(ilustrasi pixabay.com)
Self Reward ? Lakukan Suka-sukamu Aja!
Pagi itu kota diguyur hujan deras
disertai tiupan angin kencang. Sepanjang perjalanan ke airport, tak luput gencarnya
kabar penyebaran virus.
Kulihat seorang penumpang di
belakang kursi, sejak boarding terbatuk-batuk. Entah batuk biasa atau alergi, cukup
mengganggu. Ku sabarkan diri, ia perlu ditolong.
Setahun sudah, seluruh aktifitas
dilakukan di rumah. Slogan #bekerjadirumah tidak lagi menggiurkan usai berbulan-bulan
dijalani. Kita mulai mencari celah kesenangan ditengah kesibukan.
Kikuk berkumpul kembali bersama keluarga
Kami sekeluarga bertiga saat itu.
Keadaan canggung ketika berkumpul tanpa buah hati pertama. Aku dan si dia yang
kadang sensitif oleh karena keadaan terkurung berhari-hari, terpaksa harus
manteng di rumah. Sesuatu yang tidak biasa kami lakukan. Si dia ialah belahan
jiwaku.
Pernah aku berpuasa ngobrol.
Berhenti mengontak kerabat, kawan dan kolega. Selama 10 hari nyaris tanpa
suara. Tujuannya mengetes diri. Kira-kira sanggupkan mulut diam, tanpa suara?
Geli juga mengingat ide absurd
itu. Usai puasa tanpa suara, kata-kata terbata-bata, agak sulit diajak bicara
lancar.
Terbayang bertapa di gua
sendirian. Kadang ide-ide aneh muncul kala kita tak tahu apa yang akan
diperbuat. Ini uji coba sekaligus penasaran, bukan uji nyali.
Titik balik terpenting dalam
sejarah kala aku dipertemukan dengan Kompasiana.
Sejak itu, hari-hari menyenangkan.
Aku langsung menulis, membaca. Perasaanku masuk ke dalam dunia lain yang tak
pernah terbayang.
Bahasaku sederhana dan minim. Betapa
senang saat pembaca mengerti tulisanku. Kawan, kolega, klien terdekat yang mengenalku
seolah tak percaya.
Work hard, play harder
Aku mulai meniadakan pertemuan,
percakapan dengan siapapun. Pasalnya tiada bahasan penting. Bila percakapan
seputar keluhan, bukankah kita semua dalam keadaan sukar? Kami memiliki langit
yang sama.
Pagi, siang, malam, menulis saja,
tak kunjung lelah. Modal tekad bulat memperdalam Bahasa Indonesia.
Sampai-sampai kubawa laptop
kemanapun. Asal muncul ide konten yang cemerlang, langsung jari menari-nari
diatas keyboard.
Word hard! Gak ada yang
melarang, bebas aja menulis konten asal bermanfaat bagi pembaca.
Tekad menyukai diksi, mulai
menjiwai. Tiada hari tanpanya. Bila lelah, hanya beberapa untaian kalimat saja
kubuat. Hingga suatu hari seseorang meminangku bergabung dalam suatu proyek
besar. Aku senang, nada-nadanya hasil dari jerih payahku.
Tak ingin waktu begitu mengekang
hari-hariku, aku mulai menyiasatinya. Sulit? Tidak! Take it easy.
Jika semangat ingin tetap
berkibar, aku lakukan saja apa yang kusuka :
(1.) Pijat seluruh tubuh dan
lulur , fasial wajah
Ini yang utama kulakukan. Sore
hari hingga malam, atau pagi hari hingga sore.
Erna – mantan pegawai di tempat
massage & spa, kena PHK. Pemiliknya kembali ke Korea, bubarlah tempat pijat
terkenal itu.
Belakangan Erna memiliki banyak
langganan lantaran ia datang ke rumah para langganannya dulu. Pijitannya menidurkan
setiap orang.
Dimasa pandemi ia disibukkan
pengguna jasa pijat, seperti diriku. Erna tidak diragukan lagi kepiawaiannya.
(2.) Rebahan dan nonton film seharian
Aku asyik nonton film seharian
tanpa ada gangguan. Ada 3 – 4 judul film
kutonton, semuanya film barat drama. Kerap sedih, lalu mata basah. Entah
mengapa, suka aja.
(3.) Makan black forest cake sesuka hati.
Ini pantanganku sejak badan tambun. Aku terbebas
hari itu. Tak peduli, jangan sampai nikmatnya terbayang-bayang. Biasanya kue
setengah whole, bisa kuhabiskan.
Impian menikmati lezatnya black
forest cake, akhirnya terwujud. Tiada rasa bersalah karena diet, sebab aku
ingin bersenang-senang hari itu. I break
the rule!
(4.) Membeli tas
Tetiba terlintas ingin beli tas.
Kok bayangan tas biru itu selalu ada dimataku?
Bukan karena uang berlebih, namun
sekali-kali bolehlah beli tas mahal agar kusemangat work harder.
Kubelilah dia hasil dari
celenganku. Kalau kusebut harganya nanti terkesan sombong. Tapi menurutku
mahal. Ukuran mahal, murah kan tergantung ukuran kantong, yang penting aku
menikmatinya.
Kalau bukan kita yang peduli,
siapa lagi? Kalau bukan kita, siapa
lagi? Bolehlah intermeso sekejap,
tantangan baru menanti! Work harder, play
harder!
Setahun telah berlalu, aku menghela nafas. Rasanya baru kemarin terjadi. Tiada prestasi yang menurun, justru menambah ilmuku
Pentingkah self reward? Penting banget. Cara menghargai diriku sendiri akan
capaian dan jerih payah. Terlihat boros? Tidak juga.
Menghadiahi dirimu sendiri dari
hasil keringatmu. Itu kan prestasimu.
Santuy aja, saatnya play harder!
Comments