Pelanggan nyentrik itu tidak sedikit. Mereka pun pembeli yang harus dihargai.
(ilustrasi Pixabay gratis)
Suara nada tinggi dari tamu di restoran, seorang teriakan pria di lobi karena harus menunggu lama. Resepsionis yang enggan memberi informasi nomor
kamar yang ditengarai adalah kamar istrinya. Sang istri ini beserta putra kecilnya
kabur dari rumah, menginap di hotel karena menghindari dari pertengkaran hebat
dengan suami.
Mengenal pelanggan lebih dekat
harus menggunakan skill khusus. Sejatinya
seorang sales paham sedikit saja bidang
kejiwaan atau psikologi. Memahami satu persatu karakter sebagai cara mendekati
pelanggan, akan lebih afdol menjual.
Terutama menemui pelanggan yang
nyentrik, ya boleh dikatakan eksentrik.
Yaitu pelanggan yang berperilaku aneh.
Pada proses memancing daya tarik
pelanggan, sebagian kecil orang-orang
ini, menyedot perhatian. Jumlahnya tidaklah banyak. Bila jumlah total database
3000. Setidaknya satu dari 50 orang akan kita dapati.
Karena industri hotel menonjolkan
keramahtamahan (hospitality), maka orang-orang ini akan terasa aneh dalam
pandangan kita.
Siapakah mereka yang berperilaku
nyentrik itu?
Mereka yang bertipe:
1. Perusak
Tipe pelanggan macam ini, selalu
menuntut dilayani tak putus-putus. Siang, malam tak mengenal waktu harus selalu
siap melayaninya.
Segala sesuatu harus sempurna sedemikian
rupa, mengikuti keinginannya. Mengumpat bila kita salah. tak dapat mengontrol
perilakunya. Tidak menganggap kita sebagai partner bisnis yang menolong
dirinya.
Hobinya mencari-cari kesalahan,
lalu mengadukan keburukan kita kepada bos.
Ia sangat berani beragumentasi
apapun demi meraih yang diinginkan sekalipun harus berteriak-teriak kepada
manajemen hotel.
2. Penghasut
Ibu Tita, booker dari perusahaan
Abc selalu menghubungi Nana – Sales Manager Hotel CDE. Ia berencana mengadakan
satu acara pertemuan di hotel. Di lain kesempatan, Ibu Tita menelpon Reni –
satu anggota team dengan Nana.
Ibu Tita lebih menyukai Reni, ia
ingin agar acaranya akan ditangani oleh Reni. Ia melaporkan kejelekan Nana pada
Reni, menyusup kedalam sales team, mengadu domba, Meniup gossip ke hotel itu.
Nana geram kepada Reni sebab perusahaan
Abc adalah perusahaan garapannya sejak ia bergabung di hotel itu. Hubungan Nana
dan Reni bagai duri dalam daging, merusak kerjasama dalam team.
Tipe penghasut membuat kekacauan
dalam sales team. Bermaksud membantu namun
berakhir dengan menciptakan situasi tak menyenangkan.
3. Pencela
Walau anda berusaha memenuhi segala
keinginannya, selalu saja ada yang dikeluhkan.. Selalu takpuas dengan usaha
kita.
Ia membuat hari-hari kelabu, semangat
melempem, boleh dikatakan menghancurkan semangat kerja. Mental abuse is much more painful than physical abuse because you are
consumed by your own thoughts.
Saya pernah menghabiskan waktu
seharian hanya untuk melayani permintaannya. Surat konfirmasi yang salah tik,
bahkan hingga koma, titik, garis miring, harus sesuai keinginannya.
Bila mereka ingin bertemu, seakan
malas menjumpai. Segala sesuatu baik menurut pendapatnya saja. Jika boleh memohon, semoga setelah acara ini
usai, ia takkan kembali ke hotel…
4. Pelit
Tipe golongan ini selalu menawar
harga. Hari ini ia tawar 30 ribu lebih murah, esok hari menawar 40 ribu. Saat
ia menandatangani kontrak, menawar lagi. Lama kelamaan, anda dibuat hilang
kesabaran. “Sabar bu, sabar”, sambal mengelus dada.
Saking pelitnya, selalu
menunda-nunda, tarik ulur. Tidak menghargai kerja keras kita. Mereka menanyakan
diskon terus-terusan. Dalihnya mengacu harga 5 tahun silam yang pernah ia
terima. Kalau bisa ditawar, kenapa tidak?
Buruknya lagi mereka tidak pernah
membayar invoice tepat waktu. Keinginannya banyak namun lalai terhadap
pembayaran. Mereka tidak mau mengerti kondisi hotel, melakukan dengan gayanya
sendiri, sakarape dewek.
5. Penjajah
Pelanggan kelas penjajah, mengira
ia satu-satunya pelanggan anda. Menelepon
terus-menerus, mengirim email, lalu mengadakan pertemuan yang takperlu.
Ia abai terhadap pertemuan karena
waktunya jauh lebih penting daripada jadwal kita. Waktu kita terbuang percuma
mengurusi orang ini.
Mencari-cari alasan untuk
menyalahkan kita. Menelpon tiada henti, agar surat penawaran direvisi. Apalagi
salah kalimat. Waktu terbuang karena hal-hal sepele.
Pada akhirnya, karena ia tak puas
akan pelayanan hotel, ia akan menjelekan kita kepada pelanggan lain. Adigang, adigung, adiguna.
Cara menghadapinya
Mengenali pelanggan lebih dekat agar
menimbulkan daya tarik pelanggan. bagi sales marketing suatu keharusan.
Umumnya hotel-hotel telah
mengantongi daftar nama pelanggan berperilaku eksentrik. Tidak untuk
diproklamirkan namun menjadi catatan hotel berikut history hotel masing-masing.
Kita semua paham, setiap insan
memang tidak sempurna. Namun bila penyebab kejengkelan karena kesalahan kita,
ya akui saja. Sebagai hotelier diharapkan mampu menghadapi mereka, tanpa
memandang status atau jabatan.
Pandai-pandailah memberi jawab
kepada pelanggan berkarakter demikian. Bila kita hendak menolak permohonannya pakailah kata-kata
elok agar tidak menyinggung harga diri dan martabatnya. Walau bagaimanapun kita
mesti menaruh hormat.
Apabila tetap tak dapat dihargai,
coret saja namanya, masukkan dalam daftar nama terpisah. Percayalah, mereka
akan mundur teratur dengan sendirinya di kemudian hari. It’s wasting our time. Hasta
la vista.
Petuah Eyang Kakung, ‘Cuplak
andheng-andheng, yen ora pernah panggonane bakal disingkirake, orang
yang menyebabkan keburukan, maka semua kebaikannya akan terhapus.
Bagi kedua belah pihak, est modus
in rebus, pepatah latin yang artinya harus tahu diri, jangan keterlaluan.
Salam hospitality
*Artikel ini telah diunggah di Kompasiana.
Comments