Dear Hotelier, Perlukah Mengintai
Hotel Kompetitor?
Pengembangan bisnis hotel tak
pernah luput dari persaingan antar hotel. Selama kompetisi baik-baik saja, tak
perlu dirisaukan.
Namun bila hotel-hotel telah
menjadi ajang adu kompetisi sampai-sampai rekrutan tim penjualan petak umpet, seakan
menyabut nyawa bisnis hotel pesaing.
Benarkah demikian?
Alih-alih hanya menguping
tetangga sebelah, tim penjualan dan pemasaran dituntut mengetahui seluruh
aktifitas hotel kompetitor. Dari pemasangan banner di beranda hingga area parkir
mobil. Apapun caranya, info bisa didapat.
Kadang sesama hotelier staf
pemasaran kucing-kucingan. Bahayanya jika pelanggan menjadi tempat curhat.
Pelanggan menguping isu panas internal hotel-hotel. Gerah!
Apalagi hotel pesaing jaraknya
hanya 500 meter dari hotel kesayangan. Jika hubungan terjalin erat, tidak
masalah. Bisa jadi tali pertemanan renggang gegara saling curiga.
Apa sih yang perlu kita ketahui dari hotel kompetitor?
(1.) Data Competitor Set (CompSet)
(2.) Promosi kamar, MICE dan
restoran
(3.) Produk hotel terbaru
(4.) Tim penjualan dan pemasaran
(Sales & Marketing team)
Baiklah, saya bedah satu persatu.
(1.) Data Competitor Set
Tujuh belas tahun lalu dan masa-masa
sebelumnya, data compset didapat dari 2 sumber guna periksa ulang (cross check),
PHRI dan langsung dari hotel ke hotel.
Data hari itu dikirim kepada
seluruh hotel. Keakuratannya mendekati 99% sehingga hampir sulit melenceng dari
kesalahan atau manipulasi data.
Kini dengan adanya STR Global (Smith
Travel Research, Inc), secara mudah kita menganalisa compset dari sistem
online.
Namun lemahnya sistem ini, bila
hanya 2 atau 3 hotel saja yang mendaftar, maka hotel pesaing lainnya didata
secara manual. Baiklah, kita lupakan dulu hal ini.
Mengapa data ini distempel “rahasia” ?
Semakin angka-angka itu
bersembunyi alias tidak akurat maka data analisa compset di kota itu pun
menjadi tidak akurat. Bisa berakhir pada salah analisa hunian pengunjung dari
pendapatan MTD dan YTD.
Mengapa hotel tertentu terkesan pelit memberikan informasi data?
Dengan adanya STR, maka hotel
peminat ini, berbondong-bondong menjadi anggota. Tentu dengan sejumlah
pembayaran. Peminat terbanyak dari chain internasional hotel.
Setiap hari, duty manager tak
perlu menelpon kompetitor, tak lagi bersalam ria. Alasannya tentu saja sistem
yang apik dapat dimonitor manajemen, baik dari dalam negri maupun di Perancis
sekalipun
Tidak hanya chain internasional,
hotel independen pun ada yang berlaku demikian. Umumnya pemilik hotel yang kaku
dalam hal kepemimpinan. GM pun tak berdaya dibuatnya.
Merasa hotelnya super oleh karena
brand maupun sistem manajemen. Keberadaannya tidak sebanding dari hotel pesaing
bentukan chain nasional dan independen.
Manajemen hotel bertipe demikian
cenderung ekslusif, mengisolir diri. Tidak saja gedung megah membuat diatas
angin, tim pemasaran pun merasa super. Hubungan yang terjalin tidak erat. Take
it for granted.
Mari ikuti penjelasan berikut:
(2.) Promosi kamar dan restoran
Kini betapa mudah kita berselancar
di media sosial. Tim penjualan upayakan menjadi follower. Gak usah mengintip. Ikuti
saja akunnya.
Telaah model promosinya tapi
jangan nyontek. Menjiplak, pertanda tidak kreatif.
(3.) Seluruh produk hotel
Selalu update SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threat). Catat segala produk terbaru dari hotel kompetitor
guna memudahkan sales leader menyusun business plan di tahun berikutnya.
Hal yang perlu dicatat misalnya
outlet restoran baru, Sky Lounge, Ladies floor, renovasi kamar, dan lain-lain.
(4.) Tim penjualan dan pemasaran
Dear hotelier,
Tak kalah penting yaitu tim
penjualan dan pemasaran. Banyak tim tidak menyadari pentingnya berkawan sesama
hotelier. Menjalin pertemanan takada ruginya.
Di satu kota, pasti ada saja tim
marketing hotel yang arogan. Enggan berkawan dengan sesama hotelier.
Mengeksklusifkan diri. Hingga menguping curhatan pelanggan yang nadanya ngomporin
hotel pesaing.
Bisa juga telat informasi, saking
tertutupnya. Luput dari isu-isu bisnis terbaru yang seharusnya mereka tanggapi.
Akhirnya berita menguap, padahal isu penting itu demi kepentingan bisnisnya.
Demikian pula, luwesnya gaya seorang
pimpinan amat mempengaruhi gaya staf. Bila seorang GM disiplin, tepat waktu, maka
seluruh staf pasti mengekor. Gaya kepemimpinan dari pribadi yang nyeleneh, ya
sudah dapat ditebak hasilnya.
Karakter pimpinan yang kurang
gaul juga berpengaruh terhadap staf. Ini itu tak boleh, tak boleh bergaul
dengan pesaing. Tak sadar kita semua mengikuti
gayasang pimpinan
Reni, staf pemasaran yang hendak
pindah ke kompetitor pun jadi bulan-bulanan. Padahal Reni cerdik, ia sudah
bebenah sebulan lalu. Mengapa sang pimpinan menghalangi kepindahannya?
Ayo, kenalilah mereka, saling
berkunjung. Jika para pelanggan melihat tim pemasaran hotel-hotel kompak, mereka
pasti segan memancing di air keruh.
Hubungan yang tidak harmonis
dengan hotel kompetitor memunculkan masalah recehan hingga bisa jadi bahan gosokan.
Contoh, permasalahan di Hotel
Aurora yang memberi Rp 900 ribu per kamar untuk pemesanan 50 kamar selama 2
malam.
Tak berapa lama Hotel Celeste
maju dengan harga Rp 800 ribu. Padahal kedua hotel itu berkelas sama, lokasi
hotel di pusat kota, hanya berjarak 500 meter dari Hotel Aurora.
Efek domino permainan harga
terhadap hotel kelas di bawahnya. Muncul persaingan tidak sehat. Gak elok!
Agar kita bersaing elegan,
sebaiknya tim bersikap:
(1.) Sebagai kawan, bukan lawan
(2.) Ngobrol tapi jangan ngobral
(3.) Berikan informasi apa adanya
(4.) Fokus kepada hotel kesayangan
Mari ikuti penjelasan singkat
berikut. Ini penting juga diketahui general manager.
(1.) Sebagai kawan, bukan rival
Dimanapun gak ada kawan pasti gak
enak. Jadikan mereka kawan dekat, bukan kawan yang memata-matai. Menghadiri
seminar, makan siang bersama, atau bareng klub gowes
(2.) Ngobrol tapi jangan ngobral
Harus ngobrol kekinian, perihal tren
terbaru. Tukar pikiran tentang perusahaan anyar di kota, perkembangan bisnis di
masa datang, dan sebagainya.
Banyak yang perlu didiskusikan.
Namun ingat jangan kebablasan, sampai rahasia dapur hotel diobral. Akhirnya
bisa jadi biang gosip.
(3.) Berikan informasi apa adanya
Jangan pelit. Berikan informasi
apa adanya. Rejeki gak terbalik. Asal ada usaha, pasti ada hasil. Suatu hari
anda perlu sesuatu, dengan mudah diraih.
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. TIdak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa” (Ridwan Kamil)
(4.) Fokus kepada hotel kesayangan
Daripada jadi mata-mata hotel,
lebih baik konsentrasi pada hotel kesayangan anda. Fokus terhadap pelayanan
yang maksimal.
Tim pemasaran menjadi tim
favorit, rajin dan perhatian, paham tren kekinian. Menjalin hubungan baik
dengan tim hotel pesaing, tidak sombong dan profesional. Anda pasti popular. Anda
bangga?
Setiap kali Jeany direkrut hotel,
ia pasti ngeluruk tim pemasaran hotel-hotel. Tujuannya mengenalkan diri sekaligus
memulai pertemanan dengan tim pesaing. Jika pintu telah terbuka, masakan kita
menolaknya?
Persaingan bisnis hotel memang
semakin membuncah jika tidak diantisipasi dari sekarang. Gegara harga kamar bisa
saling serang. Tentu diam-diam, dibalik layar, bukan perang puputan.
Dear hotelier,
Sekarang saatnya berkawan, jalinlah
hubungan baik. Terlebih di masa sukar. Bangun kekompakan diantara tim marketing hotel-hotel kompetitor. Fokus
kepada pelayanan terbaik.
Jika anda telah melakukannya,
pertahankan. Bila terlambat, mulailah sekarang dengan sesuatu yang baik.
Salam hospitality!
Rujukan:
(*) en.m.wikipedia.org, STR, Inc – Wikipedia
(*) Tulisan ini berdasar pengalaman serta pengamatan
penulis sebagai hotelier sales marketing
(*) Disclaimer: memuat ulang tanpa persetujuan penulis
Comments