Sabar
Melalui Petualangan Jauh dan Melelahkan
Pada perikop “Allah menuntun
umatNya” (Keluaran 13), Nabi Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir
menuju tanah perjanjian.
Meskipun jalan menuju negri
impian lebih dekat, namun Tuhan menuntun bekeliling karena Filistin sedang
dalam peperangan. Jangan-jangan mereka balik ke Mesir.
Bangsa ini menggerutu sepanjang
perjalanan. Mereka menyesal dibawa berkelintaran sebab terpikir, janji Musa
bohong.
Mereka ingat masa nyaman, jauh
bahagia ketimbang penat di tengah perjalanan. Padahal mereka dibebaskan dari
beban sebagai budak serta kuli.
Mau makan sudah tersedia. Namun
masih juga ngomel sebab ingat bawang bombay dimasak nasi goreng. Ingat pizza,
goulash soup, roasted beef, spagetti bolognaise.
Sementara dihadapan hanya
tersedia kerupuk dan ikan asin.
“Bosan!” ujar mereka
Bosan akan menghampiri jika kita
melakukan kegiatan rutin setiap hari. Jengah akan menerpa jika setiap hari bermenu
selalu sama.
Mengapa bosan? Karena kita ingin
mencukupi raga dengan nyaman. Orang yang bosan atau jengah tidak pernah
bersyukur sebab dari hari ke hari memikirkan kesenangan raga.
“Perfect is boring”. Suatu hari saya mendapat proverb itu. Dalam
Bahasa Indonesia artinya kesempurnaan itu membosankan.
Seseorang yang ingin tampil
sempurna baik dalam pekerjaan atau penampilan kecantikan, akan berusaha
menyajikan sesuatu yang sempurna walau ribet, memakan waktu, melalui banyak
rintangan.
Akhirnya ia terobsesi mencapainya
walau orang mungkin akan berkata “Ah biasa saja!” atau “excuse me, cuma segitu
doang?”
Ritual untuk mencapai itupun
melibatkan orang-orang didekatnya, melihatnya sebagai suatu kebosanan. Maka ada
satu idiom yang menangkisnya seperti “life
is never flat”.
Kehidupan masa lampau, kadang
menyilaukan. Ingin rasanya kembali meraup kesenangan, masa gemilang, meraih
kembali masa the golden life”
Semakin ingin diraih, semakin
sulit digapai. Hanya sebagai kenangan masa lampau. Bagaimana kita mencapai
kemenangan di masa itu, Karir gemilang, keluarga sejahtera, plesiran ke
berbagai negara.
Tetiba kita tidak paham bahwa
bumi dan seisinya dari Sang Pencipta. Baik dan buruk akan terjadi pada dunia
fana ini. Alpa.
Lalu apa yang ingin direngkuh?
Segigih apa kita menginginkannya?
Perjalanan berkelintaran menguras
energi, menyita waktu serta melelahkan. Sepanjang jalan perlu proses menuju
tujuan. Proses itulah yang penting.
Anda bersungut-sungut melakukan
pekerjaan, itulah proses. Kita teliti, trampil, gembira melakukannya, itulah
proses menuju gol.
Now, what we gonna do next? Kerjakan seluruh proses dengan hati
tulus. Jangan ingin cepat sampai namun tidak mengindahkan kaidah. Jangan
terpikat penghalang di luar itu. Fokus pada proses. Tahap demi tahap kita sadar
bahwa campur tangan Tuhan diperlukan di setiap langkah.
Orang yang sering mengeluh, sama
dengan menguras tenaga pikiran. Belum lagi menoreh hati yang rapuh. Ada saja
yang dikeluhkan. Bos yang jahat, teman yang toxic, pacar yang selingkuh,
problema finansial, adik ipar yang menjadi benalu di rumah.
Itu hanyalah sekian alasan dari
ribuan masalah.
“Life is never boring but some people choose to be bored” Juga proverb yang menarik. Jangan ingin
menjadi sempurna.
Isi kehidupan dengan hal-hal
berkualitas, mengarah pada tujuan kebahagiaan spiritual. Lipstick Revlon, tas Prada,
sepatu Walter Steiger, Rococo San gown memang perlu, namun hanya sebatas menyenangkan
penampilan semata.
Cara berpikir sederhana akan
membentuk pikiran dan hati kita hanya tertuju kepada Sang Pencipta. Adakah
barang-barang mewah itu menyenangkan hati Tuhan.
Dia bisa melibas kita dalam tabrakan
mobil, lalu tiada daya melawannya. Diijinkannya penyakit kanker bersarang di
perut lalu apa arti sepatu Rp. 6,5 juta jika kita tak dapat memakainya?
Comments