Awal perkenalan
Tepatnya mungkin 10 tahun lebih
beberapa bulan, takingat pasti, tiada catatan mengenai itu. Awal pertemuan
dengannya ketika seorang kawan – Muchlis bercerita tentang Linkedin.
“Kamu belum tahu Linkedin ya bu? Tanyanya
“Apa itu?” jawabku
Ketika itu kami menclok di GH
Universal Bandung. Sesekali kami bertemu sebab saya in-charge di Jakarta Sales
Office.
Sepintas media ini telah
menunjukkan kepribadian yang eksklusif. Seluruh professional tumpah ruah di
sana. Kesan yang ditampilkan menunjukkan perbedaan yang menyolok ketimbang media
sosial gaya sosialita. Ia memilik kharisma tersendiri, di kelasnya tersendiri.
Kebetulan saya memang bukan tipe
penyuka media sosial yang kekinian, yang cenderung lebih show off. Keberadaan Linkedin sangat disukai oleh pemegang profesi beredukasi
diatas rata-rata.
Audience yang malu-malu
Sebagian besar member, baik yang
berbayar maupun tak berbayar, pasti mengintipnya walau hanya sesekali saja.
Seperti saya yang setidaknya 3
kali sehari (kayak minum obat), pagi hari dalam perjalanan ke kantor, siang
hari tepat jam makan siang orang kantoran dan petang sebelum tiba di rumah. Cukup 5 - 10 menit singgah saja. Tujuannya ya
paham kebaruan, begitulah.
Jika ada pesan notifikasi
langsung, saya selalu sempatkan untuk membalasnya.
Pada proses register di Kompasiana.com, memiliki akun di media sosial adalah wajib jika mau lulus verifikasi. FB, Twitter, Instagram, Linkedin, Line. Itu yang dominan.
Jumlah follower diluar Linkedin, hanya
berkisar 150 -200 follower. Saya memang takingin
waktu terbuang percuma hanya tercurah pada medsos bila tiada manfaat.
Selain menyita waktu, juga tak terlalu menyukai.
Bahkan dalam Instagram saya hanya
memposting photo dengan kalimat sangat singkat. Tujuannya titip photo. Sesekali berkomentar, ngelike
juga.
Wadahnya para professional, begitu
publik menyebutnya. Saya percaya, sebagian besar hotelier telah menjadi member aplikasi Linkedin, baik
berbayar maupun tidak berbayar.
Ramainya berinteraksi dalam media
ini, pasti terbaca oleh semua member. Memicu berkoneksi satu sama lain.
Selalu saja ada permintaan koneksi baru agar terhubung.
Kendati demikian saya lebih fokus
pada dunia hotel, maka hampir seluruh member korporat selalu terhubung. Perusahaan-perusahaan
dalam dan luar negri yang dikenali melalui jalur bisnis, pasti saya lakukan
tautan.
Satu kelebihannya, bila saya
mengenal seorang kontak dari suatu perusahaan, pasti saya kunjungi via Linkedin.
Ya, mengenal lebih dekat , itu lebih baik. Siapa tahu kita pernah sekampung...hehe
Para pemain yang aktif
Sebut saja yang saya kenal aktif, konsisten dalam postingan kebaruan seperti Joe LUBIS – GM Hotel Emersia Batu Sangkar. Sekali masuk pasti ada sesuatu yang terbaru darinya.Dalam akunnya, Rizal – GM Cambridge Hotel Medan, juga tak pernah absen untuk mengisi kebaruan tentang Hotel Cambridge.
Pemain seperti Bottor Jimmy Situmeang – Hotel Manager Nite
& Day Jakarta yang pesannya kadang sarat problema yang harus
dipecahkan. M Soleh Al Hakim,SS,MM,CPHRM – menurut profile di Linkedin, yaitu
Experience Consultant, juga memberi contoh sesuai kepiawaiannya.
Nama-nama tersebut tentu yang
terhubung dengan akun saya. Selebihnya, panggung diisi oleh pemerhati,
penggembira dan pembaca ketiduran alias meneng
wae.
Sebenarnya saya termasuk semua
kelompok itu. Mau berkomentar, takut salah, jadi kutulis “ it’s fantastic”, “Awesome”, “Keep
it up” “Tetap Semangat”. Apalagi
ya? Karena memang kita harus menyemangati toh.
Menjadi media unggulan
Linkedin sebagai wadah para
profesional seharusnya menjadi kebanggaan publik, tentu saja bagi yang berprofesi.
Itulah sebabnya artikel blog saya
dari judul pertama hingga ke 90, tiada tayang di Linkedin. Selain tak percaya
diri dibaca sekian banyak pembaca, juga masih dalam taraf belajar menulis.
Berulangkali admin mengirimkan
e-mail penawaran berlangganan, namun belum berniat. Dari seluruh rangkaian
proses lamaran bekerja, keberuntungan belum menghampiri. Barangkali karena tak berlangganan, pikirku.
Demikian, berbayar atau tak
berbayar, Linkedin media terbaik bagi para hotelier yang ingin berekspresi
menunjukkan kelebihan hotel masing-masing. Hanya puluhan hotel saja yang memanfaatkan
peluang ini, jangan-jangan memang akun saya yang hanya terpaut segeintir saja? Alamak...
Kini dengan 1180 koneksi, satu artikel dapat terbaca 990 pembaca dalam satu minggu. Mungkin saja hanya viewer sekilas baca. Namun bukan itu yang menjadi tujuan.
Linkedin sebagai wadah para
hotelier berbagi pengetahuan, berpromosi, mencari peruntungan pekerjaan,
tersohor di seluruh jagat, menjadi penopang saya dalam menulis konten.
Kita patut mengucapkan maturnuwun
kepada Linkedin, seperti saya yang hanya bisa mengekspresikan diri melalui konten agar dapat terbaca khalayak.
Merci boucoup Linkedin!
Mari Om, Tante, saya pamit, mau
posting artikel terbaru di Linkedin.
Salam hospitality.
Comments