Aku gak ngeh kalau hari ini hari Sabtu. Sejak #stayathome, aku lupa hari, lupa tanggal tapi gak lupa mandi. Malam berganti pagi. Pagi berganti siang. Hari berganti cepat.
Aku gak niat berpuisi hehe. Hanya
sering blogwalking di Kompasiana, nada tulisan tertular puitis.
By the way, kemarin kutelpon kawan
di pulau terpencil. Maksud hati bertanya sekadarnya, tapi berkelanjutan jadi tempat
curhat. Yah, akhirnya saling curhat deh.
Berapa banyak kawan kita
kedapatan mengeluh? Apalagi di masa pagebluk. Anda pasti tahu bentuk
keluhannya. Jika tidak masalah finansial, pasti masalah pekerjaan.
Ya, keduanya setali tiga uang.
Wabah telah meluluhlantakan seluruh tatanan kehidupan yang baik-baik saja
sebelumnya.
Dahulu masa adem ayem. Traktir
sana, traktir sini. Beli ini, beli itu. Makan ini, makan itu. Dari makan
pinggiran hingga masakan restoran kelas hotel bintang 5.
Di tengah perubahan itu, masih banyak
kawan yang baik-baik saja dalam ekonomi. Ibarat pakai baju, ukurannya dapat
digolongkan:
(*) Ukuran L. Golongan berpunya. Adanya pandemi tidak menimbulkan
masalah dalam hal finansial dan pekerjaan.
Gaweannya di kantor babe. Di
kantor paman, di kantor milik kakak, dsb. So? No problem at all.
(*) Ukuran M. Masalah? Ada saja. Rentan terhadap perubahan. Mulai tidak
baik-baik saja.
(*) Ukuran S. Sangat rentan masalah. Yang paling pertama terimbas.
Sulit banget rasanya. Kesana sini mentok.
Omong-omong tentang duit, siapa sih
yang gak perlu? Uang dihasilkan setelah kita bekerja. Kalau gak kerja, mau
makan apa? Mau tinggal dimana? Baju dibeli pakai apa?
Namun pada beberapa individu, pekerjaan
itu untuk menaikkan harga diri (self esteem) dan martabat seseorang. Status,
Sob!
Hidup itu penuh misteri. Tengok saja, sekalipun kekayaan telah berjibun, seseorang pasti rindu bekerja. Tidak hanya meraup duit tapi juga aktivitas.
Kecuali memang tabiat pemalas.
Bayangkan jika seorang kaya hanya
duduk diam, nonton film seharian, rebahan, berenang, golf, ngopi, main game,
makan, rebahan lagi. Hidup sedemikian membosankan. Gak jelas tujuan hidupnya.
Ada kebutuhan menempatkan status,
harga diri, martabat dalam kehidupan. Karenya mereka haus untuk berkarya.
Siang jadi angan, malam berbuah
mimpi. Setiap individu menjaga harga diri, martabat dalam hidup bermasyarakat.
Steven Covey dalam The 7 Habit of highly effective people, salah
satu poinnya “put first thing first” meletakkan
important and urgent pada quadran 1.
Yes, kebutuhan akan pekerjaan
kini telah memasuki quadran 1, penting dan mendesak. Yang harus dikerjakan (do), tidak lagi masuk
dalam rencana (plan), apalagi to be postponed.
Kebutuhan ini telah bergeser. Khalayak
memerlukan pekerjaan, penting dan segera. Berduyun-duyun menuju titik yang
sama. Berebut mendapat kursi sementara ruang itu sempit, bahkan tertutup. Ekonomi
ambrug, loyo.
Kue itu semakin kecil untuk dibagikan.
Namun anak panah tetap harus lurus tembakannya.
Guys, anda tak sendirian. Begitu
banyak teman sepenanggungan di sana. Bahkan tak sedikit yang lelah, capek.
Mengais-ngais sana sini hingga jawaban “Sorry, not at this moment”
Jika Anda masih berdiri tegak,
gak cengeng, walau tidak meraih apapun, Anda pemenang lho Sob!
Tanda sosok pemenang, ia yang
mampu bertahan dalam segala kondisi apapun, terlebih di masa paceklik. Semua
terletak pada diri sendiri.
Yuk, kita nikmati secangkir kopi.
Ingat saat dimusuhi teman sekantor? Ingat ketika mangkir saat sales call? Ingat
saat ditraktir teman? Ingat gak, saat tiup lilin ulang tahun di kantor?
Yah, kenanglah itu. Masa-masa itu
memang waktu untuk dikenang. Lalu kini? kita nikmati juga dong.
Jika kita senang, selalu tertawa
cekikikan di masa silam, masakan kita tak mau menerima yang buruk?
Mari lakukan sesuatu sambil
menaruh asa:
a. Bersabar. Berserahlah padaNya
yang memberi napas sampai detik ini.
b. Kerjakan sesuatu yang membuat
kita senang sekaligus mendatangkan penghasilan. Syukur-syukur jika hotel masih menggaji
anda.
c. Tetap letakkan arah panah
pada tujuan. Misal incaran posisi manager di hotel anu, graphic designer di
perusahaan anu,
Tetap semangat. Gunakan waktu dan nikmati hari demi hari. Kelak akan menjadi kisah menarik untuk dibukukan dan dikenang.
Salam hospitality.
Comments