Hobiku melancong seorang diri. Selama pandemi, aku berpesawat 4 kali. Setelah itu #bekerjadarirumah.
Demikian kesenangan menikmati
kota-kota baru, bekerja sekaligus memperdalam pengetahuan budaya. Mempelajari
adat setempat, kuliner baru, museum, festival seni, lomba melukis layangan.
Pergi ke luar pulau menempuh jalur
udara. naik pesawat terbang yang menyenangkan. Apalagi berkeliling kota
sekaligus berwisata.
Aku gemar berpesawat, tempat duduk disamping jendela selalu menjadi pilihan. Bahkan aku siap membayar biaya tambahan untuk tempat duduk asalkan kudapat memandang awan dari jendela kecil itu.
Melihat pemandangan sebelum terbang dan mendarat. Jam keberangkatan favorit, pagi hingga petang hari. Kecuali bila aku pulang ke Malaysia, berkunjung ke Singapore, melewati malam lebih kusukai.
Aku selalu berkacamata gelap jika
melewati siang hari agar dapat memandang warna langit biru walau sejauh mata memandang
hanya awan putih dari jendela kecil.
Apa sih senangnya naik pesawat?
Aku senang melihat orang hilir mudik dengan fesyen aneka model. Corak gaya masing-masing.
Perempuan umur paruh baya itu memakai
rok panjang, bersepatu cats, terlintas sederhana dan energik. Ada pula remaja
itu gayanya seronok hingga memancing para pria menoleh.
Senang melihat ibu muda itu, bergaya
model turis Hongkong, dan ia yang di tepi kursi itu bergaya Britney saat remaja.
Ia yang bersandal merek terkenal, gaya kantoran hingga paling modis sekalipun.
Kemudian sekelompok pria, wanita
berseragam datang. Pilot, pramugari, pramugara semua molek, comel. Pilot gagah nian sampai-sampai mainan teman kurebut
saat kecil karena mainan kapal terbang itu berseragam pilot.
Oh, lamunanku melayang.
Dua jam sebelum boarding, aku tiba
di bandara. Melihat-lihat buku, tempat cedera mata. Makanan berat kuhindari 2
jam sebelum keberangkatan, kecuali roti untuk menahan lapar agar perut tidak
bereaksi, mencegah sering ke kamar kecil. Minum secukupnya khusus selama 3 jam
penerbangan.
Saat menuju pesawat, kupatuhi seluruh
aturan. Tersenyum kepada pramugari, pramugara. Itulah kehebatan pelayanan
kepada setiap penumpang. Bekerja setiap hari di ketinggian.
Tibalah take-off, aku hindari tidur
di pesawat. Untung aku tidur lebih awal kemarin malam.
Hari nan cerah, langit biru
mempesona. Melihat awan mengasyikan, anganpun tinggi melayang. Setinggi aku di
kapal terbang. Fantasiku menjadi burung lalu menerobos gumpalan awan.
Gumpalan awanpun kelabu, oh mendung
akan tiba. Tetiba hujan berkelebat, tampak kilat petir. Pesawat bergoncang,
turbulensi. Penumpang panik. Syukurlah hanya sekejap, pesawatpun kembali
normal.
Seorang anak kecil di belakangku
duduk menangis terus-terusan. Sang pramugari membantu. Ibunda yang menggendong
panik, tak kuasa menahan tangis sang anak. Mungkin buah hatinya sakit. Penumpang
lainpun bersabar.
Sang pramugari membagikan makan
siang. Aku makan sedikit saja dengan penutup pudding berwarna merah.
Selama perjalanan, aku tidak
memikirkan apa yang akan kulakukan setelah mendarat nanti. Menjalani menit demi menit hanya tertuju kepada
Sang Khalik saja.
Aku memandang gumpalan awan, mengaguminya sementara hati
terpaut kepadaNya. Pikirku, apa yang akan kuperbuat bila tak sampai di sebrang.
Aku luruskan antena jiwa dan roh.
Apakah itu wujud dari ketakutan? Takut
adalah manusiawi namun dibayang-bayangi ketakutan terus-menerus akan menjadi
kengerian.
Pasrahkan raga namun jiwa, hati
tetap terpaut denganNya. Berikan hati, pikiran bersih agar Dia mendengar
rengekan kita.
Katakan pada hati, apapun yang
terjadi dalam perjalanan ini, aku menyerahkan hidup, raga, jiwa sepenuh hanya
pada Dia. Doakan pilot, crew agar bekerja dengan tenang.
Saat hati damai, kuatir takkan
lagi menerpa apalagi cemas di tempat ketinggian. Manusia tak luput dari perasaan kuatir. Kuatir berlebihan hanya membuat
hati gelisah. Apabila lelah, tidurlah, toh roh dan jiwa masih terpaut. Raga
boleh lenyap namun roh tetap hidup.
Menengok jendela dalam gelap. Tampak
rumah-rumah menyemut, kerlap kerlip lampu seperti deretan lilin terang.
Waktu mendarat, semua penumpang
bersiap. Tersenyum, ucapkan terima kasih kepada pilot dan pramugari. Hari ini
berkah keselamatan menaungi. Esok akan mengulangnya kembali.
Seorang pria bersujud di tanah
tempat yang baru dipijak. Ibu berkerudung coklat itu mengangkat kedua tangan.
Mereka orang-orang yang mengucap syukur karena diberikan keselamatan dalam
perjalanan.
Turut berduka kepada keluarga
seluruh penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Kematian dan kehidupan ada dalam
kuasaNya.
Tiada seorangpun tahu bila
saatnya.
*Artikel ini menjadi artikel pilihan pada Kompasiana.com
Comments