(Gambar ilustrasi CelestineP)
Catherine Kakakku yang ke-2
berusia 12 tahun di atas usiaku. Konon perbedaan jauh usia ini karena ibu
menghentikan pemakaian IUD KB setelah 10 tahun. Tidak diduga, ibu mengandung
lagi. Itulah saya dan setelah itu lahir adik bontot.
Saya lebih mengenalnya sosok ibu
daripada seorang kakak. Jika teman sebayaku bisa bercanda ria dengan
kakak-kakaknya, berbeda dengan saya. Bukan canggung atau takut, tapi sikap
segan saya yang cenderung menghargai.
Setelah ibu berpulang, dialah
sebagai pengganti ibu. Ia sangat peduli terhadap saya dan seorang adikku, karenanya
saya tak segan untuk curhat bila menghadapi masalah apapun.
Sebagai guru salah satu SMA Negri
di kota Bandung, ia disukai banyak murid. Pernah suatu hari ia menerima kado
ulang tahun dari mereka, lebih dari 10 kado di kamarnya. Saya pikir karena
cinta murid terhadap gurunya.
Ditengah kesibukannya mengajar,
ia mengikuti pendidikan S2. Buku-buku memenuhi ruang tengah rumahnya. Kegemarannya
membaca, juga memasak dan bercocok tanaman di belakang rumahnya yang cukup luas
itu untuk hidroponik pok choi.
Di tahun 2015, saat itu saya
sedang terikat kontrak kerja dengan salah satu hotel di Jakarta, berencana
singgah menemuinya. Saya sangat jarang pergi ke tempatnya, barangkali dua kali
dalam setahun.
Suatu malam pada hari ketibaan
saya di rumahnya, saya bermimpi dan mendengar suara ibuku untuk memeriksa
perutku. Ibu dalam mimpi menyebut kata myoma.
Seketika saya bangun langsung
mencari arti kata myoma dari internet. Myoma disebut juga miom. Penyakit miom
bukanlah kanker atau tumor ganas, tapi tumor yang terbentuk di dalam rahim
perempuan. Penyebab terjadinya karena sel otot pada rahim tumbuh perlahan
secara abnormal.
Lalu saya menekan perut, ada apa
dengan perutku? Saya tidak pernah merasakan apapun dalam perutku. Hanya saja
suami pernah berkata bahwa saya terlihat hamil, artinya agak buncit.
Tetiba saya sampaikan mimpi itu
kepada Catherine. Ia menekan-nekan perut saya lalu menyarankan saya pergi ke
dokter. Bingung juga, kenapa ia menyuruhku pergi ke dokter, namun saya simpan
keheranan itu dalam hati.
Karena saya tidak merasakan
apapun, saya mengurungkan niat ke dokter. Namun Catherine memaksaku. Saya tunda
minggu berikutnya kembali ke kota itu.
Keanehanpun terjadi, suatu hari
dalam suatu pertemuan dengan tim marketing di kantor, saya mengalami pendarahan yang cukup hebat. Saya
pikir ini hal yang biasa terjadi.
Setiba di rumah saya sempat
berpikir, ada apa dengan perutku ini, kok seperti terjadi perubahan drastis.
Sayapun langsung pergi ke Bandung
menemui kakak. Ia kembali memaksa saya pergi ke dokter. Saya malas karena tidak
ada keluhan.
Menghormati nasehat sang kakak,
akhirnya saya mau diantarnya ke dokter. Menurutnya wajahku tampak pucat.
Singkat cerita, dokter menemukan
myoma dalam perutku. Saya harus langsung opname. Oprasi segera dilakukan dengan
mengangkat rahim. Miom sebesar bola kaki berdiameter kira-kira 7 cm akhirnya
terangkat.
Oprasi besar ini mengharuskan saya
berada di pembaringan selama 1 bulan. Catherine kakakku itu yang menolong
ketika suami berada di Beijing untuk satu urusan proyek di Ghana. Di hari
terakhir, ia dan anak perempuanku datang tiba di Indonesia.
Suami Catherine seorang ASN. Kini
ia memiliki 4 orang anak yang telah menikah semua serta 4 orang cucu.
Sejak 2 tahun lalu berstatus pensiun,
ia rajin membaca, menjahit baju juga bercocok tanam. Nah, beberapa minggu lalu
saya sempat bercakap agar ia menyalurkan hobi menulis di Kompasiana. Ia senang
mendengar kabar itu.
Saya tidak terlalu banyak
mengenal dirinya secara pribadi sebab usia yang jauh berbeda membuat kami tidak
pernah serumah. Sebaliknya ia amat mengenalku. Ia bercerita menikah pada usia
21 tahun. Di jaman itu memang lumrah menikah usia muda.
Catherine, kakakku sebagai
pengganti ibu di kehidupanku menjadi modal penyemangat hari-hariku. Satu hal
yang saya heran adalah ia selalu tidak tega melihat orang-orang yang
kekurangan. Selalu saja ada yang dapat diberikan untuk menyenangkan orang lain.
O ya hari ini tanggal 22
December. "Selamat hari Ibu ya Kak".
Selamat hari ibu kepada setiap
ibu di Kompasiana.
Comments