Pelecehan seksual: Kendalikan Pikiran, Awasi Mata, Jagalah Hati!

 

Kendalikan pikiran, awasi mata, jagalah hati!

Hari itu, hari pertama Nena masuk kerja. Nena anggota baru tim pemasaran yang lolos tes seleksi.

Hari pertama kerja, mengenalkan kepada seluruh kepala departemen. Terakhir, ia dibawa ke kantor Pak Bryan – general manager. Tak lama sekertaris memanggilku kembali.

“Ibu, that’s too short!” ujar Pak Bryan. Saya tak mengerti maksudnya. Ia mengulang. “Terlalu pendek roknya, Bu. Tolong diingatkan!”

Alamak, gegara rok pendek ia bersungut-sungut.  Pak Bryan risi melihat Nena memakai rok terlalu pendek. Celakanya tanpa stocking pula. Saya meminta maaf, sungguh, rok pendek itu luput dari perhatianku.

Kesempatan terjadi bukan hanya ada niat pelakunya, tetapi juga karena adanya peluang. Umumnya staf front liner, pemasaran, mereka berpeluang terkena perbuatan iseng bahkan pelecehan.

Tak pandang bulu, pelecehan dapat menyentuh status, harga diri, martabat, termasuk seksual.

Diantaranya terkait model pakaian kantor. Meski baju seragam dipandang rapi tapi rok pendek nan ketat dapat menjadi penyebab rangsangan seksual.

 Kawan perempuanku yang harus ganti baju

Seorang kawan, Reita berambut panjang sepinggul, ikal berombak, bercat rambut pirang. Sepintas mirip bintang idol Korea, Yuqi yang ditata ikal. Kami janjian mengunjungi seorang pelanggan di Wisma Pondok Indah.

Hari itu Reita memakai baju jas tapi sayang, dalaman baju Reita berdada rendah. Karena ia berjalan bersamaku, saya terganggu dengan gayanya yang menjadi pusat perhatian.

Dalam sekejap, saya cari jalan untuk merombak instan model dalaman itu agar layak menutupi seluruh bagian dadanya. Namun tak berhasil sebab model baju itu memang berdada rendah.

Ingin rasanya menggagalkan rencana makan siang tapi saya urungkan niat itu. Tanpa tedeng aling-aling saya mengingatkan agar tidak memakai dalaman model itu  lain waktu. Reita cemberut, saya bergeming. Saya puas telah mengingatkan.

Usai makan siang, kami menuju ke perusahaan di jalan Sudirman. Sepanjang jalan, sopir taksi mencuri pandang belahan dada Reita. Kok saya tahu? Sebab saya melihat mata sopir melalui kaca spion. Saya cerewet mengingatkannya dalam bahasa Inggris. agar

Saya tak tahu kelanjutan akibat dirinya yang sering memakai baju dalaman jas itu sebab kami tidak sehotel. Yang pasti saya takkan pergi bersamanya lagi.

Ada satu syarat jika ia hendak pergi denganku, ganti baju atau tidak pergi sama sekali. Saya kecipratan malu juga jalan berdampingan.

Korban fashion ngetren

Nena, Reita, sebagian kolegaku yang ingin tampil modis. Meniru gaya selebritas, gak ketinggalan zaman, gaul, ngetren, dan sebagainya.

Sadarkah dirinya, penampilan akan mengundang seseorang bertindak negatif dan agresif? Anda bayangkan bila Reita seorang diri di dalam taksi?

Pelecehan terutama mengintai orang-orang yang berpenampilan norak, vulgar dan  diluar kepantasan. You are what you wear. Pakaian cerminan figure karakter Anda.

Secara empat mata, saya bercakap dengan Nena, apa yang membuat dirinya ingin tampil seperti itu? Jawabnya enteng, “Kan lagi ngetren, Bu!”

Alasan ngetren, modis, ingin menjadi pusat perhatian, itulah yang mendorong tampil ala model. Mode fashion vulgar membuat dirinya merasa percaya diri tapi salah kostum.

Nena menanggung akibatnya setelah beberapa kali tidak mengindahkan aturan kepantasan berpakaian kantor. Berulang kali nasehatku dan HR Manager tak dihiraukan. Akhirnya Nena tidak lulus masa percobaan. Ia memilih mempertahankan fashion style daripada karir.

Waspada dalam segala keadaan

Lain lagi kisah Rosa, anggota tim pemasaran. Awalnya karena kesibukan mengurus acara bergengsi, keseringan diskusi berduaan menuntut ia harus mendampingi Mr. Jack kemanapun. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, Rosa selalu menurut. Siang malam mengurus acara yang luar biasa itu.

Usai acara, Jack masih menelpon Rosa. Suatu hari karena kesal, panggilan telpon Jack diacuhkan. Jack kesal lalu membuka aibnya sendiri.

Suatu hari, sambil menangis Rosa mengadukan kelakuan Jack yang kelewatan. Berdua dari hati ke hati, saya membiarkannya sesenggukan sambil bicaranya yang tak jelas. Bagai kaca terhempas ke batu, ia sangat sedih dan kecewa.

Setiap malam saat melakukan percakapan via telpon, Jack melakukan perbuatan tak senonoh atau dikenal dengan phone sex. Rosa merasa dilecehkan, sebab orang ini berterus terang telah beberapa kali melakukannya.

Orang seperti Jack, amat jauh dari kesan kurang ajar tapi tak disangka dialah pelaku. Pelecehan dapat terjadi pada siapa saja, tidak mengenal status, jabatan dan gender.

Berpakaianlah santun ke kantor (ilustrasi Pixabay)

Jauhi kawan yang suka mencolek-colek

Usai briefing sore, saya memergoki Rian mencolek bokong Dewi. Ketika itu jam pulang kerja.

Setelah kembali ke ruang kerjaku, Dewi kesal, dilecehkan oleh Rian. Mukanya pucat, seolah ingin menumpahkan kekesalan.

Saya mengingatkan agar menghindari Rian yang sering mencolek-colek. Selang 2 bulan berikutnya, Dewi resign.

Telah banyak contoh perbuatan tercela di depan mata. Ada wanita yang memancing pelaku, ada merespons  tanpa kuatir menjadi mangsa. Namun sebagian besar wanita selalu waspada.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dendam akibat pelecehan seksual sulit diobati, apalagi jika memunculkan trauma berkepanjangan.

Cara mencegah pelecehan

Apakah bentuk pelecehan seksual selalu dilakukan pria terhadap wanita?

Duhai kaum wanita, jangan membuka peluang terjadinya pelecehan. Tindakan santun berikut mengingatkan kita agar terhindar dari pelecehan:

(*) Berpakaianlah dengan sopan

(*) Berdandan sederhana, tidak menor

(*) Menjaga body language, gerak-gerik yang santun

(*) Bertutur kata sopan, tidak mengeluarkan kata-kata porno, tidak berkata-kata sembrono.

(*) Berdoa kemanapun, mohon pimpinan Sang Khalik agar terlindung dari kejadian yang tidak diharapkan.

Apabila kita telah melakukan hal kepatutan tersebut tetapi masih terjadi pelecehan, seyogianya harus bertindak tegas. Laporkan segera kepada aparat di tempat. Banyak kok wanita pemberani.

Kabar seorang penumpang wanita di kereta yang terkena pelecehan seksual baru-baru ini sungguh menyebalkan. Harga diri dianggap sepele.

Sangat dimengerti ia membeberkan via media sosial. Korban pelecehan mungkin malu, tak punya nyali untuk berontak. Mau adu mulut? berkata-kata kasar di tempat kejadian? Jangan-jangan korban dibuli, disangka halusinasi jika tiada saksi.

Jangan anggap remeh. Seseorang yang terluka, harga dirinya merasa direndahkan semakin merasa tidak berharga tanpa perlindungan.

Pakaian yang santun, rapi bukan jaminan luput dari pelecehan. Karenanya, setiap orang diharapkan peduli, saling melindungi di tempat umum, memerangi perbuatan tercela. Saatnya kita bertindak tegas terhadap pelaku supaya jera.

Di tempat-tempat umum, aparat keamanan harus mampu melindungi setiap orang, terlebih kamun wanita.

Bagaimana mengenali orang yang iseng di tempat umum  melakukan pelecehan? Mata yang menatap wajah seseorang terus menerus. Selalu ingin berdesak-desakkan.

Pengalaman ini terjadi ketika di dalam MRT, Singapore. Semua orang tahu, di negri ini banyak wanita muda memakai baju atau rok yang sangat pendek. Karena penumpang cukup padat, saya melihat wanita dengan rok sangat pendek digerayangi pemuda yang berdiri tepat di belakangnya.

Tertangkap tangan berbuat tak senonoh, perempuan ini mencak-mencak. Adu mulut pun terjadi. Suasana pertengkaran semakin seru. Akhirnya petugas memindahkah si lelaki ke tempat lain.

Namun hati saya berbisik, bukankah korban telah memancing perbuatan asusila dari rok super mini itu?

Kaum wanita, berpakainlah sepatutnya (ilustrasi Pixabay)

Dimanapun berada, berdoalah memohon perlindungan

Pelecehan seksual dapat terjadi dimanapun, di sekolah, di tempat kerja bahkan di tempat umum. Resiko terbesar  berada di tempat umum dimana setiap orang dapat menjadi saksi peristiwa itu. Malunya tak terbayangkan. Bila pelaku tertangkap basah, apakah mereka bersedia menjadi saksi?

Saya sempat mengingat-ingat kejadian saat duduk di bangku sekolah menengah. Setiap kali melewati ruang kepala sekolah, ia selalu memanggilku. Lalu saya hampiri dan ia memegang-megang tanganku, mengusap-usap pipi. Tiada kata yang terucap darinya.

Kejadian ini terjadi pula terhadap teman-teman wanita lain, apalagi yang berbadan besar dan tinggi.

Setelah puluhan tahun berlalu, saya sadar akan kejadian berulang-ulang itu. Sungguh kawat yang dibentuk, ikan ditebat yang diadang, ketahuan tipu muslihatnya.

Lebih baik mencegah daripada memendam rasa kesal lalu menyisakan trauma. Berdoalah dimanapun Anda berada. Biarkan malaikat pelindung memagarimu.

Ada korban, ada pelaku. Kepada pelaku, kendalikan pikiran, awasi mata dan jagalah hati. Jauhi perbuatan tercela! Biar mati anak, jangan mati adat, jadilah orang yang berpegang pada adat.

Tulisan ini adalah sebagian kisah serta pengalaman pribadi pula saksi mata dari kawan-kawan. Seluruh nama adalah samaran.

Semoga menjadi pelajaran bagi kita.

Salam hospitality.


Referensi:
(*) Mengapa Korban Pelecehan Seksual Butuh Waktu Lama untuk “Speak Up”?, Lifestyle.Kompas.com, 9 Juni 2021

(*) Cerita Perempuan Korban Pelecehan Seksual di KRL: Mengaku Trauma, Kecewa pada Penanganan Petugas, Kompas.com, 6 Juni 2021

(*) Sexual harassment, Wikipedia

Comments