Tak Lulus Ujian, Bukan Berarti Dunia Runtuh

 

(ilustrasi pixabay)

Ayah Tini seorang pengacara. Tersebab impian sang ayah  selalu mendorong putri sulungnya itu menjadi praktisi hukum seperti dirinya.

Kadang pertengkaran sepele dengan istri gegara Tini yang acuh tak acuh akan keinginan ayah.

“Kenapa aku dipaksa menjadi pengacara?” Ia tak punya nyali melawan. Pokoknya ayah ingin Tini bergelar SH, sarjana hukum.

Tini seorang pendiam, irit bicara dan pemalu. Sang ayah ingin agar Tini meneruskan tahta ayah, sebagai pengacara kondang.

Hari itu, tibalah pengumuman SNMPTN, seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Tini lulus ujian! Namun amang tetap bersikeras, Tini harus masuk fakultas hukum, padahal ia gemar matematika.

Angin bertiup kesitu condongnya. Usai wisuda, ia melamar bekerja di satu hotel ternama. Kawannya semasa SMA bekerja disitu. Ia tertarik dunia marketing. Setelah proses wawancara, Tini diterima bekerja sebagai sales executive.

Apakah meraih gelar sarjana suatu keharusan?


Kecakapan memang penting bagi mahasiswa lulusan baru di kancah dunia kerja. Beberapa profesi menuntut gelar sebagai kriteria. Namun banyak juga perusahaan, tidak ambil pusing urusan gelar.

Berbeda dengan Tini, Ridwan sejak menjadi tumpuan keluarga, berniat membantu keluarga, ingin segera ke perguruan tinggi lalu bekerja.

Ia menunggu pengumuman SNMPTN. Berharap cemas. Ia gagal! Ridwan kecewa, tertunduk. Lemas seluruh tubuh.

Ia ingin seperti si Jack yang kuliah di kota, keren. Pulang kampung sudah bergelar, bisa membantu keuangan emak dan abah.

Mujur belum diraih, Pantang menyerah setelah gagalnya masuk SNMPTN.  Ia pun berubah haluan, mendaftar di kursus perhotelan selama setahun. Selain bayaran sekolah tak terlalu mahal juga cepat bekerja.

Ia curhat kepada Bu Yuli. “carilah bidang yang kau sukai, Ridwan!” Nasehat guru SMAnya.

Ridwan tertantang. Ia tertarik menggali ilmu dunia tata boga. Praktek dan teori selama 1 tahun. Setelah lulus kursus perhotelan. Ridwan menggarap sebuah restoran sebagai ladang sekaligus praktek.

Di sela-sela hari kerjanya yang sibuk, Ridwan berada di kelas memberikan pelajaran dunia tata boga. Hebat bukan?

Dear adik pelajar,

Tak lulus SNMPTN bukan berarti dunia runtuh. Kecewa sekejap, itu manusiawi. Masa depan tidak hanya ditentukan gelar meskipun gelar penting guna mengejar karir. Gak melulu harus bergelar!

Memang beberapa profesi dibutuhkan gelar sarjana. Bahkan di BUMN mengharuskan jenjang karir dengan pangkat sarjana.

Kesuksesan tidak melulu karena bergelar. Yang menjadi penentu adalah anda mampu melalui masa-masa sukar. Seperti Ridwan yang frustrasi sesaat namun kembali bangkit mengejar ketinggalan.

Petuah itu mudah didengar namun sukar dipraktekkan. Benarkah?

Bagaimana agar adik-adik pelajar tidak tawar hati jika tak lulus SNMPTM?

(*) Camkan dalam benak, meraih gelar sarjana bukanlah bagian terpenting sepanjang perjalanan hidupmu.

Suatu hari, anda dapat mengejar ilmu yang tertinggal. Tiada kata terlambat. Sampai kapanpun, selama hidup, anda masih bisa belajar.

(*) Selalu memohon kepada Sang Kuasa agar diberi kemampuan melewati rintangan

Setiap individu memiliki tantangan dan kesukaran masing-masing. Jangan pandang hidup itu selalu bahagia dan nikmat. Justru dalam kesukaranlah, kita menikmati kehidupan nyata.

Jauhkan impian bersenang-senang dahulu. Saatnya dirimu mengembangkan diri menjadi pribadi mandiri. Suatu hari anda merasa nyaman tanpa ayah dan ibumu karena anda melatih daya juang. Inilah pelajaran terpenting dalam hidup.


Apabila anda sudah melakukan ketiga poin diatas, hal itu akan menjadi fondasi anda melangkah. Setelah itu anda dapat melakukan hal:

(*) Mengembangkan diri (self development)

Mengikuti tayangan motivasi, kini tumpah ruah di youtube channel. Tontonan video positif. Pelajaran melalui artikel bermutu di Kompasiana, dan media lain.

Buku bacaan bermutu seperti buku jadul Dale Carnegie yang gak jadul isinya, How to Stop Worrying & Start Living” .

(*) Giat mencari informasi dan peluang di setiap kesempatan.

Pencarian melalui internet, menghubungi kawan-kawan. Bertanya kepada mantan guru sekolah yang anda percayai.

(*) Berkawan dengan kawan sepenanggungan

Saling menyemangati, bertukar pengetahuan, saling berbagi, berdiskusi tentang peluang dan kabar kekinian.

(*) “First shot best shot”

Teringat slogan baheula. Mencari bisnis harus memakai jurus “first shot best shot”, arahkkan tembakan utama tepat sasaran! Apa yang anda buru, bidiklah.

Tembakan kecakapan anda tepat pada sasaran. Jangan setengah hati. Bila gagal, koreksi kesalahan, lalu ulangi. Tentukan sasaran dari sekarang. Anda belum terlambat.

Seperti Ridwan yang langsung putar haluan mengikuti kursus perhotelan selama setahun.

Mari ikuti kisah film animasi Charlie, yang akan membuka wawasan berpikir.

Suatu hari Charlie menggunting kertas, mengelem dan menempel. Ia membuat layang-layang kertas. Layang-layang tetap juga tak mau melayang.

“Siapapun yang menerbangkan layang-layang ini, pasti jenius” ucapnya.

Diluar dugaan Snoopy bisa menerbangkan. Charlie terpukul, malu.

Di bak kamar mandi ia menggerutu “sepertinya aku gak bisa melakukan apapun dengan benar”  saat ia main kapal-kapalan dari kertas. Kapal itupun tenggelam.

Charlie selalu tak percaya diri, jalan kemana saja selalu menunduk. Teman-temannya mengolok-ngolok sebagai pecundang. Ia geram!

“Aku akan tunjukkan, aku bisa!” kata suara hati

Suatu hari ia ikut lomba mengeja di kelas dan menang. Pada lomba yang sama di tingkat sekolah, ia menang lagi. Charlie lega, ia mampu menunjukkan kemampuan.

Seminggu kemudian, seluruh kawannya membujuk agar mengikuti lomba nasional mengeja. Charlie tak mau tampil. Akhirnya Lucy berhasil merayunya agar ikut lomba.

Namun kali ini Charlie kalah. Ia mengurung diri, pundung (bahasa Sunda). Linus kawannya berkata sewaktu bangun tidur “aku mengerti perasaanmu, tapi tahukah kau Charlie? Dunia takkan runtuh!”

Charlie mengangkat mukanya, keluar kamar. Semua kawan senang. “Welcome home Charlie!” kata Lucy

Itulah film animasi Charlie dalam A Boy Named Charlie Brown, arahan sutradara Bill Melendez. Berani menerima kekalahan. Berani menjalani hari demi hari setelah kekalahan adalah kemenangan. Kita menang jika bisa menghargai kekalahan

Segala sesuatu tidak didapat secara instan, perlu daya juang untuk meraih kemenangan.

Dear adik pelajar,

Milikilah ke-5 prinsip dan langkah sederhana di atas. Setelah itu bersiaplah memasuki babak baru mengarungi arung jeram kehidupan. Anda akan disibukkan pekerjaan. Pekerjaan membuka wawasan.

Pengalaman menjadi cerita asyik dikenang. Ciptakan kisah indah. Suatu hari anda akan bercerita, itu hanyalah satu kerikil di lautan pasir.

Salam sukses!

Rujukan:

(1.) A Boy Named Charlie Brown, YouTube channel Pablo Berardo
(2.) Menghargai Kekalahan, Budi Maryono, Gigih Pustaka Mandiri hal 123, September 2020

Comments