Dianggap Anak Bawang Itu Tantangan!

 

Suasana kantor (all photos by pixabay.com)


Usai lulus wawancara, jadwal pelatihan telah menanti.  Kala itu tahap mengakhiri studi, beberapa bulan menjelang tamat kuliah.

Tapi tekad besar untuk bekerja sebelum fresh graduate, mengebu-gebu. Kapan lagi? Hotel anyar sudah pasti digandrungi, jadi serbuan ribuan pelamar.

Naluri anak muda itu selalu ingin mencoba tantangan  baru. Rintangan menghadang, bukan halangan. Proses menegangkan tes dan wawancara, akhirnya kulalui. Modalnya cukup cakap berbahasa Inggris juga mengerti bahasa asing lainnya walau tidak fasih.

Terkabulah keinginan bekerja di hotel.  Gedung tinggi menjulang megah, dilengkapi kamar-kamar istimewa, lobi mewah. Bangga juga pertama kali bekerja di sebuah hotel kelas internasional.

Pekerjaanku sederhana, hanya melayani keperluan tamu  mengetik di komputer, mengirim fax, telex, foto kopi. Di ruang business center itu selalu dipadati ekspatriat.

Kala itu keberadaan kantor Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) disibukan kedatangan ekspatriat dari manca negara sebagai konsultan dan engineer.

Mereka sebagai long staying guest hotel. Datang dan pergi, ada yang hanya tinggal beberapa minggu hingga tahunan.

Jam kerja  terdiri dari 2 shift. Bergiliran dengan 3 orang kawan karena kami hanya bertiga. Tiada hal menyolok, lagian kami bekerja seorang diri setiap shift.

Baru beberapa bulan bekerja di outlet business center itu, semua telah kukuasai. Rembulan tepat di atas kepala, saya lulus tes seleksi.

Saya bungah, lulus direkrut sebagai sekertaris direktur marketing. Job desk saya, mengatur seluruh keperluan DOSM dan 3 sales manager. Suasana kerja berubah drastis, biasanya kerja sendirian, kini dikelilingi mereka.

Setiap hari sibuk. Maklum hotel terbilang anyar  walau telah beroperasi 2 tahun masih menjadi pusat perhatian publik. Saya ditarik kesana kemari untuk membuat kontrak-kontrak, membuat internal memo termasuk menyiapkan kopi panas untuk Pak Doni.



Kopi hangat

Suatu hari usai meeting Pak Doni memanggilku, minta dibuatkan kopi.

Langsung saya memenuhi pesanan. Tak berapa lama kopi siap disajikan. Kuketuk pintu lalu kuletakkan gelas kopi di meja seperti biasa.

Tetiba “prang…!”.  Takada angin, takada hujan, ia melempar gelas. Jantung berdegup. Saya diam saja. Pak Doni kikuk melihat saya kaget. Tak berapa lama, ia meminta maaf. Setelahnya sisa hari-hariku tidak bergairah lagi.

Beberapa tahun setelah kejadian itu, saya baru sadar, bahwa kopi harus diseduh air panas. Pak Doni marah karena kopi diseduh air hangat.

Luapan kemarahan usai pertemuan dengan Mr. Brian ditumpahkan padaku, sekaligus karena kopi yang suam-suam kuku.

Setelah dia menyingkir, saya bersihkan tumpahan kopi yang mengenai tembok serta meja kerjanya. Duh, ada-ada saja perilaku bos!

Salah tulis harga

Waktu pun berlalu. Kakak sales manager menyuruhku membuatkan satu kontrak. Karena mendesak dan penting, maka ia hanya mendikte via telpon. Kutulislah apa yang dipesankan. Disitu tertera pula harga yang akan diberikan.

Usai dicetak, saya langsung menemuinya di lobi. Karena terburu-buru ia memasukkan dalam tas kerjanya.

Pulang sales call, dirinya mencak-mencak. Kesalahan fatal dalam kontrak berupa harga. Seharusnya tertulis Rp 550.000, tercetak Rp 450 ribu. Padahal itu harga penawaran. Sontak saya jadi bulan-bulanan.

“Please deh, kamu bisa kerja engga?” ujarnya

Saya ngambek. Esoknya gak masuk kerja. Pundung, bahasa Sundanya. Dua hari tak masuk, si kakak merasa bersalah, lalu saya dibujuk agar masuk kerja kembali. Padahal saya pun bosan di rumah. Hehe

Salah tulis kata dalam bahasa Inggris

Pernah pula karena kesalahan satu kata crab menjadi crap, kakak senior itu mencak-mencak. Padahal ia bisa berkata lembut untuk mengoreksi kesalahanku.

Saya terdiam, lalu kena amuk lagi. Begini jadi anak bawang di dunia kerja. Serba salah. Biarkan ia misuh, kita dengarkan saja. Hilang tak bercari, lulus tak berselami, hampir-hampir tidak dipedulikan lagi.

Jika mengenang kejadian itu, saya tertawa geli. Setelah duduk di posisi itu baru mengerti, wajar saya diamuk karena gagal paham.

Giliran makan siang, saya ditinggal sendirian di kantor. Jika cuti, dikejar-kejar, mereka kelimpungan takada bantuan.

Sejak saat itu saya berandai-andai, jika saya memiliki anak buah, takkan bertingkah semena-mena.

Tak enak rasanya jadi anak bawang, menjadi tempat lungsuran kerjaan, luapan amarah, kerap jadi pelampiasan, kadang tempat curhatan pula. Rasanya tak diperhitungkan. Sedih.


Hari demi hari, tahun demi tahun, saya bertahan. Setelah merasa menguasai semua pekerjaan itu, bosan pun melanda. Saya tak berubah posisi selama 4 tahun di hotel itu.

Pucuk dicinta ulam tiba, seorang kawan lama menelpon. Ia bekerja di hotel anyar yang baru saja 6 bulan soft opening.

“Kamu lulus tes, datang dan temui HRD Manager-ku ya”, begitu pintanya.

Peristiwa 30 tahun silam itu, kini jarang terjadi. Sedikit saja kesalahan terjadi diselesaikan dengan hukuman administratif, yaitu peringatan secara verbal, surat peringatan (reprimand letter) serta penilaian appraisal performance.

Sejauh ini manajemen hotel cukup mawas diri, berperilaku ramah dan terpuji terhadap karyawan. Mereka betah bekerja dan menetap di hotel hingga puluhan tahun mengabdi pada hotel itu. Sejak berstatus single hingga memiliki cucu. Anda percaya?

Siapa mau jadi anak bawang? Saat kecil main petak umpet, saya selalu diikutkan dalam permainan namun tak dianggap teman-teman kakakku. Dikasih lemparan bola, selalu meleset. “Ah, dasar anak bawang!”, katanya.

Sekarang masih anak bawang? Masih, tapi di WAG. Salah sendiri tidak menyimak.

Ada beberapa tip di bawah ini agar mampu bertahan, lepas dari olok-olok anak bawang.

Memiliki mental kuat dan tahan banting

Masa kesukaranku tidak seberapa dibanding kesukaran teman yang kabur-kaburan dari pekerjaan. Teman-teman banyak yang kabur karena tak tahan bantingan. Mungkin juga karena manja.

Tetap disiplin, patuh terhadap aturan

Berusaha sebaik mungkin menaati aturan. Kerjakan  yang terbaik. Jangan sesekali menyimpang

Jangan terhasut omongan kolega

Kadang kolega suka misuh, suasana jadi panas akhirnya pasti ada yang kabur dari pekerjaan. Nah, bertahanlah! Jangan sampai goyah. Temukan prinsip yang afdol untuk diri sendiri. Misalnya, “Bersabar dan diam lebih baik daripada mencaci maki”, atau “Diam itu sabar, sabar itu diam”

Dilarang melawan atasan, hindari pertengkaran dengan kolega

Seburuk apapun kelakuan atasan atau teman kerja di sekeliling, jangan melawan. Anda lebih baik dicari-cari bos daripada mereka mengacuhkan.

Miliki daya juang tinggi

Selalu berjuang untuk kemudahan karir di masa depan. Dengan berjuang, mematahkan tawar hati, mencegah setengah hati dalam bekerja.

Tunjukkan ketrampilan dengan sunguh-sunguh

Ketika mereka menganggap anak bawang, justru saat yang tepat menunjukkan ketrampilan dan keahlian. Pasti pandangan mereka akan berubah.

Anak bawang hanya sementara

Setelah menunjukkan ketrampilan, ingatlah tidak selamanya kita mau jadi anak bawang. Hadapi tantangan! Sekarang anak bawang, esok anak emas.

 

Comments