Hotel melati (ilustrasi Pixabay)
Sabtu
sore itu, saya sendirian di kedai kopi. Saat percakapan dengan kolega dalam
telpon, There, pramusaji di kedai itu menguping
pembicaraan.
Usai bertelpon, There
menghampiriku lalu kami ngobrol seputar dunia hotel. Ternyata Theresia siswi
SMK jurusan F&B product. Beberapa bulan lagi ia akan tamat studi.
Satu hal diantara sekian banyak
pertanyaannya, mengusik keinginanku untuk berbagi kisah.
“Kenapa hotel berbintang kok gak
pernah kena razia seperti hotel melati ya, Kak?” tanyanya.
“There pilih kerja dimana, hotel
berbintang atau hotel melati?” jawabku, balik bertanya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), penggerebekan artinya datang dengan tiba-tiba untuk menangkap. Sedangkan
razia artinya penangkapan beramai-ramai. Penggerebekan penjahat yang berbahaya
bagi keamanan.
Dengan hati-hati saya menjawab
pertanyaannya. Ia harus mencernanya dengan kritis.
Pernahkah Anda menonton tayangan
razia di hotel-hotel melati? Apa yang terlintas dalam benak?
Menyaksikan singkat tayangan itu membuat
tidak habis pikir. Gruduk dadakan ke
tiap-tiap kamar. Ada juga yang terkesan mengadili di tempat. Tak luput wajah
para tamu terkena sorotan kamera crew TV, silau, gelagapan. Semua tamu tidak
siap menghindar. Razia itu dari kamar ke kamar. Digerebek siapa? Ya, aparat
penegak hukum.
Itulah sekilas gambaran kebiasaan
penggerebekan dan razia di berbagai hotel melati dalam berita televisi. Sekepal
menjadi gunung, setitik menjadi laut. Perkara kecil bisa jadi dibesar-besarkan.
Tipe hotel apakah hotel
melati itu?
Hotel melati, memiliki tipe
melati I, melati II dan melati III. Perbedaan ini berdasarkan jumlah kamar dan
fasilitas.
Secara bertingkat, hotel melati I
minimal harus mempunyai 5 kamar. Melati II, minimal 10 kamar dan melati III
setidaknya tersedia 15 kamar.
Kesamaan dari hotel melati yaitu memiliki
fasilitas kamar mandi, AC, TV, di setiap kamar. Kemudian dilengkapi meja
resepsionis. Di beberapa wilayah kota, karena berudara sejuk, tidak terpasang
AC. Fasilitas itu kadang tidak mutlak
tersedia. Kadang hanya tempat tidur dan kamar mandi saja.
Yang membedakan dari ketiga tipe
tersebut yaitu melati II dan melati III tersedianya restoran dan lobi. Tersebab
fasilitas yang terbatas itulah maka disebut hotel tipe melati. Publik mengenalnya
dengan sebutan penginapan melati.
Demikian sederhana
dan mudahnya mendirikan bisnis hotel melati, sehingga muncul hotel-hotel yang
tidak berstandar serta bersertifikasi.
Lalu mengapa penggerebekan kerap terjadi di hotel-hotel itu? Pernahkah Anda menonton tayangan, razia di hotel berbintang?
Hotel sebagai rumah bersama,
diharapkan menjadi tempat menginap yang aman bagi para tamu selama waktu
tertentu. Sedangkan pihak hotel wajib menciptakan rasa aman itu.
Beragam tanggapan publik dari
perlakuan aparat penegak hukum terhadap hotel bersangkutan, seolah tebang
pilih. Benarkah demikian?
Di setiap kota, keterlibatan
aparat keamanan wajib melindungi setiap lini bisnis di wilayahnya termasuk hotel.
Kita mafhum, datangnya para
wisatawan sebagai penggerak ekonomi di wilayah itu. Karenanya aparat turut menciptakan
rasa aman kepada setiap pendatang, termasuk memberantas kriminalitas.
“Jadi di hotel berbintang tidak
terjadi penggerebekan, Kak?”
“Tentu saja
ada tetapi jarang terjadi dan kebanyakan dapat dituntaskan dengan baik. Banyak
cara elegan tanpa menimbulkan kegaduhan di hotel,” jawabku
Langkah yang diambil adalah hak
penuh aparat penegak hukum dengan mengindahkan tata krama (courtesy) hotel. Seperti
kata pepatah, dimana kelentung berbunyi, di situ kerbau tinggal diam. Dimana
ada tata krama betahlah seluruh penghuni.
Mengapa razia jarang terjadi di berbagai hotel berbintang?
Indentitas tamu di hotel bersifat
rahasia (strictly confidential). Petugas hotel dilarang memberikan informasi
privat dengan sembarangan kecuali atas permintaan aparat penegak hukum atas
persetujuan general manager dan chief security.
Petugas hotel pun tidak boleh
membocorkan nama tamu dan nomor kamar kepada seseorang yang tidak terkait.
Tamu berhak mendapat perlindungan
selama berada di lingkungan hotel sepanjang menjaga norma kepantasan dan tidak
bertentangan dengan hukum.
Pak Dedi dan keluarganya tidak
semata-mata menginap di hotel bila tempat itu tidak aman bagi kedua anak dan
istri. Tasya & Jefri calon pengantin, tidak memilih hotel untuk keluarga
besarnya menginap bila kondisi hotel tidak aman.
Saya mencatat, inilah pembeda dalam hal produk dan sistem sehingga dapat menjawab pertanyaan Theresia, mengapa di hotel berbintang jarang terjadi (luput) dari kebiasaan penggerebekan dan razia.
Pertama, Sistem pelayanan yang sembarangan akan memunculkan laporan
buruk dari tamu kepada PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia), bilamana
pelayanan tidak sesuai standar. Bahkan penyebab citra hotel, jatuh, tidak
tersertifikasi.
Karena itu hotel berbintang
dilengkapi sertifikasi yang sangat penting
guna melindungi usaha Anda (business protection).
Kedua, Setiap tamu wajib memberikan indentitas diri, KTP, Paspor,
SIM. Kebiasaan tanpa meminta indentitas membuka kesempatan bagi pelaku
kejahatan. Silap mata pecah kepala, jika tidak berhati-hati tentu akan mendapat
petaka.
Ketiga, manajemen hotel berbintang menjamin privasi seluruh tamu, kecuali
atas desakan permintaan penegak hukum terkait kriminalitas tamu bersangkutan.
kerahasiaan dan privasi tamu
sangat dijaga. Keteledoran membocorkan data tamu akan dikenakan sangsi.
Keempat, kompensasi harga kamar yang terbilang tinggi, mendorong
manajemen hotel memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada tamu.
Bahkan petugas hotel akan memberi
pelayanan ekstra untuk memberi rasa aman sejauh tidak melanggar kesusilaan dan
hukum.
Kelima, ketatnya memasuki lantai kamar hotel karena penggunaan kunci
kamar yang telah computerized mulai dari lift hingga akses ke beberapa ruang di
hotel.
Selain itu, sistem sekuriti yang
modern telah menembus hotel berbintang baik bagi tamu maupun karyawan hotel.
CCTV di berbagai sudut, menunjukkan kepedulian manajemen terhadap keamanan di
hotel.
foto
Ada
bukit, ada rawa. Ada hotel berbintang, ada hotel melati. Keduanya memiliki cara
penanganan berbeda. Namun satu hal, semestinya menciptakan keamanan bagi para
tamu.
Membandingkan hotel berbintang
dengan hotel melati memang tak sepadan. Tetapi jaminan keamanan dari penyedia
jasa adalah suatu keharusan.
Tidak
ketatnya proses check-in tanpa kartu indentitas diri sama halnya dengan menganggap
sepele penegakan hukum. Jangan memberi celah kepada pelaku kejahatan dan
pelanggar susila, bersembunyi di balik pintu kamar hotel-hotel itu.
Dimana kayu bengkok, disanalah
musang meniti. Tempat yang tidak dijaga baik-baik, itulah yang dimasuki
pencuri. Masing-masing pihak harus peduli, penyedia jasa dan penyewa!
Bagi pebisnis hotel, buatlah peraturan
yang jelas sesuai hukum dan norma agama sehingga tempat menginap menjadi rumah
berkah bagi para tamu.
“Saya sih pengin hotel tipe
melati 3 aja, Kak. Sekaligus bisa jualan kue!”
“Semoga tercapai cita-citamu,
There. Sampai jumpa ya.”
Salam hospitality.
Artikel terkait:
(*) Seputar Kunci kamar Hotel dan
Hobi Baruku
(*) Mengenali Sudut Hostel,
Penginapan Murah Para Backpacker
(*) Sekilas Tentang Modus
Operandi Maling Perlente di Berbagai Hotel
Bacaan: Razia di Hotel Kota
Tanggerang, Satpol PP Amankan Dua PSK, 10 June 2021. Kompas.com
Comments