Melancong itu hobi yang mengasyikan (foto pixabay.com)
Semasa kecil, ayah kerap mengajak saya berkeliling. Berkunjung ke rumah kawannya, pesiar, naik kereta api, hingga melancong ke luar kota.
Di perjalanan, saya bertanya
tentang segala hal sambil makan permen cecak. Ia menerangkan dengan jelas.
Menginjak dewasa, saya gemar tamasya
sendirian, apalagi ayah ke luar kota. Hobi melacak tempat asing, tak pernah
terlewat. Ada keasyikan tersendiri.
“Miss, saya antar ke hotel, siap?”
, ujar Sanjaya, sopir yang baru kukenal
dari seorang kawan. Ia menjemputku di bandar udara International Kuching,
Sarawak.
Setiba di hotel, ia memberikan
kartu nama.
“Miss kontak saye jika perlu” , katanya
lagi sambil menyodorkan kartu nama.
Saya pikir ide bagus sebab saya
ingin berkeliling di Kuching. Maklum pertama kali menginjak tanah Kuching. Saya
menyanggupi, ia tersenyum senang.
Keesokan harinya, saya siap
mengitari kota. Dari kejauhan Sanjaya datang dengan mobil merah marun, bersih
nan mengkilap.
Beberapa tempat wisata ku singgahi,
semua pembayaran telah disepakati berikut sewa mobil selama 8 jam. Saya
mengunjungi Kuching Waterfront, Museum Kucing (cat museum), Fort Margherita,
Taman nasional lahan Basah, dll.
Menjelang petang, rasanya tenaga
sudah terkuras. Saya pamit pada Sanjaya.
“Miss, boleh jumpa esok hari?”,
tanyanya.
“Saye dah usai esok, Bang”
sahutku
“Tak ape, no payment, saye nak
beri komplimentari”, ujarnya sambil tersenyum nakal
Saya terdiam, ilfeel. Meskipun
diam tenang bagai ikan namun gelisah bagai ombak dalam lautan.
Sepanjang jalan menuju hotel ia meracau seperti orang mabuk. Saya merajuk. Hati mulai gundah. Pikiran buruk pun terlintas.
Saya sudah menebak maksudnya. Ah,
sudahlah. Lebih baik selamat dari ranjaunya.
Setiba di lobi, saya
terbirit-birit menuju kamar. Esok harinya kuatir pria Malayu ini mengintilku, pukul
09:00 check-out lalu pindah hotel.
Pagi itu sederet pesan w/a
darinya. Saya merasa ditakut-takuti.
Sayang, sepanjang hari yang
menyenangkan kemarin harus ditutup dengan kejutan buruk. Setelah hati tenang,
saya menelpon keluarga di rumah.
Apakah jera bepergian sendiri?
Peristiwa tak disangka-sangka itu menciutkan hati. Namun keinginan hobi traveling tetap kujalani walau banyak halangan terhadap perempuan solo traveler. Seperti Sanjaya yang menyangka saya berstatus dara. Ah.
Bukan saja tidak sopan, tapi
merendahkan harga diri perempuan.
Melancong sendirian itu asyik kok.
Penasaran menikmati tempat-tempat asing yang ada dalam berita, entah itu area wisata
atau sekedar museum sepi pengunjung hehe. Bisa juga kuliner tradisional, kedai
pinggiran, hanya sekedar tahu dan puas.
Di bidang kuliner, saya terbiasa
mencampur rasa makanan yang dimodifikasi oleh Executive Chef di restoran hotel.
Chef mengolah berdasarkan ingridien
yang telah dicatat. Ia sudah paham olahan rasa. Tantangan baru kan?
Seperti
kisah makan durian termahal, bisa dibaca di sini.
Melancong adalah pengalaman sekaligus
berpetualang. Darat, laut, udara ku arungi.
Saat asyik duduk di kapal Fery
menuju Johor Bahru, seorang turis dari
Australia tetiba memancing perhatianku.
Sepanjang perjalanan membuatku
tak nyaman dengan segala pertanyaan pribadi. Pria demikian iseng menggoda.
Namun perempuan yang terkena rayuan pasti hanyut.
Seseorang berhobi melancong sorang
diri dalam bahasa Inggrisnya disebut solo traveler. Jika anda tanya kenapa saya
menyukainya, ini alasannya:
(*) Menikmati kesendirian. Tidak ada gangguan suami dan anak-anak.
(*) Bebas menentukan waktu sendiri, kapan hendak pergi dan kemana tujuan.
Ada tip yang sedikit nyeleneh khusus bagi pelancong perempuan guna perlindungan preventif.
Meski bukan cara yang afdal,
namun sekedar pengetahuan. Anda berhak tidak sepakat dalam hal ini:
(*) Memakai cincin kawin kemanapun (bagi yang menikah dan belum nikah).
Di wilayah Asia, cincin kawin memberikan ciri dan status seseorang. Cara ini tampak kekanakan, tapi cobalah.
(*) Menyimpan foto keluarga di hp.
Membawa foto di tas. Jika di pesawat anda bisa membawa foto kertas.
Bila terjadi sesuatu, pihak aparat akan mengenali indentitas langsung
(*) Katakan pada pria yang dicurigai, bahwa anda penduduk yang tinggal di kota itu. Sebut sebuah nama perusahaan.
Kedatangan kita untuk alasan berbisnis
dapat terlindung selama di negri orang. Cara saya :
(*) Mempunyai nomor telpon atau w/a KBRI yang dapat dihubungi.
Memiliki nomor KBRI wajib bagi setiap warganegara yang berada di negri orang.
(*) Mempunyai nomor teman-teman di kota itu.
Jika takada teman, catat nomor telpon hotel. Kontak di hotel adalah Front Office atau tersambung duty manager.
Perempuan solo traveler rentan terhadap gangguan, semacam kisah Sanjaya. Perjalanannya sendiri sangat menantang.
Momen kesendirian adalah saat di hotel seorang diri, makan seorang diri. Tiada yang lebih aman selain tinggal di kamar setelah aktivitas selesai.
Suatu hari di sore hari. Saat aktivitas seharian
usai, saya duduk di lobi hotel dan berniat pergi ke suatu tempat hanya untuk
berjalan kaki di sepanjang George Town – Penang.
Tetiba hati ragu-ragu antara
pergi dan diam di kamar. Kaki sulit melangkah. Akhirnya saya urung pergi malam
itu.
Tahukah anda saat saya membaca
berita di TV, di tempat yang saya hendak tuju semalam, terjadi pertikaian sesama pemabuk. Porak poranda. Ya,
kadangkala keraguan itu suatu pertanda. Insting atau karena malaikat pelindung?
Menyenangi hobi sama dengan menghibur diri. Keterbatasan melakukan hobi bagi kaum perempuan acapkali terganggu hal-hal berbau pelecehan dari pria iseng. Hal yang mengganggu kenyamanan, serta mengundang kekuatiran.
Tentu saja kaum perempuan
mengharapkan perlindungan dimanapun berada. Pandailah menjaga diri, bekal
pengetahuan yang cukup dan selalu rendah hati.
Salam hospitality.
Comments