Tempat E-Commerce Hotel Berpijak

 

Customer service shouldn't just be a department, it should be the entire company.
(foto courtesy MaxOne Signature Jkt)

Hampir disemua lini bisnis, E-commerce menjadi suatu jabatan yang mutlak dibutuhkan. Keberadaan E-commerce berpengaruh sangat kuat terhadap pendapatan hotel.

Berkembangnya hotel di era digital marketing didukung oleh E-commerce executive, E-Com supervisor atau E-com manager yang kukuh.

Dibawah wewenang departemen mana sebaiknya pemegang jabatan E-commerce itu? Apakah dalam naungan departemen sales marketing ataukah front office?

Tarik menarik kepentingan ini terkadang membuat ribet pada prakteknya. Padahal kita memiliki tujuan sama yaitu meningkatkan pendapatan hotel.

Celah ini membuka peluang E-Commerce bergeser perlahan dari wewenang sales marketing kepada front office. 

Beberapa tahun lalu, tugas E-commerce memang dibawah kewenangan Sales Marketing. Director of Sales & Marketing (DOSM) bertugas menyelaraskan harga-harga kamar secara offline maupun online termasuk memainkan strategi harga.

Harga offline termasuk harga kontrak dengan perusahaan, dengan travel agen. Sedangkan harga online pada website dan online travel agent (OTA)

Hanya penjelasan singkat saja, DOSM adalah jabatan sales leader pada hotel berbintang 4 dan 5. Hotel berbintang 3 kebawah dijabat oleh SMM, dapat juga seorang Sales Manager (SM).

Demikian halnya penyebutan jabatan General Manager (GM) bagi hotel berbintang 4 dan 5. Bagi hotel berbintang 3 kebawah dipimpin oleh seorang Hotel Manager (HM).

Ketangkasan menaikkan atau menurunkan harga-harga kamar pada online booking yakni website hotel dan online travel agent (OTA), kemudian buka/tutup room allotment, membuat paket kamar adalah bagian dari tanggung jawab E-commerce dengan persetujuan DOSM.

Terkait keseharian tugas E-commerce yang bekerjasama erat dengan DOSM yaitu agar dengan cepat dan mudah mengejar pendapatan, selain membuat estimasi pendapatan dalam hitungan, harian, mingguan dan bulanan.

Lain dulu lain sekarang, kedudukan E-commerce lebih sering dibawah kendali dan pengawasan Front Office. Melihat kenyataan ini, kerap terjadi tarik menarik antara sales marketing dengan front office. Padahal tujuan kepentingannya sama yaitu menghasilkan pendapatan yang maksimal dari booking online.

Sesuai tanggung Jawabnya, seorang E-commerce Manager adalah membantu DOSM dalam hal online booking, baik melalui website maupun online travel agent (OTA): Booking.com, Traveloka, Tiket.com, dsb. Melakukan setiap arahan dan keputusan dari satu suara yaitu sales leader.

Berikut penjelasan bagaimana keberadaan E-commerce bergantung kuat pada sales marketing:

ü  E-Commerce Manager selalu berdiskusi dengan DOSM serta melibatkan GM dalam keputusan penting dan mendesak.

 ü  E-Commerce mengikuti arahan DOSM dalam menerapkan harga yang dinamis, yakni hal menaikkan dan menurunkan harga kamar

 ü  Salah satu kepandaian yang dapat diandalkan dari E-Commerce Manager adalah membuat harga paket kamar hotel pada website maupun OTA. Persetujuan DOSM diperlukan agar harga-harga selaras dengan system offline, sesuai susunan harga (rate structure)

 ü  Dalam melakukan strategi, DOSM harus menyelami pasar yang kekinian, harga yang dinamis di hari itu serta strategi selanjutnya secara berkala; mingguan, bulanan, 3 bulan hingga tutup tahun (YTD). E-Commerce memberi masukan berupa analisa pasar kepada DOSM agar andil dalam memutuskan.

 ü  E-commerce dan DOSM harus jeli dan peka terhadap perubahan market berdasar data online hotel pesaing, room allotment, unavailable room, dsb.

Contoh diskusi antara E-Commerce dengan DOSM

Bulan Januari 2021

Pada minggu ke-2 bulan September, akan diselenggarakan International Mining Exhibition di kota Balikpapan, tepatnya tanggal 14 September.

Tahapan yang dilakukan:

1.       DOSM dan team mencari informasi sebanyak-banyaknya dari target market oil & gas

2.       Menelpon seluruh perusahaan oil & gas

3.       Melakukan sales call kepada oil & gas target market

4.       Memantau pergerakan pemesanan kamar melalui OTA pada periode tersebut, setiap hari.

5.       Beri keterangan pada kolom bahwa periode tersebut hotel bersiap menaikkan harga. Berlakukan early bird untuk pemesanan 8 bulan, 5 bulan dan 3 bulan sebelum acara.

6.       Mendorong pelanggan membayar deposit sebagai jaminan.

7.       Melakukan kesepakatan dengan menjamin pemesanan kamar (guaranteed booking) dan room blocking dengan memberi harga khusus.

Proses tahapan mulai nomor 4, E-commerce Manager bersiap fokus, memantau, mengganti harga kamar secara berkala.

Jenjang kenaikan harga dilakukan memasuki bulan ke-5, lalu 3 bulan sebelum September dengan melihat situasi pasar.

Pergerakan tingkat hunian menjadi fokus sales leader jauh sebelumnya bahkan satu tahun sebelumnya  khusus untuk calendar event. Tugas pengawasan pasar online menjadi tanggung jawab sales leader bersama E-commerce.

Dalam menyusun strategi, seorang DOSM turut mengatur room allotment yang dibuka/ditutup pada periode tersebut karena itu diperlukan komunikasi yang baik dengan E-commerce.

Lima hari menjelang tanggal kedatangan, pemesanan kamar meningkat. Strategi naik turunnya harga-harga pada segmen offline menjadi fokus berikutnya. Karena pemesanan kamar meningkat, alih-alih  memberikan surcharge atau biaya tambahan. Cara ini dapat diterapkan dengan melihat situasi hotel pesaing. Jika tetap diterapkan surcharge tanpa melihat pergerakan pasar, akan merugikan hotel.

Di tahun mendatang pemesanan kamar melalui E-Commerce menjadi yang utama
(foto courtesy MaxOne Signature Jkt)

Website hotel vs OTA

Sebagai catatan tambahan, bagaimana cara menentukan harga pada website hotel dan OTA?

Harga pada website harus parity dengan OTA. Parity artinya harus berharga sama. Demikian, sebaiknya hotel memberikan lebih banyak benefit bagi pemesan melalui website hotel sebagai pembeda.  Contoh tambahan keuntungan misalnya: antar jemput Airport ke Hotel secara gratis, makan malam untuk satu orang.

Beberapa hotel memberikan harga 10% lebih rendah dari OTA untuk merangsang pemesanan kamar melalui website hotel.

Bagaimana menyusun harga kamar di OTA

Sedangkan OTA rate set up, dengan memberikan minimum 15% hingga 20% di atas Corporate Rate dalam rate structure. Lebih dari 20% boleh-boleh saja guna mendongkrak target market corporate, asalkan hotel memantau juga harga hotel pesaing.

Disinilah seni memainkan harga yang dinamis tanpa menjatuhkan citra hotel.

Jabatan E-commerce lebih berfungsi jika berada dalam struktur kerja departemen sales marketing. Beberapa hotel memilih dibawah front office, ada juga hotel yang mendudukkan dibawah GM. Namun demikian, alasan yang terurai diatas menjadi dasar berpijak pada sales marketing.

Tentu saja, keberadaannya tetap dapat membantu Front office sebatas kepentingan administrasi menyangkut voucher fraud dari tamu, credit card palsu, dsb.

Sesuai tanggung jawabnya DOSM berwenang mengatur harga secara keseluruhan baik harga offline dan online agar selaras, memantapkan strategi terhadap market offline dan online serta melakukan pengawasan pasar dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan hingga tutup tahun.

Demikian tulisan ini untuk menempatkan peran E-commerce seutuhnya mengingat E-commerce berkontribusi minimum 45% dari penjualan kamar. Terlebih di tahun-tahun mendatang, pemesanan kamar secara online menjadi pilihan utama.

Salam hospitality.


(*) Tulisan ini menjadi artikel pilihan pada Kompasiana.com

Comments