Cerita Fabel Semut dan Kucing
Tibalah giliran Tynera bercerita
di depan kelas. Kali ini cerita fabel menjadi tema anak-anak kelas 6 SD
bercerita. Prok, prok, prok…seluruh murid bertepuk. Selamat siang Ibu guru dan
teman-teman, begini kisah cerita fabel semut dan kucing.
Di siang hari yang terik, dua
ekor semut mengendap naik ke meja belajar.
Maju, mundur, maju, mundur. “ssstt, mundur!” kata semut kepada
temannya. Gelas es buah sudah bergeser ke meja makan.
“Wah, kali ini kita tidak berhasil” katanya lagi
“Kita minta bantuan kucing saja, pantang mundur!” timpal
temannya.
Dilihatnya kucing sedang berbaring santai di sudut karpet.
Semut iri melihat kucing bermalas-malas, sebentar makan, sebentar tidur. Makan
lagi, tidur lagi.
“Ayo, kita dekati dia!”
“Hai kucing, majikanmu membuat pingsan 50 pasukanku tadi
pagi” Kata ketua semut
“Apa yang bisa kubantu, mut?
tanya kucing
“Tolong buka sedikit saja tudung makanan di meja itu” pinta
semut
“Aku pasti dihukum, mut” kata kucing
Sesaat kemudian, kucing berbaring lagi sambil
mengibas-ngibaskan ekornya. Hidupnya penuh kesenangan, bermanja-manja, bermain
bola, bermain tali.
Tadi pagi kucing makan hanya setengah porsi. Alasannya
menguruskan badan, karena kegemukan.
Jam makanpun tiba.
Perutnya keroncongan, minta diisi. Ia naik ke meja, hup! Hanya makanan tertutup tudung saji.
“Semut, mut, kok disini?
“Ya iyalah, kalau kami
tidak bawa makanan, pasukanku bisa pingsan” sahut semut enteng.
Kucing berusaha menari-narik tepi tudung, ia kesulitan
membukanya.
Sementara ke-2 semut sedang mencari celah tudung saji itu,
namun tetap saja sulit masuk ke tudung bercelah itu.
Tetiba kucing duduk, merapikan badannya.
“Begini saja mut, ajak
pasukanmu kemari”
“Tapi, tapi..pasukanku
bisa mati kena tebas cing”
“Tidak mut, bila pasukanmu diganggu, aku yang maju!” ujar kucing
Lalu ke-2 semut berbalik
menjemput pasukan, sangat banyak. Rombongan semut kompak menaiki meja, menghampiri tudung saji.
“Satu, dua, tiga…!” tudung saji terbuka sempit. Kucing cepat-cepat
menyanggah dengan kakinya.
“Brak!” Tampak 4 ekor ikan goreng, sengitnya membuat pasukan semut
menyerbu.
“Eits, aku ambil bagianku dulu!” kata kucing. Ia mengunyah 2 ekor
ikan dengan lahap.
Semut-semut mengambil remah-remah
ikan dan membawanya ke sudut sotoh rumah. Semua sibuk.
Satu jam kemudian, sang kucing
kena hukuman karena mencuri ikan. Hukuman kurungan dalam kamar, tidak boleh bepergian.
Ia sedih sebab perbuatannya
dilakukan bersama pasukan semut tapi mereka tidak dihukum. Pikirnya biarlah ia
menanggung hukuman itu asal pasukan semut tidak kelaparan dan mati.
Keesokan harinya, hujan turun
lebat sekali. Kucing sudah menjalani hukuman, ia tampak bahagia karena pasukan
semut selamat, memiliki persediaan makanan selama musim hujan.
Begitulah kisah persahabatan
kucing dan semut. Hubungan persahabatan terkadang menorehkan kesukaran bagi
diri kita namun imbalannya kepuasan karena menyelamatkan sahabat walau diri ini
menanggung penyesalan.
* Artikel ini menjadi artikel pilihan di Kompasiana.com
Comments