Siapa Saja Pemberi Surat Testimoni Kerja?

 


Siapa Saja Pemberi Surat Testimoni Kerja?

Dalam dunia marketing, surat testimoni sudah tidak asing lagi. Berlomba-lomba perusahaan rintisan ingin mendapat testimoni. Semakin banyak komentar positif, semakin banyak meraup pembeli.

Namun bahasan kali ini, saya persempit dalam lingkup testimoni terkait pekerjaan atau disebut surat referensi bekerja, dikenal juga dengan To Whom it May Concern.

Sejak 2 tahun lalu, saya baru sadar betapa pentingnya surat ini setelah mengalami kesukaran melamar pekerjaan di salah satu hotel yang memang amat disiplin dalam melengkapi prasyarat.

Ditemukanlah 3 terlengkapi, 3 surat tidak diketemukan. Kala itu bukan hanya surat testimoni yang harus dilengkapi sebagai syarat, tapi juga ijasah terakhir, surat lamaran, curriculum vitae (CV). Alhasil dalam satu badan e-mail memuat banyak lampiran dokumen.

Dahulu saya pandang masalah itu ribet sebab harus menghubungi 3 hotel guna mendapatkannya. Syukurlah saya masih terhubung dengan mereka.

Semua ingin serba cepat, kirim CV, wawancara, lalu lolos. Persyaratan tetap dilengkapi walau akhirnya gagal karena proses perekrutan yang tidak jelas, menggagalkan angan-angan.

Tapi ada sebuah pelajaran yang dapat dipetik. Saya benahi semua dokumen, mulai melaminating dan mengelompokkan sesuai tanggal lalu menyimpannya dalam soft copy. Rampunglah pekerjaan itu dalam 2 hari.

Akibat terburu-buru saat mengundurkan diri, terpesona hotel baru, akhirnya terlupakan.



Memohon surat testimoni dari mereka yang berintegritas tinggi

Surat testimoni sebagai bukti kita pernah bekerja di suatu perusahaan. Surat yang kita miliki selalu berasal dari Personal Manager atau HRM.

Bahasan saya yaitu ingin berbagi ide bahwa beberapa jabatan lain dapat juga kita mintakan lembaran testimoni. Siapa mereka?

(*) Seorang atasan

(*) Kawan dari atasan selevel.

(*) Pimpinan tertinggi di perusahaan

(*) Pelanggan/klien

Apa syarat mendapatkannya? Syaratnya cukup memiliki hubungan harmonis di tempat kerja serta berperilaku terpuji. Pertanyaan lainnya dari si pemberi, apakah kita berprestasi?

Mari ikuti penjelasan berikut:

(*) Seorang atasan

Gak cukup satu surat?  Bagi saya atasan adalah seorang yang paling mengetahui tabiat, karakter, tanggung jawab  dan keseharian kita di kantor.

(*) Kawan dari atasan selevel

Bisa juga kepala departemen : Financial Controller, EAM. Tentu saja mereka yang kredibilitas serta integritasnya tidak diragukan lagi.

 (*) Pimpinan Tertinggi

Tersebab hubungan baik terjalin dengan pemilik hotel, sila anda minta kepada pemilik hotel/perusahaan. Beliau dengan senang hati akan membuatkan untuk anda.

 (*) Pelanggan

Pada tahun 2013 silam, saya dikejutkan oleh permintaan suatu acara di Bandung dari sebuah  perusahaan IT Learning, London – UK.

Group menggunakan 55 kamar selama 5 hari pertemuan Para peserta dari seluruh penjuru kota

Selesai acara, saya berbincang dengan CeO. Ia sampaikan ucapan terima kasih atas pelayanan yang baik dan lancar. Saat itulah waktu terbaik memohon surat testimoni. Iapun dengan senang membuatkan.

Dalam perusahaan, secara formal kita dapat meminta surat testimoni kepada:

(*) HRD setelah kontrak berakhir

(*) Seorang atasan yang mengundurkan diri lebih dahulu daripada kita

(*) Seorang klien yang mengadakan acara di hotel dan kita terlibat didalamnya. Ini seperti kisah Exceed – IT Tech di UK.



CV yang tidak didukung surat testimoni akan rawan pemalsuan

Sayangnya, surat testimoni kerap tidak dihiraukan oleh perekrut. Proses perekrutan yang ingin serba cepat,  rawan pemalsuan. Teliti sebelum membeli!

Asalkan si pelamar memeliki catatan baik, maka selesailah sudah. Padahal ada yang lebih krusial yaitu lama bekerja yang terkisah di CV. Apakah benar sesuai?

Referensi dari mulut ke mulut, memang menjadi obat cespleng perekrutan. Sayangnya, begitu gampangnya proses rekrut, dapat berakibat fatal yaitu pemalsuan CV.

Ketidakbenaran data pada CV akibat perusahaan  tidak perhatian terhadap data pelengkap. Tidak jarang, data pada CV tipuan belaka.

Bagaimana agar terhindar dari kesalahan? Sila lengkapi  semua surat testimoni. Bandingkan CV berikut data pendukung.

CV tanpa surat testimoni, rawan terjangkit penyakit

Ketika Boy dan kedua koleganya Mirna dan Endang berperilaku tercela. Ketiganya mengeruk pemasukan keuangan hotel, otomatis tidak akan pernah mendapatkan surat testimoni.

Setelah mereka hengkang serentak, beberapa penelpon mengusik mantan atasannya, Nita. Penelpon bertanya alasan staf mengundurkan diri dari hotel.

Maka tak heran, seorang koruptor di hotel A masih saja ia dapat bekerja di hotel lain. Seorang pemalsu invoice masih berkeliaran di tempat lain. Ini sekedar contoh saja.

Syukur-syukur jika ia bertobat. Jika tidak, penyakit lama kambuh ditempat baru. Maka untuk tujuan itulah, tulisan in dibuat sebagai pengingat para hotelier.

Sebagai pelamar sebaiknya menyiapkan CV dan surat testimoni tanpa diminta. Saran bagi perekrut, tidak hanya melihat lembaran CV namun periksa juga lampiran surat testimoni.

Mintalah lembaran testimoni kepada orang-orang yang berkompetensi dan berintegritas baik serta memiliki latar kehidupan yang baik.

Tidak saja menjadi lembaran kenangan, suatu saat nama-nama VIP itu akan menginspirasi kita bekerja. Bukankah hal ini akan tercatat dalam biografi?

Mulai sekarang, periksa semua lembaran testimoni. Suatu hari anda pasti perlu

Demikian ulasan singkat perihal surat testimoni. Bila terdapat peristiwa serupa dalam kisah ini, hanyalah kesamaan belaka.

Salam hospitality!

 (*) Nama disamarkan

 

Comments