"Human Error"

 

Celaka mengintai siapapun, dimanapun karena itu berhati-hati dalam melakukan aktivitas 
(foto by Pixabay gratis)

Sejak lulus sekolah perhotelan, cita-cita Pak Don menjadi  manajer di hotel. Ia bernasib mujur. Mantan bosku itu aktif berkelintaran di berbagai hotel dalam dan luar negri.

Menjadi pucuk pimpinan suatu perusahaan adalah nasib peruntungan. Selain gaji yang menjanjikan ditambah tunjangan keluarga serta fasilitas yang wah, itu tawarannya.

Pak Don, berusia jauh di atasku. Beberapa hari sebelum pensiun, saat obrolan santai, ia menyampaikan sesuatu.

“Kita harus selalu bergantung pada perlindungan Tuhan,” begitu katanya. Saya pasang telinga. Buah pikirannya perlu didengarkan.

“Senyaman-nyamannya kita bekerja, ada saja rasa khawatir. Bukan alasan target. Itu gampang dicari. Yang utama, keselamatan kalian dan tamu,” katanya.

“Tak ada seorang pun yang ingin celaka,” Pak Don terdiam sesaat lalu membenarkan kaca matanya.

“Ada 3 tanggung jawab besar itu. Mencegah terjadinya kebakaran, keracunan makanan dan kecelakaan,” ujarnya.

Bertahun-tahun terpisah darinya, saya menyimpannya dalam benak. Apakah kekhawatirannya hiperbol?

Ada beberapa kisah nyata yang terekam semenjak menjadi hotelier.

Suatu ketika pada masa pre-opening di sebuah hotel, di kolam ikan yang mungil, tepat pada pandanganku, Ben staf engineer, tampak sedang memperbaiki sesuatu.

Tetiba badannya terpelanting “Bum..!” Air kolam memuncrat. Tubuh Ben tak bergerak. Semua yang melihatnya, terdiam.

Tak lama tempat itu menjadi pusat kerumunan. Sekuriti berdatangan. Ben tersetrum aliran listrik tegangan tinggi ketika memperbaiki lampu kolam.

Hari menjelang pukul 12:00, jenazah Ben dibawa ke rumah sakit. Istrinya meratapi kepergian Ben. Mereka baru saja menikah.

Siapa yang mau celaka?

Pagi itu tidak seperti biasanya, Jeff tidak muncul di restoran untuk sarapan. Maklum tamu long stay hanya 3 orang saja, jadi gampang dikenal.

Awalnya datanga dari laporan room boy bahwa pintu kamar Mr. Jeff tak dapat dibuka ketika hendak make up room.

Room boy menunggu hingga tengah hari. Sangkanya tamu terlambat bangun. Waktu menunjukkan pukul 10:00.

Agak ganjil dengan kebiasaan ini, lalu resepsionis menelpon ke kamar atas laporan housekeeping. Lebih dari 3 kali dering, tak berjawab. Staf menelpon ulang 15 menit kemudian. Tetap tak ada jawaban.

Diajaklah sekuriti dan duty manager masuk ke kamar,  menggunakan kunci master. Tamu kedapatan tertelungkup di kamar mandi dengan luka sobek di pelipis.

Sekuriti langsung menelpon petugas klinik hotel. Dokter jaga tidak di tempat. Dibawalah Jeff ke rumah sakit oleh staf klinik dan beberapa manajer.

Jeff pingsan terbentur besi penyangga tirai di atas bath tube. Tersebab badannya yang tinggi, kepalanya terbentur besi, jatuh terhuyung lalu tubuh terhempas, kepala terbentur kran di bath tube. Syukurlah nyawanya tertolong.

Penyebab Jeff terbentur besi akhirnya menjadi kajian ulang para arsitek. Besi penopang tirai plastik di kamar mandi banyak tidak digunakan lagi. Ada juga yang masih memasangnya namun dengan besi penyangga lebih tinggi dari tinggi badan pria.

Bila Jeff, pingsan karena benturan kepala di bathtub, lain lagi kisah tamu di dalam elevator yang macet.

Begini kisahnya..

Saat MOD (Manager on Duty), suara ribut di HT muncul bergantian. Satu elevator tiba-tiba terhenti.  Di dalamnya, seorang pria bersama putrinya yang masih kecil.

Posisi elevator itu berada di antara 2 lantai yaitu lantai 8 dan 9. Bapak ini menggedor pintu. Seorang wanita  yang kamarnya berada dekat dengan elevator mendengar teriakan minta tolong dibarengi suara pintu digedor.

Wanita ini ke luar kamar, mencari-cari suara yang ternyata dari dalam elevator. Ia langsung menelpon resepsionis. Waktu kejadian pukul 19:00.

Dua puluh menit kemudian, pintu elevator dibuka paksa oleh teknisi lalu mengangkat satu persatu dari lantai 9. Keduanya keluar dengan jalan memanjat. Mereka selamat, meski berkeringat, shock dan lemas.

Sang istri panik mendengar suami dan putrinya terjebak.  Tak lama mereka langsung check-out, padahal mereka baru saja check-in.

Lalu saya? Berat hati. Meminta maaf adalah mudah tetapi menempatkan empatiku padanya, rasanya penuh penyesalan.


Aturan jadul namun besar faedahnya

Menurut pengamatan dari berbagai sumber, saya mencatat 2 penyebab kecelakaan yang kerap terjadi di hotel. Kecelakaan yang muncul (meski tidak sering) diantaranya:

(*) Anak kecil berenang tanpa pengawasan orang dewasa

(*) Kerusakan elevator

Sebagai hotelier dari masa ke masa, saya mencatat perubahan signifikan terhadap aturan yang telah standar dan berfungsi baik.

Paparan dibawah ini diambil dari sudut pandang pribadi terhadap aturan main di hotel berbintang.

Beberapa peraturan ini, sejenis warisan dari para pendahulu yang nyaris dilupakan bahkan cenderung terhapus. Berikut dari masa ke masa perubahan itu:

Pertama, aturan menyatakan bahwa petugas sekuriti harus berjaga di setiap lantai selama 24 jam. Kini seorang petugas sekuriti cukup berkeliling ke setiap lantai.

Kedua, seorang lifeguard (pengawal renang) bertugas di area kolam renang dari pukul 07:00 – 19:00. Kini    peraturan terpampang di notice board “Warning! No Lifeguard”.

Ketiga, seorang dokter bertugas di house klinik hotel guna antisipasi kondisi darurat. Kini staf house klinik akan mengantar pasien/korban ke rumah sakit sebab tiadanya dokter jaga.

Keempat, fasilitas rumah klinik di hotel dilengkapi peralatan medis lengkap dalam kondisi darurat termasuk oksigen dan peralatan lengkap bedah ringan. Kini cukup tersedia perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

Itulah ke-4 peraturan yang berganti dari masa ke masa.

Dear hotelier, kira-kira apa alasan perubahan itu menurut Anda?

Keberadaan klinik hotel ditujukan untuk  tamu serta karyawan dalam keadaan darurat. Bukankah dalam pertolongan pertama, 10 detik sangat berharga bagi nyawa seseorang?

Itulah sekilas dari beberapa peristiwa nyata yang terjadi. Bila dikisahkan, takkan cukup mengulasnya dalam sehari.

Kecelakaan memang dapat terjadi di mana-mana. Banyak faktor penyebabnya. Sebagian besar disebabkan kelalaian manusia atau human error.

Nasehat Pak Don bukan tanpa alasan. Akibat kelalaian, berakibat diberhentikannya operasi hotel, menghadapi gugatan di pengadilan, juga mengganti kerugian finansial yang tak sedikit. Ditambah menanggung hukuman tidak tertulis diantaranya hotel yang sepi tamu.

Human error takkan terjadi ketika tim bekerja sama sehingga dapat mendeteksi kesalahan sedini mungkin.

Setiap karyawan dan tamu mesti peduli. Laporkan hal-hal ganjil yang terjadi di sekeliling kita. Bekali pula dengan pelatihan yang masif.

Ambil yang jernih, buang yang keruh. Begitulah cara menepis kekhawatiran sang manajer senior.

Ke pasar kubeli duku. Sekeranjang cukup untukku. Sampai di sini tulisan saya. Semoga bermanfaat.

Salam hospitality.

Comments