“I follow three rules: Do the right thing, do the best you can and always show people you care”
Peraturan dibuat agar dipatuhi. Nimu luang tina burang, pepatah Sunda yang artinya menemukan hikmah dari suatu kejadian.
Dunia hospitality mengharuskan karyawan hotel
itu ramah, baik, santun dan cepat menolong terhadap tamu juga sesama
karyawan.
Front liner berusaha patuh dan tunduk sebaik-baiknya. Front Office yang selalu menghadapi para tamu kerap dihadapkan pada masalah peraturan dan problema dari tamu. Terkadang terjadi bentrokan antara flexibility dan regulation.
Resepsionis yang cakap pasti pandai menyimpan segala keruwetan walau dengan menekan emosi. Ia akan bersikap sopan dan bertutur kata santun.
The most necessary, the most difficult and the most important thing in hotel is the guest
Duty Manager dan Security datang
untuk meredamkan suasana. Keesokan hari hotel telah memasukan sejumlah kerugian
yang harus diganti setelah melalui diskusi dan persetujuan ke-dua belah pihak. Tamu
ini menyebabkan kerugian materi, mengundang cemas tamu-tamu lain dan berpotensi
saling melukai yang berujung pada tindakan kriminal.
Bagi tamu hotel, tak sesederhana
itu penyelesaiannya. Selain security harus mengawasi kamar itu setelah kejadian
juga mengamankan pembayaran deposit sebagai ganti kerugian materi. Bila
sepasang tamu ini melarikan diri dari tanggung jawab, hotelpun akan bertindak
tegas.
Pembayaran deposit adalah wajib.
Diluar itu adalah tergantung kesepakatan hotel dengan perusahaan, atau hubungan
hotel dengan anda sebagai tamu privilege.
Adapun pembayaran deposit digunakan seperti penggantian tidak munculnya tamu (No show charge) yaitu
cancellation fee, mengganti kerusakan fasilitas kamar, mengganti kerusakan
akibat kelalaian tamu, dsb.
Sebagai tamu sepatutnya
mengetahui peraturan tertulis tentang prosedur check-in. Antara lain dengan
menyimpan uang muka/pembayaran deposit. Begitu pula, hindari check-out tanpa
menyerahkan kunci kamar kepada Receptionist.
Ketika ku duduk di kantor perwakilan (Jakarta Sales Office), di salah satu hotel dari Surabaya, sempat menagih pembayaran kamar dari seorang tamu yang late charge.
Bapak x ini kabur alias skipper. Setelah ditelusuri beliau yang menetap di Jakarta ini berhasil ditemui. Barulah pada pertemuan ke-2, pembayaran tunai
dilakukan. Menguras tenaga dan waktu untuk
mengejar IDR 1,7 juta yang seharusnya sudah diselesaikan pada waktu check-out.
Selain itu terdapat kisah sedih
seperti seorang artis Jakarta yang tak membayar kamar hotel yang jumlahnya
lumayan. Kasus sejenis ini dapat mengakibatkan beban kepada karyawan hotel.
Apabila tamu tidak membayar, itu akan menjadi beban karyawan yang terlibat. Oh
no!.
Suatu hari di Sentul diadakan motor racing tahunan dari salah satu motor terbesar di Indonesia. Para peserta ini menginap selama 4 malam 5 hari secara bergantian di salah satu hotel di Jakarta utara.
Suatu malam seorang
tamu mengeluh sebab air mengalir cukup deras dari celah atap kamar. Setelah diselidiki
kamar tepat diatas kamar itu adalah salah satu peserta motor race.
Berusaha menelpon ke kamar namun
tak ada yang mengangkat. Akhirnya masuk dengan memakai kunci master. Kedapatan
3 orang peserta, terlelap tidur sementara air mengalir dari bathtub memenuhi
seluruh karpet kamar itu. Ah! Mereka terlalu lelah, sehingga lalai menutup kran
air.
Peristiwa tersebut mendatangkan
kerugian yang tak sedikit, juga dibarengi keluhan tamu lain. Singkat kisah, mereka
sepakat membayar kerugian tersebut.
Sprei tempat tidur pun sering menjadi sumber kelalaian. Pada acara seminar salah satu perguruan tinggi di Kalimantan, kami mempersiapkan satu kamar guna kepentingan panitia bekerja setelah acara selesai. Kamar ini bukan ruang untuk panitia bekerja.
Di hari terakhir, seorang panitia menumpahkan
tinta printer warna merah secara tak sengaja di atas sprei putih, mengenai
lantai juga dinding. Suasana kamar berubah menyeramkan. Bercak-bercak tinta
merah sulit dihilangkan. Walaupun bersih namun warna asli tak dapat kembali seperti
semula. Housekeeping kepo.
Adapula tamu yang menyalahgunakan
keramahan staff hotel untuk tujuan tak baik. Suatu hari seorang tamu, expat mengatakan
ia adalah utusan dari kantor B. Pegawai
hotel percaya saja sebab ia menyertakan business
card. Ia berencana long stay
selama 10 hari. Entah mengapa kami mempercayai saja si bule ini walau ia hanya
membayar hanya sejumlah kecil pembayaran untuk 2 malam. Hari ke-3 seharusnya dilakukan
pembayaran lagi. Tiba hari ke 5 ia masih di hotel dengan berdalih kesibukan
dikantor
Malam hari kamar tamu ini selalu ‘DnD maksudnya Do not Disturb. Keesokan
harinya entah kemana tamu ini menghilang. Tak ada jejak. Belegug! Uripe koyo wit gedhang duwe jantung tapi ora
duwe ati. Hidupnya seperti pohon
pisang, punya jantung tapi tak punya hati.
Baru-baru ini terjadi, sepasang
insan bertengkar di dalam kamar di salah satu hotel di Panakkukang -Makasar.
Terjadilah kebakaran di kamar tersebut akibat dari pertengkaran itu. Katanya
sang wanita ini tak mau rujuk kemudian
suami membakar kamar. Sungguh tindakan
tercela dan bertindak kriminal. Les emotions desagreable, emosi yang tak
menyenangkan.
Tindakan para tamu yang bersikap demikian membuat hotel semakin bersikap tegas dalam menghadapinya. Bahkan hal itu dapat membuat celah masuk dalam daftar hitam (black list) hotel. Tidak hanya masalah yang menyangkut finansial saja namun segala perilaku tamu yang negative, break the rule.
Secara intensive hotel-hotel
dalam wadahnya yaitu GM dibawah IGHMA
(Indonesian Hotel General Manager Association), Credit Manager dibawah HCMA (Hotel
Credit Manager Association Indonesia) serta wadah asosiasi security, HRD,
Sales Marketing secara formal maupun informal saling bertukar informasi
tentang kecurangan dan kelalaian golongan tamu yang bertabiat tak baik ini.
Tamu yang bertindak kriminal, menyebabkan kerugian fatal, merusak image serta
reputasi hotel.
Impian hotel sebagai your little
home sweet home adalah memang diperuntukan kepada para tamu
terhormatnya. Namun hotel menuntut pula
kepatuhan mereka agar menjaga kesantunan dan perilaku positif.
Menggunakan fasilitas hotel
layaknya rumah anda sendiri. Mendidik diri sendiri agar meningkatkan sense
of belonging. Tamu bahagia karena tertib dan teratur. Tentu saja
kamipun senang.
Se non e vero, e ben trovato. Hal
itu salah namun ada kebaikannya.
Comments