Asyiknya Punyai Pelanggan yang Simpel (ilustrasi by Pixabay gratis)
Dalam tulisanku
Cara Menghadapi Pelanggan yang Ribet, Kompasianer Jepe Jepe di kolom komentarnya
bertanya, ada gak sih pelanggan yang asyik yang akhirnya dijadikan sahabat?
Kalau ada jeruk purut, tentu ada
jeruk manis. Nah, yang manis tidak hanya jeruk, pelanggan keluarga baik hati berjibun, bahkan jumlahnya berbanding terbalik
dengan geng ribet.
Tak bisa ditawar lagi, keseharian
sales marketer berada seputar pelanggan. Dengan berderet daftar nama pelanggan
dalam sistem, akan diketahui siapa saja pelanggan yang simpel alias tidak
berbelit-belit.
Pengelompokkan ini atas dasar
bahwa pelanggan yang berkontribusi pasti menjadi langganan. Menjadi langganan pasti mereka yang cocok, yang
asyik-asyik aja.
Menurut perkiraan dari jumlah total
pelanggan, hanya sekitar 10% saja tamu dari kelompok ribet. Jadi dari 100
persona, 10 orang diantaranya geng ribet. Pelanggan yang ribet bukanlah fokus utama
hotelier.
Namun ingat, meski hanya secuil
kuku, mereka dapat menyiarkan kabar tidak sedap kepada pelanggan lain. Virusnya
akan terdeteksi setelah kelupencibir (keluarga pencela dan pencibir) santer di
media. Promosi mouth to mouth ini yang membuat hotelier kudu waspada (alert).
Andai tersiar di media TripAdvisor
yang menjadi ajang curhat, urusan bisa tambah ruwet.
Tayangan buruk akan menjatuhkan
image dan reputasi hotel. Karenanya hubungan harmonis antara penjual dan
pembeli dilimpahkan pada sales marketer. Top manajemen dan department heads pun
turut terlibat memberi perhatian.
Jeruk manis banyak dibeli orang.
Pelanggan yang manis, yang baik hati, akan mendapat hadiah tak terduga.
Pelanggan yang simpel dan baik
hati menjadi incaran setiap pedagang.
Keuntungan pelanggan menjalin hubungan baik dengan penjual. Secara pribadi, mereka diuntungkan oleh hal-hal berikut:
a. Gampang dihubungi kapanpun termasuk
saat sales marketer cuti.
b. Jika hendak berlibur, minta
reservasi di hotel manapun.
c. Dalam keadaan mendadak, ia
terbantu segera tanpa sungkan.
Ini hadiah bagi pelanggan yang
asyik:
a. Jika kebetulan berada di hotel,
diundang pada acara besar di hotel. Misalnya anniversary hotel, buka puasa
bersama,
b. Mendapat kue ulang tahun pada
hari ulang tahunnya.
c. Mendapat prioritas upgrade
kamar
d. Pemberian hadiah yaitu guests
privilege reward.
Manajemen yang baik pasti memperhatikan
pelanggannya. Termasuk pemberian privilege reward.
Keuntungannya. Hadiah ini berupa keanggotaan di hotel tersebut dengan mendapat diskon Food & Beverage di berbagai outlet hotel, makan malam bersama pasangan di outlet restoran. Mendapat therapy spa selama 2 jam, dan sebagainya.
Semua diberikan gratis dari hotel
sebagai wujud setia dan kebaikannya. Nah, pemberian itu tentu ada kriterianya.
Misalnya telah menginap selama 5 kali dalam 6 bulan.
Pelanggan yang baik, bukan berarti
tidak pernah komplain lho. Jika ada sesuatu yang tak disukai, mereka komplain
tapi disampaikan dengan santun.
Inilah bedanya dengan pelanggan
ribet. Perangai dan sikapnya terpuji. Dapat menghargai dirinya sendiri,
sehingga menjadi partner bisnis yang saling menyenangkan.
Para pelanggan yang berseliweran
di hotel, dipantau melalui program yang disebut retention program.
Tujuannya utamanya, memahami
detail karakter, gaya hidup pelanggan, hobi, kebiasaan. Demikian kita tak
merasa canggung saat melayani setelah proses pendekatan dilakukan (approach).
Mereka itulah langganan hotel.
Dikenal sebagai returning guests. Kebanyakan
returning guests adalah para pelanggan yang baik.
Sebagai hotelier, sulitkah
melayani pelanggan itu?
Tidak sulit, tapi juga tidak
mudah dilakukan. Mempertahankannya jauh lebih sulit ketimbang mendapat
pelanggan baru.
Namun ada hal penting yang perlu
dicatat guna membina hubungan baik:
(*) Saling menghargai
(*) Tahu menempatkan diri,
simpati dan empati
(*) Berterus terang jika ada
keluhan
(*) Win win solution, saling
menguntungkan kedua pihak.
Mempertahankannya perlu ketekunan
agar betah menjagi pelanggan loyal.
Harapan manajemen mendapatkan
sebanyak-banyaknya pelanggan yang loyal dan setia adalah gol utama menjaring
pelanggan.
Hubungan pertemanan yang lahir
dari hubungan bisnis amat diperlukan guna melancarkan bisnis. Maka tak heran,
seorang sales yang tidak tepo seliro, seenaknya berbicara, sesumbar hal bohong,
akan dijauhi pelanggan. Ya, keduanya harus membina semangat positif.
Jangan sampai ia menjadi customer churn yaitu pelanggan yang
kabur, berpindah ke lain hati.
Jadi persahabatan dengan
pelanggan akan memelihara hubungan bisnis yang mutual antara pihak hotel dan pelanggan.
Tidak hanya persahabatan, bahkan
dapat berujung pada hubungan keluarga. Artinya menjadi pasangan suami atau
istri, seperti…
Jumlah pelanggan yang menjadi
sahabat, memang tidak banyak tapi membuat hubungan kedua perusahaan menjadi
lancar dan asyik.
Dalam hubungan yang terjalin
baik, hampir sebagian besar sales marketer mengikatnya sebagai teman.
Usaha hotelier menjaga agar
pelanggan loyal ada acuannya. Di dunia marketing ada yang disebut retention
program. Telah dijelaskan di awal, program ini tujuannya untuk memelihara
hubungan harmonis dengan pelanggan. Kelak saya akan bahas ya.
Hubungan sejati akan menjadikan pelanggan loyal dan setia. Ujungnya adalah meningkatkan
pendapatan hotel.
Memelihara hubungan baik dengan
pelanggan itu tidaklah sulit namun bukan berarti mudah untuk dilakukan. Perlu kerja
keras serta memiliki acuan yang jelas.
Perlu ketekunan dan kesabaran ekstra
karena memerlukan waktu yang tidak
instan. Namun hasilnya untuk kelanggengan perusahaan di masa depan.
Semoga tulisan ini menjawab atas
pertanyaan Pak Jepe Jepe.
Salam hospitality.
Comments