Menapak Jalan Terjal Bersama Dia

 

Merayakan Hari Natal di masa pandemi (pixabay.com)

Bergegas saya merapikan isi tas koper setelah media mulai dihebohkan berita virus corona. Jena yang kusuruh membeli 5 masker untuk stok hanya membawa 1 buah karena habis terjual di apotek.

Di dalam pesawat menuju Jakarta, seorang penumpang tepat di belakangku terbatuk-batuk sepanjang perjalanan. Untung saya memakai masker.

Hari itu adalah hari ke 29 saya bekerja di bulan Februari tahun 2020. Waktu tersingkat dalam riwayat hidupku selama bekerja di luar kota. Entah mengapa ada dorongan untuk memaksakan diri kembali ke Jakarta padahal bosku melarang pergi.

Namun bekerja adalah ibadah, saya ikuti kata hati sambil berdoa. Segala yang Allah ijinkan terjadi itulah jalan terbaik dari setiap langkah hidupku. Toh pekerjaan ini sangat mudah kudapat karena kemurahanNya.

Dua hari setelah itu, penyebaran virus covid telah terdeteksi dengan ditemukannya 2 orang penderita di Depok.

Hotel-hotel limbung, bagai perahu oleng di tengah lautan. Satu persatu layar tertutup. Yang tetap bertahan yaitu mereka yang kuat berpegang pada perahu. Sebagian besar hotel tutup sementara, tapi ada pula yang menutup permanen. Pengusaha terpuruk.

Beberapa minggu berikutnya, negara jiran lock down. Jakarta PSBB. Tiba giliran sang suami limbung sebab ia baru saja mendarat di Singapore dari Beijing. Tiada hari tanpa telpon singkat dengannya, saling menanyakan kabar terkini. Begitupun kami saling memberi kabar dengan putra sulung di Sao Paulo.

Hampir 10 bulan kami tidak bepergian apalagi melancong. Keperluan kurang penting dapat ditunda. Seluruh kebutuhan rumah, sebisanya dilengkapi membeli secara online.

Penat, lelah diri ini, namun kami tidak menyerah, ada Allah yang menopang tangan agar tidak jatuh tergeletak. Hidup ini tidak gratis, kami bayar semampunya dengan kekuatan Ilahi. Inilah harga yang mesti dibayar.

Ada secercah harapan, jalan pasti berujung. Kami menaruh asa padaNya. Tuhan tidak memandang muka untuk mengulurkan tanganNya. Semua orang tolong menolong. Pengusaha, asosiasi, organisasi keagamaan, termasuk gereja turut membantu masyarakat yang sulit akan bahan pangan.

“Mengapa wabah terjadi lagi di bumi ini Tuhan?” tanyaku.

“Mengapa engkau hanya mau menerima yang baik dariKu? Tak perlu merengek, kerjakan saja yang dapat engkau kerjakan, bantulah sesamamu, Aku selalu menyertai engkau” Suatu hari suara itu berulang kali mengetuk hati.

Masa kepedihan lambat laun berlalu, tibalah kini pada bulan ke-10 masa pagebluk. Enam hari lagi menyongsong 2021.

Natal ini Persatuan Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mencetuskan tema natal yang diambil dari Matius 1:23

“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel”

Matthew 1:23 (EVS): “Behold, the virgin shall conceive and bear a son and they shall call his name Immanuel”

Kami rayakan pesta natal secara virtual kemarin. Begitupun bertegur sapa dengan kerabat melalui video call.

Kami tetap mensyukuri atas seluruh berkat yang diberikan Allah sekalipun pandemi memporakporandakan seluruh tatanan kehidupan ini. Percaya saja Dia selalu menyertai kita dikala susah dan senang.

Masa 'lock down bagi negara jiran. (source pixabay)

Kemarin siang kami melihat tayangan Mentri Agama Bapak Yaqut Cholil Qoumas yang baru saja dilantik Presiden. Dalam sambutan ucapan selamat natal, beliau menyarankan agar umat Kristiani menghindari dan menjauhkan diri dari perilaku konsumtif serta pemborosan.

“Rayakan Natal dengan penuh kesederhanaan dan terus berbagi kasih pada sesama” katanya.

Makna natal selalu tersirat damai. Bahwa tangan Tuhan turut bekerja bagi negri Indonesia tercinta ini. Dia selalu melindungi dimasa sukar terlebih impian negri yang makmur dimasa depan. Semua akan terwujud jika menjaga persatuan, selalu hidup damai serta saling mengasihi.

Hidup ini bagai bunga rumput, layu diterpa matahari lalu dicabut sore hari. Kehidupan yang singkat sebaiknya diisi dengan kegiatan bermanfaat bagi sesama.

Selama Sang Pencipta menyertai negri ini, janganlah gentar menghadapi situasi apapun. Bencana gunung meletus, banjir, gempa bumi karena ancaman ring of fire, wabah penyakit, kelaparan hanya terjadi apabila umat menjauh dariNya.

“Mendekatlah, Aku akan menyertai engkau” firmanNya

Kembali mengutip pesan Bapak Mentri Agama “Selamat Natal 2020. Semoga kebahagiaan Natal menyertai umat Kristiani. Kehidupan damai dalam harmoni kemajemukan Indonesia juga tetap terjaga”

Kepada Yth. Bapak Yaqut Cholil Qoumas. Selamat bekerja mengemban tugas negara. Memang menyatukan perbedaan adalah hal yang tidak mudah namun atas perkenanNya segala sesuatu dapat terwujud. Amin.

 

Jakarta, 25 Desember 2020

Comments