Prinsip Menjadi Rock Star di Kantor

 

I might even be a rock star (ilustrasi pixabay)

Prinsip Menjadi “Rock Star” di Kantor

Tadi pagi sepertinya Dena sehat-sehat saja. Sepuluh menit menuju ruang meeting, langsung menggigil. Absen, lalu istirahat di kantor. Lemas, katanya. Bulan lalu mendadak pusing, sekarang demam. Duh!

Siang itu laporan bulanan Room Nite Production tim marketing. Sudah pasti setiap anggota harus mempresentasikan capaiannya.

Ada susah ada senang, karyawan kadang dilanda suasana suntuk. Pekerjaan bertumpuk, tiada dapat menolak. Lihat bos kadang gemas, lihat rekan kerja kadang sewot.

Jikalau suasana hati membuncah, harus segera rem!. Jangan sampai terjadi hal yang lebih buruk. Menjaga mood itu gampang-gampang susah. Hal sepele bisa membesar. Tersinggung sedikit diantara rekan kerja, saling diam.

Namun ada jalan untuk mempersempit ruang kebosanan walau tidak 100% cespleng. Obat ini manjur untuk menghalau kondisi on top of boredom. Kebosanan yang teramat sangat. Mau ketawa enggan, senang juga engga, muka kecut, lalu maunya apa? Nanti saya beri tahu ya.

Banyak dari kita, termasuk saya gak sadar sebetulnya gaya kita menyikapi kenyataan ini yaitu bagaimana mengembalikan mood yang down ditengah lalu lintas kesibukan.

Ratna tiba-tiba bicara seperlunya hari itu. Saat briefing sore, muka masam, entah siapa biang keroknya. Sepintas dapat ditebak, pasti ada sesuatu yang tak beres.

Usai jam kerja ia memilih pulang terlambat.

 “Begini, Ibu kan tahu, rumah saya jauh sekali. Bangun jam empat setiap hari, supaya gak terlambat ke kantor, pulang sering malam. Semua sudah saya kerjakan demi hotel. Kali ini saya terpikir, saya kekurangan terus tiap bulan. Kalau boleh, saya minta naik gaji, Bu”

“Kapan terakhir naik gaji?”

“Januari, Bu”

“Itu kan sudah naik”

“Iya sih Bu, tapi kecil banget,” begitu tambahnya

Permintaan pun berakhir tanpa solusi. Masih banyak hal yang perlu dikonfirmasi kepada HRD.

Sebetulnya, pantas gak sih kita minta naik gaji?

Tidak tinggal diam, saya menelusuri lembaran appraisal dan track record Ratna. Ratna rajin, pintar, mengerjakan tugas dengan baik. Namun tabiatnya mudah tersinggung, judes, sering bete.

“Show me the result then you will get it” teringat nasehat bos.

Kerja setengah mati, tapi perusahaan gak mau tahu, lalu bagaimana?

Kita semua paham, besaran kenaikan gaji, tergantung appraisal performance. Yang sulit dinilai, bila tidak berdasar appraisal.

Kenaikan gaji yang sama rata, tidak memicu persaingan. Bahkan akan mendatangkan kebosanan, tidak kreatif. Padahal persaingan sehat akan mendukung masa depan karyawan.

Adapun perusahaan yang tidak menaikkan gaji bisa jadi karena alasan internal. Misalnya karena target tidak tercapai. Apa hendak dikata jika demikian.

Berapapun gaji kita, bila tak pandai mengatur akan berakhir menyedihkan. Seperti Ratna yang ngambek. Pasalnya gaji yang pas-pasan digunakan membayar cicilan mobil. Nah lho? Kan gak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Tentu saja defisit setiap bulan.

Yang bergaji besar merasa kurang, yang bergaji kecil, meratap. Tidak ada ukuran baku, kapan seseorang puas terhadap gaji yang diterimanya.

Saat anda bergaji besar, tuntutan perusahaan pun semakin besar. Beban berada di pundak. Sanggup?

Sama seperti Ratna, Endro mulai resah gegara gosip, Ratna naik gaji.

 “Ibu tahu sendiri kan, istri saya baru melahirkan. Boleh gak Bu, saya minta naik gaji, kebutuhan tambah banyak setelah ada anak ke-2 ini”

Baiklah. Meminta kenaikan gaji adalah manusiawi. Begitu banyak karyawan ingin diberi perhatian. Sebaliknya perusahaan berusaha mencari jalan penghematan.

Mencari fresh graduate yang luwes dididik dan penurut lebih disukai ketimbang seorang berpengalaman tapi banyak tuntutan. Tidak! Bukan begitu. Keduanya sangat dibutuhkan perusahaan.

Ada 4 hal penting untuk memotivasi kita bekerja. Agar tidak melulu fokus pada masalah finansial sekaligus melawan suasana hati yang buruk (bad mood).

Cara ampuh menjadi pemenang dalam keseharian di kantor:

(*) Jangan terlalu serius

(*) Memecahkan masalah (solution minded)

(*) Cari kawan penyemangat. (birds feather flock together)

(*) Jaga tingkah laku (good behavior)

 

Mari ikuti penjelasan berikut

(*) Jangan terlalu ‘serius’ sehingga menjadi tegang. Membuat kesalahan kecil lalu gugup, kuatir dipecat.

Bekerja itu bentuk berkat Sang Pengasih. Bagian kecil dari untaian perjalanan hidup. Santai aja!

Jangan salah mengartikan, santai bukan berleha-leha kerja tapi santai menganggap bahwa perusahaan dimana tempat kita bekerja bukanlah segalanya.

Jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tak bisa dibawa mati. Jangan pula acuh tak acuh. Hari ini di Hotel Rejeki, suatu hari pindah ke Hotel Abadi. Tiada yang abadi.

 (*) Selalu berprinsip memecahkan masalah

Mari berprinsip, dalam setiap kesempatan harus memecahkan masalah. Bukan menimbun apalagi mengubur masalah.

Dalam memecahkan masalah, akan lahir ide-ide cemerlang dan berakhir dengan kemenangan, demikian menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara.

(*) Cari kawan yang menyemangati. Saat berada di tengah orang yang tepat, pikiran dan hati pun akan sejalan. Birds feather flock together.

Hindari orang yang berpikiran negatif karena merusak jiwa, tubuh dan perasaan.

(*) Jaga tingkah laku
Tiada yang terpenting selain menjaga sikap dan tingkah laku kita terhadap atasan, kolega, tamu, pelanggan. Menjaga tingkah laku terpuji sama halnya membuka pintu masa depan.

Dear hotelier,
Kita memimpikan lingkungan kerja yang kondusif, rekan kerja yang sportif. Bos yang asyik, tak sewenang-wenang, patut dikagumi. Gaji layak, asal ada yang ditabung, fasilitas memadai dan kesempatan untuk berkembang. Bagaimana impian anda?

Anda ingin menjadi Rock Star di kantor? mari ikuti keempat prinsip tersebut.

Salam hospitality.

Comments