Sabar Melalui Petualangan Jauh dan Melelahkan

 

(ilustrasi pixabay)

Sabar Melalui Petualangan Jauh dan Melelahkan

Pada perikop “Allah menuntun umatNya” (Keluaran 13), Nabi Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian.

Meskipun jalan menuju negri impian lebih dekat, namun Tuhan menuntun bekeliling karena Filistin sedang dalam peperangan. Jangan-jangan mereka balik ke Mesir.

Bangsa ini menggerutu sepanjang perjalanan. Mereka menyesal dibawa berkelintaran sebab terpikir, janji Musa bohong.

Mereka ingat masa nyaman, jauh bahagia ketimbang penat di tengah perjalanan. Padahal mereka dibebaskan dari beban sebagai budak serta kuli.

Mau makan sudah tersedia. Namun masih juga ngomel sebab ingat bawang bombay dimasak nasi goreng. Ingat pizza, goulash soup, roasted beef, spagetti bolognaise.

Sementara dihadapan hanya tersedia kerupuk dan ikan asin.

“Bosan!” ujar mereka

Bosan akan menghampiri jika kita melakukan kegiatan rutin setiap hari. Jengah akan menerpa jika setiap hari bermenu selalu sama.

Mengapa bosan? Karena kita ingin mencukupi raga dengan nyaman. Orang yang bosan atau jengah tidak pernah bersyukur sebab dari hari ke hari memikirkan kesenangan raga.

“Perfect is boring”. Suatu hari saya mendapat proverb itu. Dalam Bahasa Indonesia artinya kesempurnaan itu membosankan.

Seseorang yang ingin tampil sempurna baik dalam pekerjaan atau penampilan kecantikan, akan berusaha menyajikan sesuatu yang sempurna walau ribet, memakan waktu, melalui banyak rintangan.

Akhirnya ia terobsesi mencapainya walau orang mungkin akan berkata “Ah biasa saja!” atau “excuse me, cuma segitu doang?”

Ritual untuk mencapai itupun melibatkan orang-orang didekatnya, melihatnya sebagai suatu kebosanan. Maka ada satu idiom yang menangkisnya seperti “life is never flat”.

Kehidupan masa lampau, kadang menyilaukan. Ingin rasanya kembali meraup kesenangan, masa gemilang, meraih kembali masa the golden life”

Semakin ingin diraih, semakin sulit digapai. Hanya sebagai kenangan masa lampau. Bagaimana kita mencapai kemenangan di masa itu, Karir gemilang, keluarga sejahtera, plesiran ke berbagai negara.

Tetiba kita tidak paham bahwa bumi dan seisinya dari Sang Pencipta. Baik dan buruk akan terjadi pada dunia fana ini. Alpa.

Lalu apa yang ingin direngkuh? Segigih apa kita menginginkannya?

Perjalanan berkelintaran menguras energi, menyita waktu serta melelahkan. Sepanjang jalan perlu proses menuju tujuan. Proses itulah yang penting.

Anda bersungut-sungut melakukan pekerjaan, itulah proses. Kita teliti, trampil, gembira melakukannya, itulah proses menuju gol.

Now, what we gonna do next? Kerjakan seluruh proses dengan hati tulus. Jangan ingin cepat sampai namun tidak mengindahkan kaidah. Jangan terpikat penghalang di luar itu. Fokus pada proses. Tahap demi tahap kita sadar bahwa campur tangan Tuhan diperlukan di setiap langkah.

Orang yang sering mengeluh, sama dengan menguras tenaga pikiran. Belum lagi menoreh hati yang rapuh. Ada saja yang dikeluhkan. Bos yang jahat, teman yang toxic, pacar yang selingkuh, problema finansial, adik ipar yang menjadi benalu di rumah.

Itu hanyalah sekian alasan dari ribuan masalah.

“Life is never boring but some people choose to be bored”  Juga proverb yang menarik. Jangan ingin menjadi sempurna.

Isi kehidupan dengan hal-hal berkualitas, mengarah pada tujuan kebahagiaan spiritual. Lipstick Revlon, tas Prada, sepatu Walter Steiger, Rococo San gown memang perlu, namun hanya sebatas menyenangkan penampilan semata.

Cara berpikir sederhana akan membentuk pikiran dan hati kita hanya tertuju kepada Sang Pencipta. Adakah barang-barang mewah itu menyenangkan hati Tuhan.

Dia bisa melibas kita dalam tabrakan mobil, lalu tiada daya melawannya. Diijinkannya penyakit kanker bersarang di perut lalu apa arti sepatu Rp. 6,5 juta jika kita tak dapat memakainya?

Comments