursi?” ujar seorang tamu dengan rombongan kecil di
belakangnya.
“Sebentar Bang, saya check dulu
ya,” jawabku menenangkan.
Saking banyaknya penonton yang
tak mendapat kursi, mereka mulai gelisah. Pasalnya, semula nobar diperuntukkan
tamu kamar saja, tapi belakangan kita membukanya agar tak tampak sepi. Yang
diharapkan, akhirnya tidak terjadi. Tamu dari luar hotel pun berdatangan.
“Ah, payah, payah!” mulailah
mereka meneriakkan yel-yel “kacau! Kacau! kacau!” terdengar seperti lagu mars,
kompak. Entah siapa provokatornya.
Saya kaget karena yel-yel semakin
bergemuruh dan serempak.
“Pak Rudi, bagaimana ini? Siapa
yang bilang, penonton boleh pesan tempat duduk?” begitu tanyaku pada kolega.
“Begini saja, kita penuhi lobi
ini dengan kursi. Asal mereka harus bayar makan!” Wajah Rudi agak tegang, demikian
juga diriku yang panik.
Satu persatu, kursi dari ruang banquet
diturunkan. Sim salabim! lobi pun penuh oleh penonton. Lebih dari 150 orang
akhirnya mendapat kursi. Penonton membludak jauh dari perkiraan.
Tayangan piala dunia itu gratis bagi tamu yang menginap. Namun penonton dari luar hotel dapat membeli kudapan sebelum ke pesta bola.
Tampak hidangan nasi goreng, mie
goreng, kwetiau, buah potong, air mineral. Tipe prasmanan, boleh makan sepuasnya.
Suasana tengah malam menjadi
meriah. Pesta bola itu tidak mengganggu tamu yang menginap sebab lantai kamar
berada di lantai 5.
Dua wanita muda cantik turun dari
mobil. Mereka utusan dari sponsor rokok. Langkah gontai, melenggak-lenggok kala
seluruh mata tertuju padanya.
“Rokoknya Pak. Mumpung promosi,”
katanya kepada seorang tamu.
“Ada merek lain gak?”
“Gak ada dong Pak, ini kan dari
sponsor!”
Tamu itu cengengesan, telah
menduga jawabannya bakal ditolak.
Iklan sedang tayang di layar
lebar itu. Saya berkeliling memeriksa setiap sudut ruang. Tetiba seorang Bapak
menghampiriku.
“Dek, sejak pesan kemarin, saya
minta kursi di luar, kenapa tempat saya sekarang di dalam?” Bapak ini minta
kursi di luar ruangan karena bisa sambil merokok.
“Bapak, tadi datang jam berapa? Tempati
kursi yang ada saja ya, Pak!” jawabku tetap sopan. Ia diam, kecewa. Tapi
bagaimana lagi, tiada yang dapat diperbuat. Setiap penonton dengan beragam
keinginan.
Suasana mulai riuh rendah. Para
tamu menyantap hidangan. Tak lama, menu prasmanan tersisa buah potong semangka,
papaya, melon dan air mineral saja. Waiter membersihkan meja prasmanan sebab
acara akan dimulai.
“Lho Mas, ini kenapa dipasang di
sini?” tanyaku pada tamu yang memasang standing banner bertuliskan promosi
perusahaan. Logo perusahaan jasa kurir itu terpampang tepat di samping layar
bola.
“Begini Kak, mohon izin 10 menit
aja ya Kak. Kan saya sudah beli 5 kupon makan!” pintanya membujuk.
“Wah, Mas ini, ada-ada aja. Ini kan
bukan tempat promosi. Saya kasih 15 menit ya,” kataku. Sambil mesam mesem, ia senang.
Bonus 5 menit berpromosi.
Live streaming yang buffering
Tibalah waktu pertandingan. Hari
pertama FIFA Russia 2018 World Cup, Russia lawan
Saudi Arabia. Semua penonton antusias.
Babak pertama dimulai. Lima belas
menit berjalan tetiba internet slow, buffering! Tayangan live streaming itu langsung
terhenti.
“Uhhh……!” teriak seluruh penonton
serempak.
Semua yang bertugas panik. “Bagaimana
ini, Pak?” tanyaku pada petugas dari sponsor utama.
“Staf saya sedang menuju kemari,
Bu!”
“Kenapa dari awal tidak dicheck?”
tanya Rudi, kolegaku
Akhirnya pertandingan tertahan 5,
8 hingga 10 menit. Setelah agak lancar, buffering lagi, lancar lagi, berputar-putar
lagi lalu tayangan setop, tersendat karena jaringan internet.
Keringat dingin mulai muncul.
“Kacau! Kacau! Kacau!” semakin
gencar dan keras, serasa lagu mars di telinga. Duh, ingin rasanya kabur.
Akhirnya seseorang yang
ditunggu-tunggu datang. Ia membereskan
jaringan internet. Kami memintanya agar ia bertugas hingga acara usai. Keringat dingin mereda.
Di tengah rehat pertandingan, tak
ketinggalan berbagai door prize, hadiah diberikan kepada para pemenang dengan
mengundi kupon makan.
Syukurlah, walau penuh ketegangan,
hari pertama nobar diakhiri dengan baik. Pertandingan dimenangkan Russia dengan
score 5 dan Saudi Arabia 0.
Selama sebulan, sejak 14 Juni
hingga 15 Juli 2018, kami bertugas di setiap pertandingan selama Russia 2018
world cup berlangsung.
Jam kantor usai, rehat beberapa
jam, dilanjutkan pukul 23:00 stand by nobar hingga usai. Seru juga walau pening
lalat saat kerja keesokan harinya.
Adat muda menanggung rasa. Pada saatnya kita menikmatinya setelah melewati masa itu.
Itulah nostalgia kala jaga gawang
di nobar pesta bola FIFA Russia 2018 World Cup. Masa panen juga bagi
hotel-hotel lho.
Salam bola.
Comments