Internet, Oh Internet!

 

Internet, Oh Internet! (ilustrasi by Pixabay gratis)

Internet? Ah, rasanya baru kemarin saya dikejar-kejar  sopir gocar. Rumornya, saya berada di kantor polisi Medan karena kecelakaan.

Keluarga panik! Setiba di bandara Kualanamu, kubaca ada 8 misscall. Semua sibuk menghubungiku, termasuk staf hotel. Pesan-pesan WA itu dikirim 20 menit lalu, baru masuk berderet-deret, padahal gawaiku baik-baik saja.

Lalu saya sibuk di WAG keluarga, menjelaskan bahwa sedang dalam perjalanan pulang. Saking asyiknya membalas chat, hampir saja ku tertinggal pesawat. Semenit lagi pintu ditutup, siap mengangkasa.

Seandainya tiada internet?

Tiba di Bandara KL, jaringan internet macet. Tak biasanya begitu. Tiada lagi yang terpikir selain..

Setahun kemudian di Jakarta..

“Ren, tolong hubungi provider segera!” titah bos dadakan karena presentasi mendadak

Bagaimana tak panik, 10 menit internet down di tengah presentasi yang sangat penting dan menentukan nasib kelangsungan perusahaan anyar itu.

Di kantor yang super mungil itu, kami berlima, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Posisinya sama.

Seluruh staff terbiasa mengerjakan administrasi, mulai pesan air mineral gallon, cuci gelas masing-masing hingga foto kopi. Termasuk menghubungi provider internet yang lemot hingga sebuah titik.

Jadi kami tidak gagap jika muncul penyakit kambuh itu. Namun siapa mengira kehebatan provider yang diunggulkan bos dahulu, penyebab saya dan Dea direprimand bos dari Singapore. Oh no!

Pagi itu, kami memaparkan analisa pembagian keuntungan dari konfirmasi yang disepakati. Presentasi berlangsung mulai pukul 10:00 dengan BOD (Board of Directors) kantor regional dan Investor yang diwakili 2 kaki tangan pemilik perusahaan ABC.

Pandangan fokus, tiada berkedip, tetiba..Oops! internet down ketika Mr. Don bicara.

Keringat mulai menetes. Bukan karena AC mati, tapi buffering di layar tak henti-hentinya. Nyala tak mau, mati pun tidak. Putar-putar akhirnya pusing. Duh!

Saya keluar ruangan.

“Halo Mba, tolong periksa jaringan internet dari nomor ini!” Dea menelponnya. Saya bolak balik ke luar ruangan. Ada apa gerangan?

Internet ambyar, datang dan pergi sesuka hati. Usai meeting, Mr Dave langsung menelponku

“What’s happened?”

“Kamu anggap enteng masalah ini ya?” katanya lagi.

Bos marah karena presentasi ini amat penting untuk memenangkan tender satu hotel group sebagai management hotel.

Beberapa keluhan dicatat, kami mengganti jaringan internet dengan provider lain, tentunya.

Kelancaran berbisnis amat bergantung pada internet. Bukan hal sepele lagi. Fungsi internet semakin merambah ke segala urusan termasuk masalah privat.


“Kukira, kamu kabur!”

Tiga dekade silam, kala LDR dengan Ray pacarku di Amerika, saya menggunakan model flash infra red tersambung gawai. Gawainya saja masih jadul, nyambungnya sangat lemot.

Kalau chat di messenger, kalimat terakhir Ray selalu siaran ulangan.

“Oh, I thought you gone.” Saking seringnya pisah tanpa pamit gegara internet yang buffering alias lemot.

Di rumah, kami baru saja mengganti jaringan internet dengan provider baru. 

Awalnya tergiur bujuk rayu sales executive provider Y, saya menggantinya. Katanya produk ini murah dan bagus.

Beberapa bulan kemudian, mulailah keluhan bertalu-talu. Sebulan tercatat 2 hingga 3 kali macet. Lama kelamaan pengaduan jaringan menjadi kegiatan rutin.

Lalu? Ya kami kembali ke jaringan lama. Meskipun ada keluhan tapi jarang terjadi.

Urusan internet tak lepas dari quota. Quota tergantung pulsa. Sejak bolak balik ke Malaysia, saya mencoba berbagai internet provider sebagai uji coba.

Bagi Anda yang sering berlibur ke negara tetangga, Malaysia, Singapore, Thailand, ada cara agar tetap online.

Pertama, membeli sim card Malaysia dengan quota selama setahun.

Pilihan saya jatuh pada Tunetalk. cukup membeli quota 2 GB, seharga RM 50 yang validasinya 12 bulan. Harga itu setara dengan IDR 175.000. Setelah setahun, dapat diperpanjang.

Tidak perlu top up berulang-ulang kecuali jika kebetulan berada di sana. Quota itu lumayan untuk whatsapp dan berselancar. Cukup murah bukan?

Untuk pelancong yang ingin berhemat dan sering pergi ke negri ini, provider Tunetalk cocok digunakan. Keperluannya WA dan browsing MAP. Bukankah WA bisa untuk bertelpon ria juga?

Selain quota untuk setahun, ada pula yang berlaku 2 tahun, 3 tahun dsb. Namun tentu saja Anda harus  sesekali ke Malaysia, Singapore untuk berlibur, sekaligus top up.

Sederhananya kita tak perlu ribet membeli nomor anyar setiap kali melancong ke negri jiran.

Kedua, membeli sim card prepaid Telkomsel. Sistem prepaid supaya dompet tak bobol.

Untuk keperluan melancong, siapkan quota 2,5 GB selama seminggu, seharga IDR 350 ribu.

Jika 4 hari berada di sana? Tetap membeli paket 7 hari, sisanya untuk berjaga-jaga. Lebih dari 7 hari? sila Anda ikuti langkah pertama di atas.

Walau jaringan internet kadang tersendat, penggunaan internet di luar negri sungguh amat penting.

Internet lancar, semua senang karena selalu terhubung  keluarga, kerabat serta kawan-kawan.

Di era ini internet bukanlah sarana istimewa lagi, tapi kebutuhan dasar yang wajib tersedia dimanapun sebagai penopang aktivitas sehari-hari. Sebut saja sekolah online, meeting online termasuk blogging di Kompasiana.

Internet, oh internet! Tiada, membuat gelisah. Jikalau ada, terlupalah waktu. Tapi ingat, hindari berselancar sambil mengemudi ya.

Salam hospitality.

Comments