Tanpa WhatsApp Privasi Lebih Terjaga
Demikian WhatsApp sangat populer sejak 6 tahun lalu sebab siapapun
dapat terhubung melalui aplikasi ini, baik bertatapan maupun saling menelpon.
Sebelum aplikasi WhatsApp populer,
komunikasi gencar melalui Blackberry (BBM) dan Line. Saya menggunakan BBM
sekitar 2 tahun dilanjutkan Line hanya beberapa bulan saja.
Saya tinggalkan saja kedua
percakapan daring itu lalu beralih ke WhatsApp. Dasarnya ikut-ikutan tren. BlackBerry
jatuh sekali, langsung rusak. Halnya Line kurang mewakili pengguna pekerja
kantoran.
Seorang sahabat tidak pernah memakai
aplikasi whatsApp sejak muncul hingga sekarang. Saya sudah menjelaskan
kelebihan dan kekurangannya, ta tetap tidak tertarik.
(ilustrasi pixabay.com)
Namun demikian, saya menyimpulkan beberapa penggunaan whatsapp
menyangkut:
Ketidaknyamanan WAG
Di lingkungan hotel, whatsApp
menduduki rating pertama. Setiap departemen sibuk membuat whatsApp group (WAG)
masing-masing. Bahkan di satu hotel memiliki group mulai 5 hingga 230 anggota.
Saya memiliki 7 WAG di satu hotel
sebelum kondisi hotel senyap karena wabah. WAG Marketing, kepala departemen, reservasi,
banquet, account receivable, ditambah kelompok seluruh karyawan hotel bentukan
HRD (Human Resource) berjumlah 230 anggota.
Kemudian belakangan BOD (Board of
Director) minta dibuatkan WAG. Anda bayangkan, betapa sibuknya masing-masing
group. Tentu bahasannya seputar pekerjaan.
Group terakhir ini yang membuat
senewen. Membalas sesuatu hal di group BOD harus ekstra hati-hati. Kerap kali
balasan harus dilengkapi analisa, data akurat serta penjelasan yang tidak
singkat. Belum lagi bila salah tik karena gugup.
Pertanyaan di area tersebut seputar
analisa pendapatan, kerusakan sesuatu barang, juga keluhan tamu. Jawaban yang
memerlukan waktu panjang adalah naif dibalas via WA. Hal ini berarti setiap
pagi mental harus siap dengan kemungkinan pertanyaan terburuk dari jawaban yang
mencla mencle.
WAG tersibuk yaitu kelompok
reservasi, Pergerakannya sangat cepat dari menit ke menit. Tujuannya mengurangi
keluhan para tamu, jangan sampai luput dari perhatian. Saya merasa tidak nyaman
dihadapkan dengan kesibukan ini yang seharusnya dapat dilakukan melalui e-mail.
Disadari atau tidak hal ini menimbulkan
chopping mind, pikiran yang kesana
kemari. Kurang fokus pada suatu hal. Nyatanya sering sekali informasi diabaikan
atau terlewat.
Kita bagai dikepung tumpukan pekerjaan, yang saya rasakan
sangat mengganggu di kala larut malam dimana kita perlu menenangkan pikiran.
Gangguan di hari libur dan cuti
Suatu ketika di hari Minggu, saya
mendapat 8 kali misscall dari nomor tak dikenal. Setelah si empunya nomor mengirimkan
pesan melalui WA, barulah saya paham bahwa penelpon ialah pemilik hotel.
Hari itu adalah hari ke-5 bergabung
dengan hotel baru. Tentu saja saya belum memiliki semua nomor VIP ini. Tidak pelak lagi, saya terkena
murkanya. Namun petaka muncul tatkala hotelier harus menjawab 24 jam panggilan
telpon karena voice call tidak berbayar.
Begitupun klien, menelpon di saat
pertemuan, pada saat makan siang. Praktis menyita waktu dan perhatian seharian.
Bagaimana bila cuti? Saat menghidupkan
gawai, pikiran telah tersedot keruwetan situasi kantor.
WAG rentan perselisihan
Di WAG rentan perselisihan, kecuali
seluruh peserta adalah introvert. Bahkan
sering terjadi pertikaian gegara ucapan yang menyinggung seseorang. Hal kecil
menjadi letupan besar hingga pernah seorang karyawan mengundurkan diri gegara
percakapan ngawur dan nyelekit.
Salah mengartikan kalimat
menyebabkan kita dibuli, jadi bulan-bulanan. Betapa tidak menyenangkan, suasana
menjadi kacau. Tetiba pergi (left) tanpa
kabar.
Klien menganggap lebih mudah dan
cepat mendapat respon via whatsapp ketimbang e-mail. Saya menyimpan banyak
percakapan penting di WA, maka takheran gawai jadi lemot.
Video call sebagai bukti sales call
Karena telepon gratis ini, video
call mendekatkan siapapun, setiap waktu dan tidak terbatas.
Seseorang dapat diketahui berada
di suatu tempat tanpa dapat berbohong. Apalagi jika bos melakukan voice call
semaunya seolah privasi dibatasi, sampai ke kamar kecilpun kadang gawai tidak
ditinggalkan.
Secara offline, SMS masih aman,
tidak begitu menimbulkan masalah berarti kecuali jika mau menanggapi papa minta
pulsa. Lain halnya bila di WA sudah centang
2, nantikanlah reaksi balasan.
Tidak merespon di WA sama artinya
dengan tidak menghargai orang tersebut. Bahkan kita takdapat mengelak bahwa
pesan tidak masuk.
Perihal whatsApp, sejak dulu memang
tidak menjadi yang utama bagi saya pribadi. Saya pengguna Skype sejak 12 tahun
lalu hingga sekarang.
Kelebihan Skype :
(*) Dapat di akses di komputer, lap top serta dapat di
akses di gawai
(*) Melakukan video call guna wawancara pekerjaan
(terutama bagi pekerja dari luar kota)
(*) Video call seluruh keluarga
(*) Mengadakan kelompok meeting
(*) Melindungi
privasi pengguna
Contohnya dengan mengubah status invisible, kita tetap dapat membaca pesan di skype. Kitapun dapat
menunda balasan jika enggan menjawab segera tanpa terlihat online.
(*) Mengirimkan foto,
video
(*) Aplikasi bebas biaya namun ada juga yang berbayar
jika ingin memiliki fitur lebih lengkap
Perusahaan yang melibatkan
pegawai asing biasanya memakai Skype sebagai aplikasi utama, karena itu
seseorang dapat memiliki 2 akun yaitu untuk kepentingan kantor dan keluarga.
Penggunaan Skype cukup aman setelah
saya menggunakannya bertahun-tahun untuk menghubungi mereka yang tersebar di
berbagai negara.
Skype juga menjadi pilihan lain bagi
pengguna yang ingin terjaga privasinya.
(*) Artikel ini menjadi artikel pilihan di Kompasiana.com
Comments