Trust is like a paper, once it's crumbled it can't be perfect (source Veecteezy.com)
Ide menulis artikel ini ketika
menonton berita phishing di Kompas TV tadi pagi. Tertarik judul ini, saya
teringat kisah penipuan dalam dunia nyata.
Selama kita menumpang di bumi,
selalu saja ada hantaman tipuan terhadap sesama. Tujuannya pasti keuntungan materi,
uang. Adakah orang yang memiliki hobi ini?
Dahulu kisah ini menjadi rahasia
pribadi. Saya pegang erat janji untuk tidak menceritakan kepada siapapun.
Belakangan tergerak untuk mengungkapnya dengan alasan telah terjadi diwaktu
silam.
Tergiur jabatan yang lebih keren
Sebut saja Didu, ia menjadi
anggota sales team sejak 1 tahun lalu di hotel Abc. Perangainya menyenangkan,
polos. Satu hal yang saya suka darinya, ia jujur. Barangkali tiada orang
teramat jujur di muka bumi ini yang pernah
saya temui.
Singkat kata, ia menemuiku di
ruang kerja, memohon waktu untuk bercakap. Ujarnya ada sesuatu serius akan dicakapkan.
Saya pun serius mendengar penuturan
dari A sampai Z mengenai keseriusannya undur
diri alias resign. Ia harus berada di Jakarta Sabtu ini untuk satu pelatihan
selama 5 hari. Berarti tinggal 2 hari untuk bersiap-siap.
Dengan mengandalkan surat berisi
jadwal training, ia telah mantap agar terbang secepatnya ke Jakarta. Ongkos
tiket pesawat beserta akomodasi dan makan telah ditransfer sebanyak Rp. 3,5
juta kepada perusahaan itu.
Kendati begitu, saya tetap ingin
melihat surat kontrak kerjanya. Ditunjukkanlah satu surat dari e-mail dengan
head letter perusahaan PT. XYZ.
Taklama, saya meminta untuk
menghubungi si kontak melalui WA agar dikirimkan tiket pesawat. Berulang-ulang
panggilan telpon tak tersambung. Ia tampak cemas.
Senin pagi ia menelpon kantor XYZ.
Jawaban sang HRD, tiada pelatihan berikut lowongan kerja.
Tertipu mentah bak menelan buah
kendondong. Glek! Uang Rp. 3,5 juta raib. Tabungan dari jerih payah
berbulan-bulan lenyap dalam hitungan 4 hari.
Sadar atau tidak, setiap orang,
kaya dan miskin, pintar apalagi bodoh, rentan akan tipuan semacam ini. Bila
Sang Kuasa mengijinkan itu terjadi, ya terjadilah.
Terbujuk rayuan pembelian tanah untuk bangunan hotel
Lain lagi kisah yang melanda seorang
kerabat. Hanya melalui perkenalan singkat, ia keluarkan ratusan juta rupiah
dengan dalih sebagai deposit pembelian tanah.
Si calon pengusaha, Nora, usia
paruh baya, mengiming-imingi suatu proyek pembangunan hotel di Kalimantan
Tengah.
Sungguh miris, nasib kerabat ini,
melihat gelar dan jabatannya orang takkan percaya bahwa dia menjadi korban
penipuan si pengusaha jadi-jadian ini.
Uang lenyap, penipu hilang
kontak, berganti-ganti nomor telpon. Melapor ke kepolisian. Berbulan-bulan
takkunjung tuntas. Lama kelamaan sakit akibat tekanan yang begitu berat. Memikirkannya,
membuat jiwa terganggu.
Keinginan mendapatkan uang berlimpah
Pada awalnya hanya hubungan
pertemanan melalui Facebook. Seorang kawan, akrab dengan seorang pengusaha yang
mengaku dari China. Mulailah si pria merajuk kawan ini, tujuan awal yaitu menjalin
kasih.
Kawan yang menjanda sejak 2 tahun
lalu, tergiur oleh bujuk rayu si pria. Alhasil ia berencana untuk berkunjung ke
Jakarta. Namun pertemuan ini sarat oleh prasyarat. Diantaranya harus mengrimkan
biaya sebesar Rp 50 juta dengan alasan kopor berisi uang, tertahan pihak
Airport.
Setelah pengiriman uang sebesar
Rp 50 juta berhasil, seminggu kemudian iapun mengirimkan tambahan Rp 65 juta
setelah si pria mendesaknya lagi.
Setelah semua terpenuhi, pria ini
menghilang. W/A tanpa centang, ditelpon tiada nada sambung. Setelah dilaporkan
kepada aparat, ternyata transaksi dilakukan dari nomor handphone Malaysia sementara si penipu berada
di Medan - Sumatra.
Mereka adalah sindikat penipuan
dengan mengamati korban terlebih dahulu.
Unknown caller
Baru saja minggu lalu, tetiba
seorang lelaki menelpon dengan nomor antah berantah
“Maaf, ini Bapak atau Ibu ya?”
“Ibu” kataku
“Begini bu, tanah yang kita sepakati kemarin kan sudah ok, jadi ibu
tinggal bayar 2,5 juta saja untuk tanda jadinya”
It’s weird, selanjutnya in
English “ sorry pak, I don’t get it” lalu kumatikan hp.
Obat manjur untuk hati yang kecewa
Dimasa sukar, orang yang tak
memiliki hati nurani tetap saja melakukan kerugian, baik moril juga materil.
Mereka tak punya empati. Kepentingannya agar menguntungkan dirinya sendiri.
Selanjutnya, apa yang dapat kita
perbuat?
Well, Setiap jalan hidup manusia,
itu atas perkenan YME. Sama halnya, bila Mas Andro belum mendapat peruntungan,
memang belum saatnya untuk bekerja kembali. Bila dizalimi orang, ya jangan
melawan.
Bila impian Pak Dodo bekerja di Hotel
berbintang 5, selalu saja ia berlabuh di hotel bintang 3. Manusia takberkuasa
akan jalan hidupnya sendiri.
Ambil saja hikmah dari setiap
kejadian yang menimpa, dengan bertanya :
“apa tujuan Tuhan memberikan
masalah ini terjadi padaku?”.
“Ada apa dibalik peristiwa yang
tengah menimpaku?”
Apabila kita menyerahkan seluruh
hidup ini kepadaNya, kita mesti menyadari segala sesuatu terjadi atas
perkenanNya.
Orang yang kena tipu jangan
dianggap kena hukuman. Kalau boleh saya menamainya suatu ‘pelajaran agar tidak
terantuk batu lagi dikemudian hari.
Takperlu mengingatnya lagi,
apalagi merenung sepanjang waktu akan peristiwa apes itu. Anggap saja itu
pelajaran berharga agar lebih berhati-hati di kemudian hari.
U haul behind a hearse
Uang kita adalah milik Sang
Penguasa sepenuhnya. Kita hanya menjalankan bisnis, memperoleh keuntungan,
menggunakanya sebagian agar bertahan hidup.
Jika kaki hanya bertumpu padaNya,
niscaya hati tenang. Bukankah hati tenang itu obat manjur dalam segala keadaan?
Dengan menjawab kedua pertanyaan
itu, mengerucut pada satu pertanyaan akhir, apakah kita membawa semua uang,
harta bila kita meninggalkan dunia ini? U haul behind a hearse
Jadi, santuy saja, dekatkan hati
pada Dia, agar terhindar dari mereka yang bermaksud jahat.
Semoga bermanfaat.
Salam hospitality
*Seluruh nama disamarkan
Comments