(ilustrasi pixabay)
Menilai
dan Bersikap Terhadap Pasangan Kita
Jika sesuatu berjalan tidak
sesuai harapan kita, apa yang akan kita lakukan? Hal ini bukanlah suatu teori
semata namun suatu kenyataan karena dalam kehidupan ada kalanya sesuatu
berjalan tersendat bahkan terhenti.
Suatu hari dalam perjalanan di
kereta api, Dr. Peale duduk disebelah seorang pria. Pria itu memandang keluar
jendela, tampaknya tenggelam dalam kemurungan.
Badannya besar, berotot kekar, rambutnya
awut-awutan, bertopang dagu, melihat alam. Suatu pertanda ia lelap dalam
keadaan sangat despair, frustrasi
atau keputusasaan.
Dr. Peale hanya menyapa “selamat pagi!”, kemudian ia
mengeluarkan kitab suci.
Dr. Norman Vincent Peale adalah seorang
pendeta, juga pengarang buku popular di seluruh dunia The Power of Positive Thinking.
Pria itu bertanya “Bapak membaca alkitab? Ada yang cocok buat
saya?”
Jawab Dr. Peale “Sahabat, itu pasti ada, juga untuk semua
orang. Apa yang anda ingini dari kitab ini?
“Saya mengalami depresi, saya benar-benar tenggelam” sahut pria itu.
“Well, dengan suratku ini anda bisa ke toko buku dimanapun dan anda
akan diberi sebuah alkitab atas tanggungan saya. Jika sudah dapat bacalah
Efesus 6 ayat 13.
Itulah sepenggal kisah nyata
seorang pria yang frustrasi di tengah gelombang lautan kehidupan. Tidak secara
kebetulan ia duduk bersebelahan dengan Dr. Peale di kereta api.
Ada rencana Sang Kuasa untuk
memancarkan kebaikan kepada umatnya. Siapapun, dimanapun, tanpa syarat.
KemurahanNya sempurna, tanpa memandang jabatan, kaya atau miskin. Terkadang
kita lupa, hal itu adalah bentuk pertolonganNya.
Seorang atasan di tempat saya
bekerja dahulu, puluhan tahun silam, ditinggalkan oleh suami karena menikah
dengan pelakor. Segalanya telah hancur dipandangannya. Ia seorang wanita taat
beribadah.
Dalam kesedihan seorang
kerabatnya memergoki dirinya hendak meminum obat serangga di kamar. Ia
tertolong dari jeratan maut. Kisah ini saya dengar dari kerabatnya yang
menolong pade detik-detik percobaan bunuh diri.
Lima bulan kemudian, ia menemukan
seorang pria pilihan hatinya lalu menikah. Kini ia memiliki 2 orang cucu dari
pernikahan terdahulu. Bagai drama, namun itulah peristiwa yang terjadi.
Disadari atau tidak, Tuhan
mengutus seseorang agar pemuda di kereta dan kisah manajerku itu tidak
terperangkap jerat maut.
Seseorang merasa frustrasi jika
ia tidak berusaha mengampuni pelaku setelah tersakiti jiwanya. Peristiwa
percobaan bunuh diri atasanku itu terjadi karena harapannya terkubur.
Cinta memang membutakan. Cinta
buta membuat pikiran tertutup, seolah kekasih hati akan membahagiakan sepanjang
hidupnya.
Menyimpan kesalahan pasangan kita
sama dengan menyembunyikan penyakit bagi jiwa. Obat manjur penghilang rasa
sakit bagi jiwa, bukan saja melupakan akan tetapi menghilangkan sampai ke
akar-akarnya. Caranya dengan memberi pengampunan.
Mengampuni adalah sulit. Semakin
terbayang wajah pelaku, semakin mual rasanya akan tetapi kita harus belajar
memberikan ampunan.
Bagaimana melupakan kesalahan pasangan kita:
(1) Jika perasaan
anda tersinggung karena sesuatu, maka luka dalam jiwa harus segera diobati
dengan berdoa sungguh-sungguh.
Bila tidak
berdoa, luka akan merana berakibat menjadi borok.
“Sebab itu ambilah seluruh perlengkapan
senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu
dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu”
(2) Jika rasa dendam telah melekat pada jiwa, maka bersihkan jiwa anda, buka pintunya lalu buang kesedihan.
(3) Menyimpan dendam hanya mendatangkan penyakit. Insaflah lalu rasa benci akan hilang.
(4) Jika kita tidak mengampuni pasangan kita, Tuhanpun takkan mengampuni kita.
Menilai dan bersikap
terhadap pasangan kita
Tiada manusia sempurna dan tidak
bercacat. Setiap orang mempunyai segi yang bercela, kurang bijaksana menghadapi
pasangan yang jauh berbeda dengan pribadi kita.
Pasangan kita mempunyai hak penuh
berbeda dengan pribadi kita. Berbeda pandangan tentang gaya hidup, selera, pakaian,
hobi, adat, kebiasaan, dan sebagainya.
Jika kita berpikir benar dan
tepat, maka masih banyak pujian dan sanjungan bagi pasangan kita yang belum
kita hargai, bahkan belum terucap.
Belajarlah menerima kekurangan
diri pribadi dan pasangan kita niscaya jalan keluar terbentang .
Rujukan:
(1(1) Dr.
Norman Vincent Peale, “The Power of Positive Thinking” - A Practical Guide to
Mastering the Problems of Everyday Living, Publisher Prentice Hall 1952 – first
edition
(H(2) Holy
Bible, Ephesians 3
Comments