(ilustrasi pixabay.com)
Jangan
Sia-siakan Waktu Jika Dilanda Overthinking
Seandainya tadi aku mengantar Ray
ke bandara, pasti aku tak terkunci di sini. Ray dalam perjalanan ke Bandara 10
menit lalu. Ia tak tahu aku terkurung di kamar mandi.
Pintu itu terkunci dari luar.
Enah tak mungkin ke loteng. Ia akan datang jika kuperlu sesuatu. Kugoyang-goyang
pintu itu, amat terkunci rapat.
Kuingat-ingat awal adegan masuk
kamar mandi tadi. Sekilas teringat film mission impossible. Ku otak-atik
pegangan pintu itu.
Tetiba handphone berdering. Oh
itu bunyi dering nomor Ray, pasti ia telah tiba di Bandara.
Penyebab masalah
Terulang lagi dalam ingatan, peristiwa
di kantor semalam. Jack mengetuk ruanganku setelah seluruh staf pulang.
“Saya terkena HIV Aids, Bu” Jack memulai pembicaraan. Ku terdiam. Ia
baru saja bergabung 2 bulan lalu dengan tim pemasaran ini.
Seperti abu di atas tanggul, Jack
berterus terang, kesehatannya terganggu, batuk sesekali, pilek terus menerus, tak
pernah sembuh. Bahkan ia telah 3 kali dirawat di rumah sakit.
Di kantor, suara ingusnya
mengganggu ketenangan kami bekerja. Seperti yang dikeluhkan Anie dan Evi yang
seruangan dengannya.
Jack menjadi anggota tim andalan
untuk pemasaran di Jakarta. Ia cepat memburu bisnis, cerdas, cakap dan sigap
membantu pelanggan.
Aku tak tega menendangnya karena
alasan penyakit yang menggerogoti. Ia memohon agar diijinkan bekerja sebelum
berpulang.
Tentang Jack? “saya takkan berumur
panjang, Bu”, katanya lagi. Masih terngiang kalimat itu. Aku menyimpannya
rapat-rapat.
Belakangan prestasinya menurun
sebab kerap sakit-sakitan. Saya bermain petak umpet dari kejaran kantor pusat.
Berpikiran terbuka
Suatu hari, seorang pelanggan
menelponku bahwa pembayaran acara di hotel telah lunas dibayar. Namun ia menerima
surat peringatan telat bayar dari akunting.
Bukti tanda terima dikirimkan.
Jack membuat invoice palsu! lengkap dengan tanda tangannya berikut cap
perusahaan.
Masalah bertambah rumit. Pikiranku
runyam. Jack membebaniku dengan tumpukan masalah. Jika ku bertangan besi, pasti
ia telah hengkang dari kantor ini, namun karena prestasinya di atas rata-rata,
masih kupertahankan.
Hatiku masih terbuka. Toh hidupnya takkan lama. Berdiri diantara dua pilihan, menenggelamkannya atau menjadi pahlawan sementara? Terjepit kepentingan bisnis dan rasa kemanusiaan.
Oh, Aku overthinking! Mulai cemas,
aktifitas terhambat. Semalam aku menumpahkan olive oil ke roti, hingga oil
tertumpah kemana-mana. Ray menegurku kenapa tidak fokus.
Aku sadar, setiap waktu memikirkan
Jack. Kantor pusat menekanku habis-habisan agar Jack dinyatakan tidak lulus.
65 Menit serasa 5 menit tapi terkuras percuma
“kriukk!” oh perut minta diisi. Oh Tuhan,
kenapa ku terkurung disini?
“Ting tong ting tong…” dering
handphone. Entah siapa lagi. Aku terus mendekatkan telinga pada pintu, siapa
tahu Enah mencariku.
Sayup-sayup terdengar suara kaki
Besty, ia berjalan menuju tangga. Kuingat pintu kamar tidak kukunci agar Besty
bisa masuk. Tapi pegangan pintu? pasti terlalu tinggi untuknya.
Sekarang kuberteriak memanggil
namanya dengan volume sedang karena kuatir terdengar tetangga. Besty
menggaruk-garuk pintu, menggongong. Ia mendengar suaraku.
Aku duduk di atas keset kamar
mandi. Berpikir kapan ku bisa keluar. Besty tak mampu menolong. Terpikir lagi
masalah Jack. Duh!
“Bu, bu!” Suara Enah membuyarkan lamunanku. Langsung teriakanku menggema. “Enah!!, masuk sini, masuk kamar!”
Belum ada tanda-tanda Enah ke
kamar. Pasti Enah menunggu di luar kamar bersama Besty.
“Enah!!” Kataku lagi. Tetap tiada
sahutan.
Aku tak boleh menyerah! Kuotak-atik
lagi gagang pintu, tetap tak berubah. Sulit, tiada celah untuk merusaknya.
Ah kupunya akal. Kunaiki kloset,
mulut kumoncongkan ke jendela kecil agar teriakanku terdengar Enah.
Kali ini Enah menyahut. Ia masuk
ke kamar
“Ibu dimana?”
“Disini, tolong buka pintu Enah”
suaraku melemah.
“Klik!”
“Oalah, Ibu kenapa?
“Gak apa-apa” ia heran melihatku
lemas.
“Bu, makan siang sudah siap”
“Ya, ma’kasih Enah”
Kuantar Enah keluar kamar, Besty
sedang rebahan di muka pintu langsung mendekat.
Cari jalan keluar dibarengi doa
Moto selalu ada jalan keluar
terus terngiang ditelinga. Jack mengundurkan diri. Ia terjerat hutang kepada
perusahaan akibat menggelapkan uang pelanggan.
Empat bulan kemudian, kabar
dukacita tersiar, Jack berpulang.
Selamat jalan Jack.
Memikirkan sesuatu sebelum
bertindak merupakan pencegahan namun jika dilakukan secara berlebihan akan
merugikan diri.
Overthinking akan menguras tenaga
dan pikiran selama berjam-jam dan tidak mendapatkan jalan keluar.
Karena itu carilah penyebabnya
(grass root), berpikiran terbuka dan lawan ketakutan dengan doa.
(*) Nama-nama disamarkan
Comments