Pengalaman Jaga "Gawang" di Nobar Pesta Bola

 

Football (foto by Pixabay)

“Dunia sepi tanpa sepak bola,” celoteh sang pacar saat remaja. Jika ingat bola, terkenang pula sekelumit kisah cinta semasa bersamanya.

Ray ngefans sepak bola. Ia hafal seluruh klub sepakbola, nama pemain hingga nomor punggung. Sampai-sampai, kaos, celana, sepatu, kaos kaki pemain bola, ia miliki. Padahal ia bukan pesepak bola.

Perpisahanku dengannya karena masalah bola. Ia lebih mementingkan hobinya ketimbang diriku.

“Mungkin suatu saat kita bersua lagi ya,” katanya membuat hatiku tenang.

“Ya sudah. Kita putus aja!” kataku pasrah. Jadi? Memang begitulah monkey love. Bagai tungku tak berapi.

Namun yang membuatku kesal, Ray memilih putus padahal saya berusaha menyesuaikan diri dengan kegemaran bolanya itu. Ah, sudahlah. Itu kan masa lalu, kala saya masih ingusan.

Ada kerak, ada nasi. Setiap pekerjaan tentu ada bekasnya.

Bekas yang ditinggalkan, hobi Ray menular setelah kami putus. Kegemaran Ray nonton tayangan bola yang hampir tak pernah terlewat itu, membuatku ketagihan.

Saya rajin nonton setiap akhir pekan, walau siaran sepak bola ulangan. Jadul kan begitu. Pertandingan tidak segencar sekarang di media. Saat pesta bola berlangsung, pasti selalu hadir.

Terakhir, saya in-charge di nobar (nonton bareng) saat FIFA Russia 2018 World Cup. Bersama dengan tim marketing, jaga gawang di nobar.

Nobar digelar di satu hotel. Tayangan harus berlisensi, membayar via provider. Bila ingin memiliki izin tayang pesta bola, harus membayar sekitar Rp 35 juta.

Ndilala, ada sponsor dari online booking terkenal. Ada juga sponsor lain tapi hanya pelengkap saja. Jadilah area nobar di sudut café itu. Penontonnya membludak, tak mengira bakalan berjubel.

Begini kisahnya..

Kisruh lalu digoyang penonton  

Hari pertama, saking membludaknya, tamu tak kebagian tempat duduk. Ruang yang ditata untuk 50 penonton, yang datang lebih dari 150 orang.

“Kak, masa saya kebagian di sini sih. Saya kan sudah pesan  duduk di depan!” ujar Mas Edi, pemuda tanggung.

“Aduh Mas, nobar ini gak pakai pesan kursi. Siapa datang pertama, cari tempat duduk sendiri ya,” jawabku. Mas Edi tidak puas dengan keteranganku. Ia tetap duduk disitu.

Tetiba saya dihampiri seseorang. “Kak, saya kok gak kebagian kursi?” ujar seorang tamu dengan rombongan kecil di belakangnya.

“Sebentar Bang, saya check dulu ya,” jawabku menenangkan.

Saking banyaknya penonton yang tak mendapat kursi, mereka mulai gelisah. Pasalnya, semula nobar diperuntukkan tamu kamar saja, tapi belakangan kita membukanya agar tak tampak sepi. Yang diharapkan, akhirnya tidak terjadi. Tamu dari luar hotel pun berdatangan.

“Ah, payah, payah!” mulailah mereka meneriakkan yel-yel “kacau! Kacau! kacau!” terdengar seperti lagu mars, kompak. Entah siapa provokatornya.

Saya kaget karena yel-yel semakin bergemuruh dan serempak.

“Pak Rudi, bagaimana ini? Siapa yang bilang, penonton boleh pesan tempat duduk?” begitu tanyaku pada kolega.

“Begini saja, kita penuhi lobi ini dengan kursi. Asal mereka harus bayar makan!” Wajah Rudi agak tegang, demikian juga diriku yang panik.

Satu persatu, kursi dari ruang banquet diturunkan. Sim salabim! lobi pun penuh oleh penonton. Lebih dari 150 orang akhirnya mendapat kursi. Penonton membludak jauh dari perkiraan.

(foto by Pixabay

Tayangan piala dunia itu gratis bagi tamu yang menginap. Namun penonton dari luar hotel dapat membeli kudapan sebelum ke pesta bola.

Tampak hidangan nasi goreng, mie goreng, kwetiau, buah potong, air mineral. Tipe prasmanan, boleh makan sepuasnya.

Suasana tengah malam menjadi meriah.  Pesta bola itu tidak  mengganggu tamu yang menginap sebab lantai kamar berada di lantai 5.

Dua wanita muda cantik turun dari mobil. Mereka utusan dari sponsor rokok. Langkah gontai, melenggak-lenggok kala seluruh mata tertuju padanya.

“Rokoknya Pak. Mumpung promosi,” katanya kepada seorang tamu.

“Ada merek lain gak?”

“Gak ada dong Pak, ini kan dari sponsor!”

Tamu itu cengengesan, telah menduga jawabannya bakal ditolak.

Iklan sedang tayang di layar lebar itu. Saya berkeliling memeriksa setiap sudut ruang. Tetiba seorang Bapak menghampiriku.

“Dek, sejak pesan kemarin, saya minta kursi di luar, kenapa tempat saya sekarang di dalam?” Bapak ini minta kursi di luar ruangan karena bisa sambil merokok.

“Bapak, tadi datang jam berapa? Tempati kursi yang ada saja ya, Pak!” jawabku tetap sopan. Ia diam, kecewa. Tapi bagaimana lagi, tiada yang dapat diperbuat. Setiap penonton dengan beragam keinginan.

Suasana mulai riuh rendah. Para tamu menyantap hidangan. Tak lama, menu prasmanan tersisa buah potong semangka, papaya, melon dan air mineral saja. Waiter membersihkan meja prasmanan sebab acara akan dimulai.

“Lho Mas, ini kenapa dipasang di sini?” tanyaku pada tamu yang memasang standing banner bertuliskan promosi perusahaan. Logo perusahaan jasa kurir itu terpampang tepat di samping layar bola.

“Begini Kak, mohon izin 10 menit aja ya Kak. Kan saya sudah beli 5 kupon makan!” pintanya membujuk.

“Wah, Mas ini, ada-ada aja. Ini kan bukan tempat promosi. Saya kasih 15 menit ya,” kataku. Sambil mesam mesem, ia senang. Bonus 5 menit berpromosi.

Live streaming yang buffering

Tibalah waktu pertandingan. Hari pertama FIFA Russia 2018 World Cup, Russia lawan Saudi Arabia. Semua penonton antusias.

Babak pertama dimulai. Lima belas menit berjalan tetiba internet slow, buffering! Tayangan live streaming itu langsung terhenti.

“Uhhh……!” teriak seluruh penonton serempak.

Semua yang bertugas panik. “Bagaimana ini, Pak?” tanyaku pada petugas dari sponsor utama.

“Staf saya sedang menuju kemari, Bu!”

“Kenapa dari awal tidak dicheck?” tanya Rudi, kolegaku

Akhirnya pertandingan tertahan 5, 8 hingga 10 menit. Setelah agak lancar, buffering lagi, lancar lagi, berputar-putar lagi lalu tayangan setop, tersendat karena jaringan internet.

Keringat dingin mulai muncul.

“Kacau! Kacau! Kacau!” semakin gencar dan keras, serasa lagu mars di telinga. Duh, ingin rasanya kabur.

Akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu datang. Ia  membereskan jaringan internet. Kami memintanya agar ia bertugas  hingga acara usai. Keringat dingin mereda.

Di tengah rehat pertandingan, tak ketinggalan berbagai door prize, hadiah diberikan kepada para pemenang dengan mengundi kupon makan.

Syukurlah, walau penuh ketegangan, hari pertama nobar diakhiri dengan baik. Pertandingan dimenangkan Russia dengan score 5 dan Saudi Arabia 0.

Selama sebulan, sejak 14 Juni hingga 15 Juli 2018, kami bertugas di setiap pertandingan selama Russia 2018 world cup berlangsung.

Jam kantor usai, rehat beberapa jam, dilanjutkan pukul 23:00 stand by nobar hingga usai. Seru juga walau pening lalat saat kerja keesokan harinya.

Adat muda menanggung rasa. Pada saatnya kita menikmatinya setelah melewati masa itu.

Itulah nostalgia kala jaga gawang di nobar pesta bola FIFA Russia 2018 World Cup. Masa panen juga bagi hotel-hotel lho.

Salam bola.

Comments