Dari Teman Jadi Rekan Bisnis

 

Di pertengahan tahun 1997, kala itu krisis keuangan melanda Asia. Takluput di negri inipun perusahaan-perusahaan sudah mulai menonaktifkan karyawan.
Ilustrasi pixabay.com

Begitupun bisnis hotel tidak membayarkan uang jasa pelayanan kepada karyawan. Kebanyakan bisnis lumpuh namun beberapa masih tegak berdiri ditopang anak perusahaan.

Saat terseok-seok, kami harus mengirit sisa tabungan yang tidak seberapa. Benda bergerakpun terjual satu demi satu dan satu bangunan rumah dijual murah guna menutupi beberapa karyawan sebagai pesangon.

Terbeban dengan nasib karyawan yang tidak banyak itu akhirnya kami mendahulukan pemberian pesangon agar mereka tidak terlantar. Begitu pula kondisi kami sekeluarga.

Lima bulan setelah itu, seorang teman dari suami mengajak berbisnis. Mereka bertiga adalah teman lama yang terpisah negara. Seorang berada di Indonesia, Singapore dan seorang lagi warga NewZealand. Dua orang diantaranya beristri orang Indonesia.

Saya tidak akan berkisah tentang bisnis mereka secara terperinci, namun hanya membuat catatan dari sudut pandang profesional bagaimana mereka mampu bekerja bersama menghasilkan gol demi gol.

Tidak perlu ditanyakan mengenai kemistri. Mereka teman lama bertahun-tahun. Ibarat kata kami telah paham the dark side masing-masing. Baik pertemanan maupun hubungan masing-masing keluarganya.

Bisnis mereka sebagai supplier minyak dan gas di beberapa negara, termasuk Indonesia. Semula hanya perbincangan kecil diantara teman akhirnya menjadi suatu perusahaan legal yang diakui keberadaannya.

Dari modal tabungan yang tersisa hingga cukup mapan hingga kini. Seorang temannya bahkan menjual rumah di Australia untuk bisnis ini. Masing-masing stakeholder menjunjung kesabaran, ketekunan dan kejujuran.

Tidaklah mudah membangun usaha bersama teman. Melalui pengamatan saya dari jauh serta sebagai pemerhati secara diam-diam atas kiprah sang suami, 5 kiat berikut menjadi tolok ukur kebersamaan mereka:

(1) Memiliki misi dan visi yang sama

Bagi mereka, membangun bisnis bukan sekedar iseng, kalau mujur syukur, kalau rugi ya tidak mengapa. Bukan!. Mereka berprinsip kuat menegakkan gol sebagai prioritas.

Bahkan ia menempelkan tulisan misi dan visi di kamar kerjanya. Papan tulis penuh kalimat penyemangat, post it dimana-mana, padahal kata-katanya kadang menggelikan bagi yang membaca.

Done! Cuti? Let her cry for a while. Takpernah mengusik pekerjaannya, saya hanya tertawa geli. Toh hanya dia yang paham betul gaweannya.

(2) Jujur dan saling percaya

Mereka saling menumbuhkan kejujuran dan percaya satu sama lain, tanpa syarat. Kejujuran yang menjadi penopang bangkitnya mereka dari nol.

Begitupun para istri dan anak-anak menjadi tumpuan kepercayaan mereka. Istri dan keluarga berperan besar terhadap lajunya perusahaan ini.

(3) Mengatur finansial secara transparan

Semua tanda tangan mereka adalah penting. Tiada yang dapat mengeluarkan biaya tanpa ketiga tanda tangan. Seluruh faktur diketahui bersama.

Satu hari ia harus kembali ke Malaysia karena urusan bisnis mendadak. Suami meminta agar saya membayarkan tiket pesawat dari China ke Malaysia.

Sesekali ia meminta saya membayarkan tiket pesawat. Saya tahu pasti ia akan mengembalikan dengan menyertakan bukti pembayaran.

(4) Disiplin terhadap waktu dan tenaga

Segala sesuatunya jelas mengenai tujuan bersama dalam perusahaan. Mereka berusaha seefektif mungkin bekerja. Kerap kali masing-masing berada di 3 negara untuk beberapa hari.

Kemudian kembali ke kantor base Singapore untuk memudahkan setiap pekerja bergerak cepat ke berbagai tempat bisnis.

(5) Menjaga hubungan harmonis antar keluarga

Demikian tim kecil untuk urusan bisnis saja tidak cukup membangun kebersamaan. Apabila saatnya berkumpul, mereka mengundang para istri dan anak-anak, makan bersama, barbeku atau hanya ngobrol saja.

Bentuk suguhannya tidaklah penting namun saling bertatap muka sesama keluarga menumbuhkan kecintaan tersendiri. Cara ini sebagai bentuk saling mengenal sebagai keluarga besar.

Tentu saja dunia kerja tak lepas dari kesukaran. Terkadang tampak wajah tertekuk, tegang, namun akan bangkit kembali kala mereka saling menopang dan menyemangati.

Demikianlah tulisan sederhana ini berdasar pengalaman suami berbisnis dengan kedua temannya.

Comments