Suatu hari aku dipertemukan rekan
kerja dengan seorang perempuan paruh baya, di loby satu hotel di bilangan
Ancol. Badannya gemuk, berkulit gelap dan rambut pendek.
Sepintas, sudah diduga pasti kaum
pria takada yang terpancing melirik. Perempuan ini diperkenalkan padaku dan
kakakku, Dina. Tak lain kedatangan ke hotel ini untuk menginap bermalam saja.
Usai perjumpaan, kami kembali ke
kota masing-masing. Aku kembali ke Pontianak dan Dina ke Palangka Raya.
Setelah pertemuan itu, setiap
hari ia mengirimkan teks ke w/a. Menyapa
dan selalu bertutur kata manis, sopan dengan foto-foto kerohanian.
Aku tak gubris, hanya sesekali
saja menyapanya. Tetiba kakakku menelpon perihal perempuan ini. Ia katakan, Leni
akan berkunjung ke rumahnya.
Seminggu kemudian, Dina kakakku
mengabarkan bahwa Leni, kawan jadi-jadian itu akan ke Palangka Raya mengurus
pembelian tanah untuk dijadikan hotel bekerja sama dengan kontraktor terkenal
dari Jakarta.
Betapa senang kami mendengarnya,
dengan begitu pasti saya terbawa pula dalam urusan pembangungan hotel segera.
Setiap kali Dina mengabariku bila
ada berita terbarukan, Dina pasti menelponku. Hanya mengabarkan bahwa Leni baik
hati, murah hati karena ia memberikan pinjaman uang IDR 45 juta untuk membangun
halaman rumah.
Sementara pembayaran perombakan halaman
itu akan dibayar setelah tender menang akan proyek hotel tersebut.
Tanpa pikir panjang, IDR 45 juta
pun dikucurkan Leni untuk keperluan membangun halaman rumah.
Dina senang, beranggapan bahwa
Leni percaya, sebab pinjaman tanpa tertulis, hanya atas dasar saling percaya.
Beberapa hari kemudian, Leni
mengajak pergi wisata ke suatu tempat di luar kota. Tibalah waktu, dua keluarga
dikumpulkan, wisata sambil silaturahmi. Menurutnya, Leni berniat menjodohkan
anak perempuannya dengan anak lelaki Dina.
Namun, Dina curiga, setiap kali
bayaran makan, hotel serta seluruh keperluan kecil selalu dibayarnya. Tak
pernah Leni mengeluarkan duit padahal ia membawa keluarga seabreg.
Usai pertemuan itu, Leni kembali
berkunjung ke Palangka Raya.
Suatu hari entah mengapa, tetiba
Dina mengabariku, bahwa Leni meminjam uangnya ratusan juta tanpa mengembalikan.
Tampaknya Leni memberikan
pinjaman terlebih dahulu sebagai jaminan, guna meyakinkan Dina bahwa dirinya
memiliki simpanan.
Leni rupanya cerdik dan licik
bagai ular. Ia memang bermaksud memperdaya korban dengan dalih meminjamkan uang
dengan tujuan memperoleh sebanyak-banyaknya dari Dina.
Pertikaianpun dimulai. Leni
melarikan diri. Dina mencarinya dengan bantuan polisi. Tidak menemukan si
penipu ulung itu berbulan-bulan, akhirnya Dina frustrasi. Uang hilang tak
berujung.
Comments