Seandainya Ibu RA Kartini Menyaksikan, Ia Pasti Duka

 

(ilustrasi foto anak yang dikasihi sang ibu, by pixabay)

Beberapa hari lalu, seorang perempuan belia bertindak bodoh. Ia memasuki gerbang markas besar POLRI Jakarta. Berlagak bagai Angelina Jolie dalam film action, berjalan gontai, melihat kiri kanan, entah siapa yang dijadikan target. Tetiba dor dor dor! Tumbanglah ia.

Pertunjukan sangat dramatis. Adegan nyata yang tak pantas ditiru. Film action yang tak layak ditonton generasi muda Indonesia yang berdasarkan negara Pancasila.

Perempuan 25 tahun itu salah satu perempuan yang sudah pasti mengenal Ibu RA Kartini sejak di bangku SD, pahlawan emansipasi wanita.

Setiap tanggal 21 April kita memperingati hari Kartini. Mengenang perjuangan Kartini yang memberi hak sama dengan kaum pria, agar tidak terbelakang. Terima kasih Ibu Kartini.

Aku terdiam saat melihat tayangan layar kaca. Penasaran dengan sosok perempuan berjiwa heroik itu. Bagaimana perasaan ibunda yang melahirkannya?

Hati ibunda bagai tersayat. Anakkukah itu? Mengapa ada disana? Jangankan melihat adegan film action ini. Memandang mata sang anak yang ditinggal pergi ke kantor saja, seakan hati terkoyak.

Tangis, hati ibunda menangis. Ia bukan Rambo di medan laga. Ia bukan pembela siapa-siapa, tapi pengecut!

Dear God,
Berilah kemurahanMu menjaga anak-anakku dan anak-anak kaum ibu dimanapun. Seorang ibu tidak tega melihat anaknya terkapar ditembak mati.

Terkutuklah orang yang mengajarkan ajaran sesat. Entah berapa kali lebih besar dosa yang harus ditanggungnya.

Tabahkan hatimu ibu. Sabarlah menghadapi cobaan berat ini. Pasti dalam pikiranmu tak pernah terlintas sedikitpun anak tercintamu menjadi teroris.

Seandainya pahlawan Kartini masih hidup lalu menyaksikannya, pasti ia menangis...

Comments