Di masa pandemi hampir semua orang “berhenti” sejenak dalam aktifitas sehari-hari, tidak terkecuali profesi sebagai musisi terkena dampaknya.
Namun oleh karena kesadaran
manusia diberi karunia budi pekerti oleh Sang Pencipta maka manusia harus
belajar mengenali dirinya agar budi pekerti mampu diwujudkan dalam perbuatan.
Film pendek “Titi Mangsa” dari
Dinas Kebudayaan Yogyakarta yang disutradarai Dhisga Amandatya ini berkisah
tentang kondisi semasa pandemi.
Sila klik video berikut.
(sumber Youtube)
Aris berhenti dari kegiatannya
sebagai musisi. Sang istri sebagai guru sekolah dasar tidak ingin suami aktif
di luar rumah meskipun kegiatan bekerja mulai menggeliat.
Suatu tawaran menghibur pada
acara pernikahan di hotelpun ditolak Aris sebab mengundang kerumunan 300 orang.
Sang istri kuatir terjadi sesuatu hal karena ia sedang hamil.
Suatu ketika, Pak Broto
tetangganya datang ke rumah Aris, meminta cabai merah dari halaman belakang
rumah.
Keesokan harinya, ia bermaksud
membeli saja cabai itu ketimbang meminta.
Sejak itu Aris rajin menanam
sayuran lain memenuhi kebunnya untuk dijual.
Gambaran dari sebuah langkah
setiap insan supaya beradaptasi dalam setiap kondisi.
Belajar untuk tidak mengeluh dan
menyalahkan situasi karena sesungguhnya Sang Pencipta telah memelihara manusia
dalam kondisi apapun.
Belas kasihNya tercurah ketika
ciptaanNya melakukan hal-hal baik. Aris memilih menanam sayuran juga belajar menanam kebaikan.
Melalui film pendek berdurasi 12 menit
ini, sayapun belajar untuk mengerti Bahasa Jawa serta pengucapannya. Mengerti bahasa
Jawa belum tentu dapat berbicara bahasa Jawa. Itulah saya.
Bahasa salah satu warisan, jika
ingin dikenal keturunan asal leluhur. Sayangnya keinginan belajar Bahasa Jawa
baru saja muncul akhir-akhir ini. Belum terlambat.
Comments