Seputar Kunci Kamar di Hotel dan Hobi Baruku

 

Membuka kamar dengan vink card (ilustrasi Pixabay)

Setelah menginap di hotel, ada saja yang diharap-harap.

“Kak, saya boleh minta kunci ini?” tanyaku pada resepsionis.

“Boleh, saya tambahkan pada bill ibu ya,”  jawabnya

“Berapa harganya?”

“Rp 150 ribu, Bu,”

Wah lumayan juga harga kunci kamar sebagai souvenir, pikirku. Tapi karena ngefan, saya beli juga. Padahal desain kartu biasa saja. Tapi ada kesenangan tersendiri mengumpulkan kunci kamar setelah menginap.

Saya kerap datang ke restoran di beberapa hotel, namun tidak tertarik memiliki kunci kamar itu. Jadi, kriteria kunci kamar yang kukoleksi haruslah hotel yang pernah saya tinggali. Tidak menginap, takkan memilikinya.

Mengapa kunci kamar?

Bumi berputar tahun berganti, perubahan pesat dari masa ke masa  dari  bentuk hingga model kunci kamar hotel.

Sejak 20 tahun lalu, kunci kamar hotel berbintang empat, lima, memang telah didesain simpel dan praktis. Dengan hanya menempelkan kartu pada panel kunci, terbukalah pintu. Bila lama terbuka, alarm berbunyi. Bila kunci tidak terbuka, lampu merah menyala. Itu ciri-ciri kunci bermasalah.

Ada beberapa hotel berkelas membuat kunci kamar unik bercorak batik, gambar itik, buah rambutan, mangga. Sayang kunci-kunci itu tercecer di suatu tempat.

Karena harga kartu semakin naik, sejak 10 tahun lalu, banyak hotel mengadakan kerja sama dalam pembuatan kunci. Dengan jalan memasarkan kedua produk. Misalnya hotel bekerja sama dengan jasa perbankan, telekomunikasi.

Jenis kunci kamar digital ada 2 macam, black tape jenis yang dipunyai hampir semua hotel di Indonesia. Sedangkan model terbaru dengan memakai chip. Semua jenis vink card tersebut tujuannya membuat semakin aman para tamu.

Sistem kerja model kartu digital terhubung dengan sistem di Front Office. Penggunaannya simpel dan praktis. Hanya diperlukan ketelitian operatornya.

Meskipun sistem canggih tapi jika operator lalai akan menghambat kelancaran bekerja

Suatu hari Pak Andre tiba di hotel pukul 14:15 langsung check-in. Nomor kamarnya #117. Ia langsung ke kamar dengan status kamar occupied clean (OC)

Pukul 15:00, Bu Ani dan keluarga check-in. Bu Ani langsung ke kamar, namun pintu tak dapat dibuka. Ia kembali ke resepsionis.

“Dik, kenapa kunci saya tak berfungsi?”

“Sebentar saya periksa ya, Bu,”

Resepsionis memeriksa kunci dan menggantinya. Ternyata nomor kamar Bu Ani dalam sistem #107, tapi tertulis di key folder #117.

Kesalahan yang sering terjadi, resepsionis lalai melihat nomor kamar pada sistem. Kisah ini bukan disebabkan kualitas kunci kamar yang buruk tetapi murni kelalaian petugas hotel.

Kunci kamar hotel (foto CelestineP)

Begitulah, meski sistem canggih tapi jika operator lalai akan menghambat kelancaran aktivitas.

Hari ke-dua menginap di Hotel Celeste, selepas makan pagi Andre bergegas kembali ke kamar. Selama sarapan, kunci ditaruh di kantong bajunya.

Setiba di depan pintu kamarnya, kunci kamar macet. Pintu tak dapat dibuka. Ia kembali ke resepsionis meminta penggantian kunci. Ibarat telur sekeranjang, pecah sebiji, pecah semua. Akhirnya seluruh keluh kesah dibeberkan. Ia complain, menganggap kualitas kunci yang buruk. Resepsionis pun memberi kunci pengganti.

“Pak Andre, kunci kamar jangan disatukan dengan handphone ya,” ucap resepsionis mewanti-wanti.

Ada angin, ada pohonnya. Segala yang terjadi pasti ada sebabnya. Andre ceroboh, menaruh kunci berdempetan dengan hp. Ia baru sadar, telah dua kali berganti kunci.

Kunci kamar digital itu sangat sensitif terhadap radiasi handphone sehingga akan merusak sistem. Taruhlah kunci kamar hotel (vink card) dalam foldernya dan jauhkan dari gawai.

Kunci kartu digital, memaksa Anda agar taat pada peraturan hotel.

Waktu menunjukkan pukul 12:05, Ami dan Hera selesai berbelanja oleh-oleh di kota. Mereka bergegas ke kamar bebenah pakaian lalu akan segera check-out.

Dayung sudah ditangan, perahu sudah di air tapi kunci kamar tidak berfungsi. Ami menunggu barang belanjaan di depan pintu kamar sementara Hera ke kaunter mengurus kunci.

“Kunci Ibu sudah expired, Bu. Waktu check-out pukul 12:00,” begitu penjelasan sang resepsionis.

“Jadi, bagaimana Dik?” tanya Bu Hera

“Kartu ibu saya perpanjang hingga pukul 13:00, ya”

Ami dan Hera pun tenang mengemas koper di kamar hingga pukul 13:00.

Kunci kamar yang telah di set up dalam sistem, takkan berubah jika petugas hotel tidak mengubahnya. Sistem kunci kartu digital mengharuskan tamu disiplin terhadap jam check-out.

Bagaimana bila tamu berada di kamar setelah tiba jam check-out? Takada masalah pada kunci kamar namun  resepsionis akan menelpon Anda di kamar agar segera check-out.

Manajemen hotel yang disiplin melarang kunci kamar dibawa pulang walau untuk gift away atau sebagai souvenir hotel. Namun banyak pula yang tidak menanyakan kembali kunci yang tercecer. Biasanya karena kedatangan grup besar yang luput dari pemantauan.

Bagi Anda yang ingin memiliki kunci kamar sebagai kenang-kenangan, akan dikenakan biaya sebesar Rp 100 hingga Rp 200 ribu per kartu, atau mungkin akan semakin mahal.

Banyak amenities yang dapat dikoleksi setiap kali menginap di berbagai hotel lho. Seorang kawan mengoleksi shampo dari berbagai hotel. Banyak sekali jumlahnya, dipanjang dalam lemari kaca. Kawan saya yang lain mengoleksi sandal hotel, handuk wajah.

Terkadang hobi itu muncul tiba-tiba, kadang juga latah melihat kawan hobi mengoleksi sesuatu. Anda koleksi apa?

Salam hospitality

 

Artikel terkait:

(*) Kumpulan Prangko dari Sahabat Pena

(*) Koleksi Uang Logam Mancanegara, antara Kenangan dan Kesenangan

Comments