Judul "Penthouse" yang Populer

 

Penthouse (ilustrasi Pixabay)

Terdesak penasaran judul drakor The Penthouse, saya iseng mencari tahu mengapa produser memberi judul The Penthouse. Lalu saya tonton satu episode.

Ramai-ramai setelah nama penthouse dikenal (bukan karena drakor), banyak restoran, hotel melati, apartemen memakai embel-embel penthouse. 

Apa makna dibalik nama penthouse itu?

Asal kata penthouse yaitu apentis, dari bahasa Perancis kuno. Dalam bahasa Inggris artinya attached building atau appendage. Arti harfiah dalam bahasa Indonesia yaitu apendiks. 

Kemudian kata penthouse dialihbahasakan menjadi griya tawang. Griya artinya rumah, tawang artinya di awang-awang.

Untuk selanjutnya dalam tulisan ini, saya menyebut penthouse saja sebab terkait nama penthouse itu sendiri.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), griya tawang artinya apartemen mewah yang terletak di lantai paling atas gedung, atau yang dibangun di atas atap. Arti yang kedua, yaitu bangunan lebih kecil yang menempel pada bangunan utama atau serambi.

Arti harfiah yang kedua ini, rasanya kurang sreg dengan sebutan serambi. Serambi artinya beranda atau selasar yang bersambung dengan induk rumah. Mengapa kurang penjelasan ini kurang pas? Aha, mari kita simak  ulasannya.

Penthouse perdana berada di Plaza Hotel, New York City tahun 1923. Setelah itu, tahun-tahun berikutnya Penthouse bermunculan di kota-kota Amerika.

Ciri penthouse selalu berada di lantai tertinggi dari bangunan sebuah hotel. Karena kemewahan dan kemegahannya maka hotel berbintang 5 (*****)  dilengkapi penthouse.

Sesuai levelnya yang selalu berada di lantai teratas,  penthouse memiliki guest lift, akses tersendiri menuju lobi. Penthouse bukan gambaran sebuah kamar tapi kemegahan dan kemewahan sebuah tempat yang luas dalam bangunan hotel.

Penyebutan kamar untuk penthouse tidaklah tepat, sebab di dalam penthouse terdapat beberapa ruang kamar dan ruang fasilitas lainnya.

Ruang di lantai teratas ini sengaja didesain mewah. Disiapkan bagi tamu yang ingin menempati dengan bayaran yang sepadan.

Salah satu penthouse yang pernah kami kelola ketika  saya menjadi staf di salah satu hotel berbintang 5 di Jakarta tahun 2004. Hotel yang akhirnya menjadi hotel independen itu, kini berfungsi sebagai tempat istirahat tenaga kesehatan virus corona sejak negri dilanda pandemi hingga kini.

Hotel itu memiliki penthouse seluas satu lantai teratas, dilengkapi spa dan kolam renang privat. Jika dibandingkan penthouse desain zaman mutakhir, rasanya jauh sekali. Namun semasa itu, cukup ternama.

Suatu ketika kami menerima pemesanan penthouse dari seorang saudagar asal Dubai. Saudagar datang dikawal beberapa pengawal serta petugas keamanan asal negrinya.

Satu kamar utama dihuni saudagar itu dan 2 kamar lainnya untuk para pengawal. Harga penthouse yang ditawarkan tahun itu sebesar Rp 50 juta/kamar/malam.

Baca juga: Kenali Konsep Villa, agar Tecipta Keasrian Rumah Anda

Membangun penthouse beresiko jarang dibeli, jarang laku atau hanya laku bila terselenggara  event internasional. Namun demikian perawatan perabot, fasilitas di penthouse harus dibersihkan setiap hari.

Penthouse di awang-awang

Pertama, fasilitas yang membuat tamu one stop staying, segalanya tersedia bagi tamu. Kedua, lokasinya yang berada di lantai teratas terhindar dari keramaian di lobi serta bisingnya lalu lalang kendaraan.

Seluruh fasilitas lengkap di dalam termasuk 3, 4 hingga 5 unit kamar, kolam renang, Spa, gym, sauna, whirpool,  kitchen, pantry, bilyar, karaoke room, bar. Tentu saja dilengkapi butler service, yaitu petugas hotel yang melayani tamu tersebut.

Kelengkapan fasilitas di penthouse melambungkan harga jual, dilengkapi perlengkapan sehari-hari (top of the line amenities) sebagai gaya hidup mewah. Mulai dari timbangan berat badan hingga alat pedikur, manikur.

Mereka yang kerap tinggal di sana adalah presiden sebuah negara, para profesional, pejabat yang menjamu tamu dari luar negri, pasangan yang berbulan madu (honeymooner), keluarga besar yang memberi hadiah ulang tahun perkawinan kepada orang tuanya, dan lain-lainnya.

Seperti kamar lainnya di hotel, penthouse tidak diperbolehkan sebagai tempat acara privat yang mengundang huru hara, atau pesta-pesta asusila.

Penthouse di awang-awang (ilustrasi Pixabay)

Tersebab harga yang membubung tinggi maka penthouse menarik sedikit pembeli. Namun jika terjual satu malam saja, sebanding dengan menjual 40 hingga 45 kamar standar dalam semalam.

Karena itu kondisi seluruh ruang dan kamar harus dalam status vacant clean. Harus selalu siap digunakan kapanpun.

Adik dari penthouse dinamakan presidential suite. Bedanya presidential suite memiliki fasilitas tidak selengkap dan luas ruang di bawah penthouse.

Di bawah level presidential suite, masih terdapat kamar suite lain. Penamaan business suite, junior suite, executive suite, family suite, itulah contoh kamar suite yang kamarnya memiliki luas lebih besar dibanding kamar deluxe, superior atau standar. 

Jumlah kamar dari tipe masing-masing kamar suite, tidaklah banyak, dapat dihitung dengan jari.

Bumi berputar zaman beredar, keadaan zaman selalu berubah, nama penthouse disematkan pada sebuah rumah tinggal yang mewah nan megah di apartemen.  

Seperti drakor “The Penthouse”, kisah tentang penghuninya yang memiliki ambisi. Cerita seorang wanita yang ingin memasuki strata sosial kelas atas. Itu semua terjadi di lantai 100, di penthouse apartemen.

Hotel dan apartemen memang mirip saudara kembar. Indentik tapi berbeda. Yang mana yang lebih cantik? Ya keduanya cantik asalkan pandai mengatur kecantikan luar dan dalam.

Apabila sematan nama penthouse turun ke level kamar suite, ini masih nyambung. Namun jika hotel bintang 2 latah melabelkan diri sebagai penthouse, Duh malu kan? 

Adalah hak pemilik menamai hotelnya, hanya saja penyematan suatu produk sebaiknya tidak hiperbol. Sesuaikan saja dengan nama yang pas.


Nama unik ketimbang ikut-ikutan

Penyematan suatu produk, merek dagang, kadang sengaja diplintir sebagai daya tarik. Ingin terkesan keren, kekinian, ngetren padahal kualitas produk yang dijual jauh panggang dari api, tidak seperti yang diharapkan.

Mengapa tidak sekalian saja melabelkan hotel dengan nama unik. Di luar negri tidak sedikit pemilik memberi nama hotel yang unik, contohnya The Truth Hotel, Red Box Hotel, Joke Hotel.

Di Indonesia, bagi hotel independen, nama-nama ini lebih menjual; Hotel Gatot Kaca, Hotel Resik, Hotel Gatot Kaca, Hotel Keluarga. Nama nyeleneh pun gak masalah. Jangan kepalang tanggung, ke langit tak sampai, ke bumi tak nyata.

Penthouse di tawang seyogianya memang berada di awang-awang, di antara langit dan bumi. Namun bila produk tak sepadan dengan maknanya, penthouse artinya mewah.

Bukankah penyematan nama yang tidak tepat akan mengaburkan pelayanan dan konsep suatu produk?

Salam hospitality. 

Comments