Cuti Bersama Dipotong, Preventif Penyebaran Virus

 

(ilustrasi pixabay)

Siapa yang tak ingin libur panjang, meskipun tinggal di rumah selama libur? Apalagi libur panjang bersama keluarga di hari lebaran tidak lama lagi.

Bagi orang tua yang memiliki anak kecil hingga usia remaja, keinginan bersenang-senang, keluar kota sudah dalam rencana.

Namun keputusan pemerintah memotong 5 hari libur, menjadi tersisa 2 hari libur cuti bersama.

Cuti bersama tahun 2021 yang dipangkas 5 hari adalah cuti bersama dalam rangka Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 12 Maret.

Kemudian cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah pada 17, 18, 19 Mei dan Hari Raya Natal 2021 pada 27 Desember.

Seandainya protokol kesehatan semakin kendor, tahun ini mungkin kali ke-dua berlebaran kita terhalang oleh masa pagebluk.

Ketika Kompasiana mengirimkan topik pilihan “Cuti Bersama Dipotong”, rasa penasaran saya sebenarnya ingin bertanya tentang hal cuti bersama kepada sebanyak-banyaknya kolega.

Munculah ide mengumpulkan jawaban dari beberapa kolega di berbagai kota, diantaranya dari Tangerang, Jakarta, Medan, Pontianak, Surabaya, dan Palangka Raya.

Pertanyaan ini saya tujukan secara acak, dipilih dari latar profesi berbeda. Dengan embel-embel boleh menyebutkan sumbernya, sayapun memilih untuk mencantumkan nama-nama mereka atas persetujuan yang bersangkutan.

Hal ini bertujuan agar tulisan ini tidak hanya dari isi kepala dan karangan saya belaka. Apa komentar bernilai  dari kolega saya ini diulas satu persatu berikut ini.

Pertanyaan diajukan secara santai dan tidak memaksa. Hanya yang berkenan menjawab saja yang saya cantumkan.

Bapak Bambang Harsoyo – Front Office Manager hotel di Medan “Saya keberatan sebab libur tidak indentik dengan  bepergian. Bisa saja tinggal di rumah, merasakan suasana santai bersama keluarga, melakukan hobi di rumah”

Ibu Nyoman Wahyuti – President Direktur dari salah satu perusahaan di Jakarta Selatan. “Tentu saja saya ingin menikmati libur cuti bersama. Meski tak keluar kota, namun ingin kumpul bersama keluarga”

Keluarga Ibu Nyoman Wahyuti memang berada di luar Jakarta. Baginya hari libur sangat berharga menengok kedua anak dan suami. Kerap setiap 2 minggu sekali selalu pulang menengok kedua buah hati yang sedang kuliah.

“Memotong cuti bersama tidak serta merta mengurangi angka positif covid. Penanganan covid harus dilakukan secara konsisten dan sustainable. Bukan secara acak seperti menghilangkan cuti bersama” Tambahnya lagi.

Tampaknya ibu dari seorang putri dan putra ini turut mendukung progam pemerintah dalam hal pariwisata. Komentarnya “Libur panjang akhir pekan dan masa liburan akan mendongkrak hotel dan sektor pariwisata untuk menutup.(CP: maksudnya menutupi kekurangan okupansi hotel). Banyak hotel-hotel yang akan menikmati kegembiraan ini dengan okupansi tinggi selama libur panjang”

Lain halnya dengan Ms. Dienna Dee – Executive Assistant dari salah satu perusahaan di Surabaya. Menurut Dienna, cuti bersama dipotong tidak masalah sebab kepentingan umum harus lebih diutamakan yaitu agar cepat memutus rantai penyebaran virus covid.

Begitu pula dengan Bapak Holden Tambunan – Direktur dari salah satu perusahaan di Medan. Beliau tidak mempermasalahkan kebijakan memotong cuti bersama bahkan mendukung keputusan pemerintah.

Selain ia sibuk mengurus pekerjaannya yang super sibuk, maka bekerja di waktu itu adalah pilihannya.

“As you know, Indonesia is no. 1 in Asia for covid, better I’m vacation in local, like Brastagi, Toba Lake” tambahnya lagi

Saat saya tanya apakah akan keluar kota di hari libur, alasan tidak nyaman di dalam flight, jika memaksanya bepergian.

Ada pendapat menarik dari Bapak Tedi Effendy – General Manager dari salah satu hotel di Tangerang. “Penyebaran virus bukan lagi menjadi big issue sekarang ini sebab proses vaksinasi sedang berjalan”

“Kenyataannya memang masih ada penyebaran namun sedikit saja. Selain itu saya mengharapkan kehidupan sosial berjalan normal kembali seperti semula.

Jika kita menerapkan protokol kesehatan dimanapun akan menjadi kebiasaan sehingga tidak menjadi masalah besar.

“Surely we have no problem but the life must go on” ujarnya lagi.Namun demikian, beliau tidak setuju terhadap pemotongan hari cuti bersama.

Ibu Anne Sandra – Direktur Sales & Marketing dari salah satu hotel di Pontianak.

“Mengingat kasus baru covid19 mengalami kenaikan di beberapa kota, mungkin upaya preventif dari pemerintah adalah dengan mengurangi cuti bersama. Selama ini dilakukan atas dasar dan untuk kesehatan bersama”

Menurutnya, tidak mempermasalahkan pemotongan libur bersama. “Sebagai warganegara yang baik, kita harus mengutamakan kesehatan pribadi agar orang-orang di lingkungan kita sendiri juga sehat”

Terakhir pendapat Bapak Harry Saptadi – General Manager salah satu hotel di Palangka Raya – Kalimantan Tengah, sangat mendukung keputusan pemerintah. “Pemerintah harus fokus pada pelayanan publik guna memutus rantai penyebaran”

Dari 14 kolega berlatar berbeda, 7 menjawab dengan antusias, selebihnya tidak ada jawaban.

Sekarang bila anda tanya saya, apakah saya setuju atau tidak setuju cuti bersama dipotong?

Saya memang berencana melakukan pemesanan pesawat dan hotel ke negri sebrang di bulan Desember saat Natal, pasalnya bila pemesanan melalui online akan lebih aman dilakukan jauh-jauh hari. Terlebih saat ini belum terbayang apakah Desember akan lebih aman untuk tujuan melancong?

Bagi saya pribadi sangat menyetujui langkah pemerintah melakukan potong cuti bersama.

Beruntung saya mendapat 7 responden, termasuk saya menjadi 8 orang yang dapat disimpulkan sebagian besar menghargai langkah pemerintah  memotong cuti bersama.

Well, tulisan ini adalah sekedar keingintahuan saya tentang alasan responden terkait topik pilihan Kompasiana perihal “cuti bersama dipotong.

Terima kasih kepada para kolega seprofesi maupun tidak seprofesi yang telah meluangkan waktu untuk merespons.

Salam hangat kepada Bapak Bambang Harsoyo, Ibu Nyoman Wahyuti, Bapak Holden Tambunan, Ms. Dienna Dee,  Ibu Anne Sandra, Bapak Tedi Effendi dan Bapak Harry Saptadi.

Urutan nama berdasarkan waktu si pengirim jawaban melalui aplikasi whatsapp.

Terima kasih dan sukses selalu.

Salam hospitality!

Comments