Bisnis Hotel pada Tahun 2021

 

"Happy New Year Heitor" (ilustrasi CelestineP)

Kita semua maklum sepanjang tahun 2020, hotel dan area wisata benar-benar menukik tajam bahkan mengakibatkan hotel tutup permanen.

2021 telah diambang pintu. Esok kita telah berada di tahun baru, tahun penuh perjuangan diawali dengan banyaknya kasus baru di Indonesia hingga 29 Desember 2020 tercatat 727.000, terjadi penambahan 7903 per hari itu. Sungguh jumlah yang tidak sedikit.

Area wisata di seluruh kota di Indonesia ditutup dalam rangka menyambut tahun baru, yaitu area yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Bali, Yogya, Banyuwangi, Bandung akan sepi pada akhir tahun ini.

Namun hotel-hotel di Jakarta mulai panen karena isolasi karantina WNI/WNA di bandara kedatangan luar negri akibat larangan WNA yang masuk tanggal 1 hinggal 14 Januari 2021.

Jumlah kedatangan per tanggal 31 Desember 2020 sebagai berikut. Sumber ini berasal dari catatan hotel-hotel di Jakarta yang menampung isolasi.

Qatar Airways dari DOHA sebanyak 227 orang

Jetstar Asia dari Singapore 24 orang

Saudia dari Jeddah 157 orang

Singapore airlines dari Singapore 157 orang

Xiamen Air dari Fuzhou dari 288 orang

Etihad Airways dari Abu Dhabi 183 orang

China Airlines dari Taipei 100 orang

Garuda Indonesia dari Kualalumpur 200 orang

Qatar Airways dari Doha 294 orang

Garuda Indonesia dari Sidney 52 orang

Garuda Indonsia dari Incheon 172 orang

Japan Airlines dari Tokyo 28 orang

Garuda Indonesia dari Bangkok 28 orang

Turkish Airlines dari Istanbul 303 orang

KLM dari Amsterdam 81 orang

Garuda Indonesia dari Singapore 50 orang

Jetstar Asia dari Singapore 42 orang

Garuda Indonesia dari Perth 37 orang

Emirates Airways dari Dubai 303 orang

Cathay Pacific dari Hongkong 273 orang

Semua WNI menjadi beban pemerintah selama tinggal di Jakarta. Bagi WNA menjadi beban pribadi. Biaya bertambah mahal bagi mereka. Hitung saja 4 malam menginap, laundry, makan 3x dan transportasi dari bandara ke hotel masing-masing.

Bagi WNI hitung-hitung staycation walau rindu meradang belum boleh jumpa keluarga tercinta. Betapa pengaturan ini saja membuat ekstra perhatian. Dahulu kesana kemari senang nian. Saya bahkan minimum satu kali terbang baik domestik maupun luar negri.

Masa-masa terindah itulah yang terjadi sebelum pandemi pada 2 Maret 2020. Bahkan tanggal 29 Februari saya masih dalam pesawat, teringat keluarga memaksa saya harus kembali.

Pariwisata beserta hotel-hotel akan bergerak lambat di tahun 2021. Memerlukan waktu bertahun-tahun  untuk pulih. Pemilik hotel dan karyawan hotelpun masih meradang. Tarik menarik kepentingan.

Lambat laun memang nyatanya terbukti ekonomi tidak terlalu jatuh namun kepulihan itu semu sebab kasus baru semakin bertambah. Tenaga medis wafat sebab virus corona, pejabat pemerintah, mentri, gubernur bertumbangan mengisolasi diri.

Saat demikian, sekolah ribut perihal tatap muka bulan Januari 2021. Semacam dagelan, walau akhirnya itu berlaku sebagai pilihan, boleh tatap muka, boleh pula belajar di rumah.

Kegelisahan sirna setelah vaksin tiba di Indonesia. Tapi pelaksanaannya dimulai tahun baru. Semoga tidak meleset lagi. Ah

Lalu yang kena PHK bagaimana bisa bangkit? O itu ada bantuan pra kerja. Duh, rawan korupsi. Kawanku seorang manager kok dapat? Bisa jadi manipulasi data. Bukan sok uzon, dia yang info saya. Keblinger.

Yah, keserakahan masih ada di negara Pancasila. Buktinya masih ada korupsi. Wew,,tak tahu malu. Kebliger juga para koruptor. Kamu telah berdosa menghianati rakyat miskin. Memilih kamu tapi tidak membantu, tidak mempunyai nurani. Neraka jahanam tempatmu!

Ya sudahlah, masih ada asa di tahun 2021. Walau dunia pariwisata terseok-seok. Tidak hanya pariwisata, dunia bisnis memang lesu. Siapapun mentrinya tidak mendongkrak banyak kemajuan. Semuanya bertumpu pada kedisiplinan seluruh warganegara Indonesia dalam menerapkan protokol kesehatan. 

Sadar? Semoga

Comments