Kata Siapa Jualan Produk Hotel Gak Nantangin Adrenalin?

 

(ilustrasi pixabay)

Pukul 17:00 hari itu, Ibu Dini, organizer acara seminar  mencak-mencak di area loading barang. Seminar nasional akan diadakan esok hari di hotel itu, mengundang 300 peserta.

Di belakangnya, staf sekuriti membebek, keduanya  menuju ballroom bersama barang bawaan di troli. Tetiba ia minta petugas itu membawanya ke kantor GM.

Staf sekuriti yang baru itu menyebut letak kantor GM.  Setelah rampung meletakkan hands-out seminar, Bu Dini bergegas keluar mendatangi ruang pimpinan hotel itu.

Dengan bersuara lantang menembus tembok-tembok seluruh ruangan kantor, karuan mengundang semua orang menghampirinya. Akhirnya ia dapat bertemu GM. Masih dengan nada tinggi seolah melampiaskan amarah.

Ujung kisah ini sebenarnya Bu Dini merasa diacuhkan oleh sales manager yang menangani acaranya. Ini kali ke-3 ia mengadukan masalah terkait tidak dilayani dengan baik.

Usai ditelusuri dengan melibatkan sales marketing dan operasional banquet, akhirnya mengerucut pada sales manager. Hotel menjadi korban kekesalannya. Masih dengan suara keras bernada gusar, ia mengeluh perihal Bu Dini yang eneg melihat pola laku Tita.

Setelah Bu Dini keluar ruangan, Tita dipanggil ketua tim dan GM. Menurutnya, justru sebaliknya kliennya yang membuat kesal. Terjadi argumentasi, Tita mempertahankan kebenarannya.

Tiada kamusnya hotel mendudukkan klien dengan karyawan guna membela siapa yang benar dan salah.

Masalah diantara Tita dan Ibu Dini, telah berlangsung lama. Ibu Dini yang cerewet membuat Tita acuh tak acuh menaggapi permintaannya. Klien yang sedang mempersiapkan seminar ini kecewa, saat loading barang, tiada seorangpun menemani saat turun dari mobilnya.

Bukan hanya itu, beberapa masalah terjadi menyebabkan Bu Dini kesal. Klien ini memilih tetap di hotel itu sebagai langganan sebab hanya itulah satu-satunya hotel yang dapat mengakomodir tempat duduk 300 orang bagi seminar nasional.

Tita diberi teguran agar perhatian terhadap kliennya. Tndakannya mengacuhkan klien sehingga menyulut kemarahan. Masalah sepele berakibat ketidakpercayaan klien kepada hotel.

Tak cukup sampai disitu, Ibu Dini menelpon bos marketingnya. Nama DOSM dan GM disebut-sebut sebab ia dijanjikan hotel akan pelayanan terbaik. Maksudnya ia mempermasalahkan slogan hotel ‘Our excellent service will touch you everytime”, yang hanya slogan belaka.

Ini slogan karangan saya saja. Kurang lebih seperti itulah.

Slogan menurutnya hanya kata-kata, gak ada nyawa.Teriakan Ibu Dini membuat geger seluruh hotel. Namanya sontak menjadi popular di hotel.

Peristiwa ini menjadi kisah berjilid-jilid. GM mengumpulkan seluruh tim.



Mengapa peristiwa ini terjadi ?  

Tahun ini, menjelang 3 tahun Tita bekerja sebagai sales manager. Ia menangani target market yang sama selama itu. Kontak perusahaan sama, orangnya  yang sama dari bulan ke bulan.

Luka lampau tertimbun, lama kelamaan menyisakan luka. Sekejap lagi  menjadi borok yang menganga.

Suatu saat akan berada pada titik jenuh, stagnan, tidak bergairah lagi. Gairah menurun, loyo sehingga tidak efektif.

Penyebabnya adalah:

 (*) Berhadapan dengan target market yang sama selama bertahun-tahun.

(*) Menabung keluhan. Bertumpuknya masalah dalam bertransaksi

(*) Tiada lagi tantangan

 

Kejenuhan staf marketing dalam tim dapat menyebabkan perilaku ekstrim. Yang dapat tercium oleh sales leader. Misalnya perubahan sikap dan tingkah laku negatif, bisa menjadi penantang.

Seorang sales marketer atas golongannya, dikelompokkan  exclusive employee class. Disebut eksklusif karena ia the lang of company. Jantungnya hotel. Karenanya cara menangani tim ini perlu perhatian khusus.

Tuntutan serta harapan hotel pun tinggi terhadap kelompok staf ini.

Sebut saja seorang sales marketer hotel harus:

(*) Berpikir luas

(*) Super galam pergaulan

(*) Mengenal banyak pelanggan

 


Ke-3 nya faktor penunjang keberhasilan seorang sales sekalidus syarat masuk gerbang dunia marketing hotel.

Masih banyak lainnya, seperti rajin dan tekun, sabar. Tapi itu telah menjadi prasyarat umum yang mandatory.

Tim penjualan juga berstatus ‘confidential. Tersebab kelompok ini harus diberikan pelatihan terus-menerus, disekolahkan dan dididik oleh hotel. Karena itu manajemen hotel memberikan ikatan kontrak selama waktu tertentu.

Biaya untuk pelatihan ini telah masuk dalam bujet. Sangat mahal. Tidak mau rugi oleh karena turn over karyawan yang datang dan pergi, dibuatlah suatu perjanjian di atas materai bahwa staf marketing dilarang resign sebelum waktu kontrak habis. Jika tidak, pinalti atau denda telah menanti. Alhasil memang menunjukan perkembangan baik. Buktinya sebagian besar dari mereka merasa terikat, tak perlu mencari ladang baru dalam kurun waktu tertentu.

Kini yang terjadi hampir dimanapun, one day notice berlaku. Aturan ini membuat cerdik individu untuk persiapan diam-diam menjelang –H1 sebelum membuat surat pengunduran diri tepat  sebelum hengkang.

Semua format file telah masuk dalam flash disk. Aman terkendali.


Boleh-boleh saja, namun perahu yang ditinggalkan cukup terguncang. Tanggung jawabnya terhenti, posisi kosong, pekerjaan terbengkalai beberapa minggu, kadang berbulan-bulan.

Mencari kandidat anggota tim sales gampang-gampang susah. Keinginan menemukan kandidat standar, hanya impian belaka. Banyak yang berminat, namun sedikit yang dipanggil.

Saat wawancara terakhir tidak formal, alasan mereka undur diri disebabkan :

(*) Mengharapkan lebih banyak benefit yang diberikan selama ini, termasuk gaji

 (*) Peningkatan karir

Iiming-iming gula-gula hotel lain.

 

(*) Bersebrangan dengan sales leader

Tak mengapa ia bersebrangan, sales leader biasanya mempunyai argumentasi kuat mempertahankan prinsip. Gaweannya kan diawasi GM.

Alasan ini umumnya hanya diketahui dari obrolan HRD dengan bersangkutan. Menuliskannya dalam formulir adalah menjadi ia tertolak hotel. Bukan tidak mungkin di seluruh hotel di kota itu.

Saran terbaik adalah tidak pengunduran secara baik-baik saja.

Akhirnya saya harus menjelaskan satu persatu alasan itu agar tidak salah paham:

(*) Mengharapkan lebih banyak benefit yang diberikan selama ini, termasuk gaji

Saat Retno bergabung di hotel baru, ruang kerja tidak memadai, termasuk computer jadul. Mengunggah file  computer menjadi lemot. Fasilitas bekerja juga perlu diperhatikan. Termasuk fasilitas meja, kursi. Hal ini pasti ada efeknya terhadap kinerja.

Sales marketing memang menjadi pusat perhatian revenue. Bayangkan saja tanpa mereka, hotel tersendat. Siapa pula yang dapat mengtracking satu persatu pasar target market jika bukan mereka? Siapa yang blusukan ke perusahaan-perusahaan itu?

Namun jangan karena hal ini, marketing menjadi besar kepala. Sama-sama sajalah, saling melengkapi.

Apa enaknya sih menjadi tim sales marketing hotel?

(*) Setiap hari bertemu dengan individu berbeda.

Bagi para single, lebih mudah mencari jodoh. Banyak kawan-kawan menikah dengan klien saat pertemuan, termasuk diriku, kebetulan aja.

(*) Setiap hari mendapati pengetahuan baru dari pelanggan

(*) Setiap hari menyelesaikan masalah yang muncul sehingga membuat terbiasa berhadapan dengan penyelesaian problem. Menjadi pelajaran berharga, membentuk matangnya kepribadian.

(*) Mendapatkan bonus dari hasil kerja ekstra

(*) Setiap makan siang bisa di luar hotel, jika memiliki bujet. Gak ada uang, makan di kedai kecil.

(*) Yang ini pendapat yang agak nyeleneh yaitu, siang bisa ke Mall belanja sekalian makan siang 1 jam.

(*) Selalu harus tampil rapih dan cantik karena bertemu tamu hotel dan pelanggan.

(*) Semakin banyak kota yang dikunjungi, sales staf semakin dikenal. Hotel boleh ganti tapi nama tetap dikenal.

(*) Dipromosikan pindah ke hotel lain, oleh operator hotel.

(*) Bisa sales trip ke luar kota

(*) Bertemu orang-orang penting (VVIP, VIP). Pak Presiden, Presdir, Direktur dan jabatan penting lainnya di Indonesia. Bahkan lingkup International.

(*) Bertemu artis-artis ibukota

(*) Saat pensiun bisa berbisnis kos-kosan

Semua itu kebahagiaan tersendiri bila anda merasa tertantang duduk di posisi ini.

Selama 16 tahun Retno mengenal seorang kontak dari perusahaan Abc, sementara ia telah berpindah 4 hotel. Hubungan tetap selalu terjalin baik. Bahkan semakin menguntungkan kita di hotel manapun berlabuh.

Semua orang tahu, dunia kerja tak selamanya menyenangkan. Ada senangnya ada pula dukanya.

Mari kita lihat bagian tidak senangnya :

(*) Diuyek-uyek manajemen kalau okupansi rendah, apalagi hotel sepi sama sekali. Hati-hati saja pada situasi ini jika terjadi 2 hari berturut-turut

(*) Diuyek-uyek manajemen kalau ballroom, tempat pertemuan kosong. Terbayang sudah bagaimana raut wajah GM dan semua HoD. Pagi-pagi harus siap kena semprotan

(*) Okupansi tinggi, siap-siap untuk hari terburuk lainnya. Jangan jumawa ketika tinggi, cari terus pembeli di saat forecast rendah

(*) Selalu di kontak klien, kadang tak tahu waktu.

(*) Kena semprotan pertama, komplen dari klien

(*)  Banyak pertemuan, mulai HoD morning briefing, klien, sementara kerjaan bertumpuk di meja

(*) Harus sales call walau kerjaan menumpuk

Jangan cepat-cepat memberikan surat resign,

Kadang problemanya ada pada diri sendiri. Review dan introspeksilah.

Apabila yang mundur adalah karyawan yang berdedikasi baik, cerdas, integritas baik dalam tim, membujuknya kembali menjadi harapan bagi tim.

Ada beberapa cara mempertahankan staf marketer yang berkualitas, yaitu:

(*) Lakukan rotasi dalam menangani target market

(*) Berikan promosi

(*) Training self development secara teratur

 

 

Teringat saat seorang bos mengimingi masuk dunia kerja hotel dengan menyebutnya ‘menaikkan adrenalin setiap tim. Bagi  orang yang tertantang, pasti menyenangkan!

Ketika adrenalin bergejolak, disitulah pengetahuan bertumpuk, Semakin bergejolak, kian tertantang. Seperti saat arung jeram, meliuk-liuk terbentur di kala air surut. Namun bila air luber, mengarunginya akan mudah dan lancar.

Bagaimana, anda tertantang?

Salam hospitaliti!

 

Comments