Terimalah kenyataan bahwa tiada manusia
sempurna di bumi ini. Tiada manusia yang tidak bercacat. Lazimnya setiap insan
mempunyai sisi kelam tercela.
Kurang bijaksana untuk memuji
seseorang yang dikenalnya belum cukup lama. Hal itu biasanya terdorong oleh
emosi saja, tidak berdasarkan sejarah yang cukup, kelak kita akan penuh sesal
akan pujian yang kita ucapkan semurah itu.
Terimalah kenyataan bahwa orang
lain mempunyai hak penuh untuk berbeda dengan kita. Dalam segala hal orang lain
berbeda dengan kita, selera, pakaian, pandangan, politik, agama, dan
sebagainya.
Kita harus selalu siap berpendirian bahwa :
(1) Orang yang kita hadapi selalu berbeda dengan pribadi kita. Demikian kita memberi kebebasan itu sepenuhnya, hingga tak mungkin terjadi pertentangan
(2) Jangan menjadi reformer (pahlawan kesiangan), live and let live.
(3) Tiada orang yang mau dikatakan salah.
Jika kita membiarkan pikiran tak
terkendali, maka kita akan sering mencurahkan sifat egois, selalu ada cacat
pada apa dan siapa saja. Sebaliknya jika kita mengatur pikiran dengan baik,
berpikir benar dan tepat terhadap orang lain, maka kita akan mendapatkan hal yang
bisa kita hargai.
Perilaku motivator
Hati-hati terhadap motivator
dengan seluruh uraiannya. Ia mungkin menguasai materi sumber penyemangat semua
orang, namun terpenting lihat cara hidupnya sehari-hari. Apakah sikapnya
mencerminkan perilaku cerminan teori motivasi atau sebaliknya.
Kita telah sering melihat
kenyataan hidup motivator yang berakhir tragis, luntur penghargaan. Dahulu dipuja-puja,
disanjung setiap orang, kini luruh nilai wibawa dari seorang Mario Teguh (MT) misalnya.
Kejatuhannya oleh karena tiada
pengakuan dari dirinya sebagai seorang ayah terhadap anak kandungnya, Kiswinar.
Ketika itu nama MT melambung
tinggi, tokok popular sejagat raya, yang selalu mengidolakan sang istri.
Kiswinar terluka, ia tahu bahwa istri pertama MT adalah ibu kandungnya.
Suatu hari media menyatakan bahwa
anak MT hanya dua orang. Ia sebagai anak kandung pertama dari ibu berbeda,
hatinya memberontak. Ia hanya ingin diakui, bukan karena alasan uang.
Motivator juga manusia, yang
bercacat, sama seperti kita. Hanya saja ia memiliki kemampuan pengetahuan mempengaruhi
publik, membangkitkan semangat. Lalu apa bedanya dengan kita jika seorang
motivator tidak mempraktekkan cara hidup yang benar. Ucapannya hanya omong
kosong belaka.
Motivator yang tepat untuk kita
adalah diri sendiri. Jadikan diri kita masing-masing sebagai api pemberi
spirit. Beribadah dengan benar, salah satu cara menguasai pengetahuan sebab ‘the
fear of the God is the first knowledge.
Maka berhati-hatilah memilih
motivator. Belum tentu mereka mempratekkannya sesuai apa yang diucapkan.
Bagaimana menyikapinya? Takperlu
menyanjung tinggi seseorang. Cukup didengarkan saja tetapi takperlu berkomentar.
Cerna sebagai pengetahuan. Anda akan terkejut setelah sehari penuh bersamanya.
Mereka juga manusia. Cakap di
panggung, lain di rumah. Jika anda ingin mengenal lebih dekat, tanyalah
pembantu rumah tangganya, sopirnya, tukang kebunnya. Nah, itulah sikap mereka
yang asli.
Bahkan ada motivator terkena
hujatan istrinya, karena mengambil uang hasil tabungan bersama. Istri melarikan
diri dan rumah tangga itu bubar jalan.
Tak perlu menjadikan motivator
sebagai figur favorit kita. Sekali ketahuan berbuat cela, kita tercengang
mendengarnya.
“ Dorong dirimu sendiri karena tiada orang lain yang akan melakukannya untukmu “
Comments